Selasa, 28 Juli 2015

PENGEMBANGAN KARIR



A.    LATAR BELAKANG
Pengembangan karier pada dasarnya berorientasi pada perkembangan organisasi/ perusahaan dalam menjawab tantangan bisnis dimasa mendatang. Setiap  organisasi/ perusahaan harus menerima kenyataan, bahwa eksistensinya dimasa depan tergantung pada SDM. Tanpa memiliki SDM yang kompetitif sebuah organisasi/ perusahaan akan mengalami kemunduran dan akhirnya dapat tersisih karena ketidakmampuan menghadapi pesaing. Kondisi seperti itu mengharuskan organisasi/ perusahaan untuk melakukan pembinaan karier bagi pekerja, yang harus dilaksanakan secara berencana dan berkelanjutan. Dengan kata lain pembinaan karier sebagai salah satu kegiatan manajemen SDM, harus dilaksanakan secara terintregasi dengan kegiatan manajemen SDM lainnya.
Dari uraian diatas berarti pembinaan karier tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kegiatan perencenaan SDM, Rekrutmen dan seleksi dalam rangka pengaturan staff (staffing). Dari kegiatan-kegiatan manajemen SDM tersebut, harus diperoleh sejumlah tenaga kerja yang potensial dengan kualitas terbaik. Tenaga kerja seperti itulah yang harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kariernya, agar dengan kemampuannya yang terus meningkat sesuai tuntutan lingkungan bisnis, tidak saja mampu mempertahankan eksistensi organisasi/ perusahaan, tetapi juga mampu mengembangkan dan memajukannya. Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengembangan karier secara luas. 
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian pengembangan karier (ketenagaan)?
2.      Apa tujuan pengembangan karier (ketenagaan)?
3.      Apa pentingnya pengembangan karier (ketenagaan)?
4.      Apa sajakah bentuk-bentuk/ model-model pengembangan karier (ketenagaan)?
5.      Bagaimana menetapkan pelatihan dan pengembangan karier?
6.      Bagaimana implementasi program pelatihan dan pengembangan karier?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN PEMBINAAN KARIER
Karier adalah sekuen dari jabatan/posisi yang dilalui individu sepanjang hidupnya.[1]
Secara singkat, karier dapat didefinisikan sebagai sebuah pola pengalaman yang terkait dengan pekerjaan (misalnya, jabatan, tugas-tugas, keputusan-keputusan dan intepretasi pribadi tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan), dan kegiatan-kegiatan selama masa kerja seseorang.[2]
Pembinaan karier adalah usaha yang dilakukan secara formal dan berkelanjutan dengan difokuskan pada peningkatan dan penambahan kemampuan seorang pekerja.[3]
Pengembangan karier merupakan suatu kegiatan organisasi dalam mempersiapkan seorang karyawan untuk menduduki jabatan-jabatan yang tersedia dan terbentuk di dalam organisasi yang bersangkutan baik pada waktu sekarang maupun pada waktu yang akan datang. Atau bisa juga dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan karier atau “career development” adalah suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan posisi seorang dalam suatu organisasi dalam jalur karier yang ditetapkan dalam organisasi.[4]
Perencanaan karier karyawan adalah suatu proses yang bertujuan agar karier tenaga kerja dapat dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuannya sehingga bisa berfungsi dengan baik dan optimal bagi perusahaan.[5]
B.     TUJUAN PEMBINAAN KARIER
Pengembangan karier sebagai kegiatan Manajemen SDM pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan pekerjaan oleh pekerja, agar semakin mampu memberikan kontribusi terbaik dalam mewujudkan tujuan bisnis organisasi/ perusahaan. Pelaksanaan pekerjaan yang semakin baik dan meningkat itu berpengaruh langsung pada peluang bagi seorang pekerja untuk memperoleh posisi/ jabatan yang diharapkan atau dicita-citakannya.[6]
C.    PENTINGNYA PEMBINAAN KARIER
Mengembangkan pengetahuan sunber daya manusia berarti meningkatkan kemampuan mereka untuk lebih memahami:[7]
1.      Seluk-beluk pelaksanaan pekerjaan
2.      Perusahaan yang juga semakin berkembang
3.      Sasaran-sasaran organisasi yang semakin jelas
4.      Pentingnya penggalangan kerja sama dalam pelaksanaan pekerjaan
5.      Informasi yang semakin intensif yang disampaikan organisasi
6.      Adanya kesulitan-kesulitan yan dihadapi oleh organisasi
7.      Pengaruh lingkungan organisasi
8.      Kebijaksanaan dan peraturan-peraturan organisasi yang selalu bertambah
9.      Sistem dan prosedur yang dipakai dalam pelaksanaan tugas
10.  Perilaku karyawan yang dibutuhkan organisasi semakin positif.
Untuk dapat mengembangkan pengetahuan para karyawan, maka cara-cara yang dapat dilakukan antara lain adalah:
1.      Karyawan diberikan berbagai buku, brosur, surat edaran untuk dibaca dan dipelajari.
2.      Sering mengikuti ceramah pengarahan melalui siaran radio dan relevasi.
3.      Sering dipanggil dan diikutsertakan dalam diskusi, seminar dan lokakarya.
4.      Dilibatkan secara aktif pada acara-acara yang dilaksanakan organisasi perusahaan.
5.      Mengikuti pendidikan yang lebih tinggi seperti kuliah sore dan kursus pelatihan dan penjenjangan.
6.      Sering melakukan komunikasi dengan serikat pekerja.
Pengembangan sumber daya manusia akan memberikan manfaat dan keuntungan-keuntungan bagi perusahaan/ organisasi yang bersangkutan antara lain:
1.      Organisasi akan cukup mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhannya.
2.      Organisasi mempunyai sumber daya manusia yang selalu tampil meyakinkan dalam melaksanakan pekerjaan.
3.      Organisasi akan mampu menjawab tantangan perkembangan keadaan masa depannya.
4.      Program organisasi tidak pernah ketinggalan dari pesaingnya.
5.      Organisasi dapat meningkatkan produktivitas sumber daya manusianya secara individu.
6.      Mekanisme organisasi lebih fleksibel dalam menggunakan teknologi.
7.      Biaya produksi yang dikeluarkan pasti lebih efeisien.
8.      Organisasi akan dapat mempersiapkan karyawannya untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi dalam organisasi.  
D.    BENTUK-BENTUK/ MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KARIER
Secara garis besar ada dua pendekatan terhadap model pengembangan karier, yaitu model tradisional dan model kontemporer. Pengembangan karier merupakan proses yang dilalui karyawan melalui serangkaian tahapan, masing-masing ditandai oleh sejumlah tugas perkembangan, aktifitas dan hubungan yang berbeda.[8]
1.      Model Pengembangan Karier Tradisional
a.       Tahapan Eksplorasi
Pada tahapan eksplorasi individu berupaya mengidentifikasi jenis pekerjaan yang menarik minat mereka. Mereka mempertimbangkan minat, nilai dan kecenderungan pekerjaan dan mereka mencari informasi tentang pekerjaan, karier dan jabatan dari pekerjaan lain, teman dan anggota keluarga. Jika mereka mengidentifikasi jenis pekerjaan atau jabatan yang menarik minatnya, individu itu mulai mengejar pendidikan atau pelatihan yang dibutuhkan secara khusus eksplorasi terjadi pada usia pertengahan belasan tahun sampai awal atau akhir dua puluhan (di mana individu itu masih bersekolah atau kuliah). Eksplorasi berlanjut ketika individu memulai pekerjaan baru. Dalam banyak hal pekerja baru belum siap memulai tugas dan peran pekerjaan tanpa bantuan dan arahan dari orang lain. Di banyak pekerjaan karyawan baru dianggap sebagai orang yang sedang magang, yaitu karyawan yang bekerja dibawah pengawasan dan arahan teman sejawat yang lebih berpengalaman atau manajer. Dari kacamata perusahaan, aktivitas orientasi dan sosialisasi dibutuhkan untuk mengatur karyawan baru agar merasa nyaman dengan pekerjaan barunya serta karyawan yang lain sehingga mereka mulai dapat memberikan kontribusi terhadap tujuan perusahaan.
b.      Tahapan Establishment
Pada tahap establishment, individu menemukan tempatnya di perusahaan, memberikan kontribusi yang mandiri, memperoleh tanggung jawab yang besar dan kesuksesan financial, serta membangun gaya hidup yang dikehendaki. Para karyawan pada tahap ini tertarik dipandang sebagai kontributor kesuksesan perusahaan. Karyawan yang telah mencapai tahapan establishment dipandang sebagai kolega. Kolega adalah karyawan yang dapat bekerja secara mandiri dan mendatangkan hasil. Mereka adalah karyawan yang lebih mandiri atau lebih berpengalaman daripada mereka yang ada di tahapan eksplorasi. Mereka mempelajari bagaimana perusahaan memandang kontribusi mereka dari interaksi informal dengan sesama manajer dan umpan balik formal yang diterima melalui sistem penilaian kinerja. Untuk karyawan pada tahapan ini, perusahaan perlu mengembangkan kebijakan yang membantu menyeimbangkan peranan kerja dan non-pekerjaan. Juga, karyawan dalam tahapan ini perlu menjadi lebih aktif terlibat dalam perencanaan karier.
c.       Tahapan Maintenance
Dalam tahapan maintenance, individu tertarik dengan memelihara ketrampilannya agar tetap up to date dan dipersepsi oleh orang lain sebagai orang yang memberi kontribusi kepada perusahaan. Karyawan dalam tahapan ini memiliki pekerjaan bertahun-tahun, banyak pengetahuan kerja dan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana perusahaan mengharapkan bisnis dilakukan. Karyawan dalam tahap ini bisa menjadi pelatih atau mentor yang berharga bagi karyawan baru. Karyawan dalam tahap ini bisa diminta meninjau dan mengembangkan kebijakan atau tujuan perusahaan. Pendapat mereka tentang proses kerja, masalah dan isu-isu penting yang dihadapi unit kerja mungkin diminta. Dari kacamata perusahaan, isu utama adalah bagaimana menjaga karyawan dalam tahapan ini dari kejenuhan. Dan perusahaan memastikan bahwa ketrampilan mereka tidak menjadi using.
d.      Tahapan Disangagement
Dalam tahapan disangagement individu mempersiapkan perubahan dalam keseimbangan antara aktivitas pekerjaan dan non-pekerjaan. Mungkin mengambil peran sebagai sponsor. Sponsor memberikan pengarahan kepada karyawan lain, mewakili perusahaan kepada pelanggan, berinisiatif melakukan tindakan dan membuat keputusan.
Ketika berpikir tentang disangagement, kita secara khusus berpikir tentang karyawan tua yang akan pensiun dan berkonsentrasi sepenuhnya pada aktivitas non-pekerjaan seperti olahraga, hobi, bepergian atau menjadi relawan. Akan tetapi sebuah survey yang dilakukan oleh Watson Wyatt, sebuah perusahaan konsultan sumber daya manusia internasional menemukan bahwa tiga dari empat karyawan tua lebih senang mengurangi jam kerjanya secara bertahap daripada menghadapi pekerjaan secara penuh atau bukan-pekerjaan secara penuh. Bagi banyak karyawan tahapan ini berarti pengurangan jam kerja secara bertahap. Program pensiun secara bertahap membantu karyawan maupun perusahaan. Perusahaan memperoleh manfaat dari pengetahuan karyawan yang berpengalaman dan ketrampilan khusus sambil mengurangi biaya memperkerjakan dan melatih karyawan baru. Bagi karyawan pensiun secara bertahap berarti mereka mempunyai kesempatan memilih pensiun dengan cara yang memenuhi kebutuhan finansial dan emosionalnya. Untuk memanfaatkan talenta karyawan lanjut usia, perusahaan perlu fleksibel-misalnya mungkin mereka menawarkan pekerjaan paruh waktu dan pekerjaan konsultasi.
          Empat tahapan diatas dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1: Model Tahapan Karier

Tahapan Karier
Exploration
Establish-ment
Mainte-nance
Disangage-ment
Tugas
Perkembangan
Mengidentifikasi minat, ketrampilan dan kesesuaian antara dirinya dan pekerjaan
Kemajuan, pertumbuhan, rasa aman, mengembangkan gaya hidup
Berlanjut sampai pencapaian prestasi, meng-up-date ketrampilan
Perencanaan pensiun, mengubah keseimbangan antara pekerjaan dan non pekerjaan
Aktivitas
Membantu belajar
Mengikuti pengarahan
Memberikan kontribusi secara mandiri
Melatih
Mensponsori
Membuat kebijakan
Secara bertahap keluar dari pekerjaan
Hubungan dengan karyawan lain
Magang
Kolega
Mentor
Sponsor
Usia Khusus
Kurang dari 30 tahun
30-45 tahun
45-60 tahun
Lebih dari 61 tahun
Lama bekerja
Kurang dari 2 tahun
2-10 tahun
Lebih dari 10 tahun
Lebih dari 10 tahun
Selain model pengembangan karier diatas, Greenhaus dan kolega mengajukan model lima tahap pengembangan karier yang dapat diringkas dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2: Model Lima Tahap Pengembangan Karier dari Greenhaus dan Kolega
1.      Pemilihan Pekerjaan: Persiapan untuk bekerja
Rentang umur      : Awalnya 0-25 tahun; kemudian bervariasi
Tugas utama : Mengembangkan citra-diri pekerjaan, menilai pekerjaan alternatif,                            mengembangkan pilihan pekerjaan awal, mengejar pendidikan yang dibutuhkan
2.      Memasuki Organisasi
Rentang umur      : Awalnya 18-25 tahun; selanjutnya bervariasi
Tugas utama    : Memperoleh tawaran pekerjaan dari organisasi yang dikehendaki, Memilih pekerjaan yang sesuai berdasarkan informasi yang akurat
3.      Karier Awal: Peneguhan dan Prestasi
Rentang umur      : 25-40 tahun
Tugas utama    : Mempelajari pekerjaan, mempelajari aturan dan norma organisasi, Merasa cocok dengan pilihan pekerjaan dan organisasi, meningkatkan kompetensi, mengejar impian
4.      Karir Menengah
Rentang umur      : 40-55 tahun
Tugas utama        : Menilai ulang karier awal dan masa dewasa awal, meneguhkan kembali atau memodifikasi impian, membuat pilihan yang sesuai dengan masa paruh bayanya, tetap produktif di pekerjaan
5.      Karier Akhir
Rentang umur      : 55 tahun - pensiun
Tugas utama        : Tetap produktif dalam pekerjaan, mempertahankan citra-diri, persiapan untuk pensiun secara efektif

2.      Pandangan Karier Kontemporer
Tren dalam globalisasi, demografi, teknologi (baik informasi maupun yang lainnya), perubahan hubungan kerja, pekerjaan berbasis-tim dan struktur organisasi baru mempunyai dampak yang signifikan terhadap cara pandang karier. Dari sudut pandang ini, para pakar mempertanyakan relevansi jenjang karier tradisional. Pandangan kontemporer mengenai pembangunan karier berpendapat bahwa individu dan organisasi harus fleksibel dan dapat beradaptasi agar tetap sukses dalam lingkungan yang terus menerus berubah dan tidak menentu.
Untuk menghadapai kondisi seperti itu, dibutuhkan perubahan paradigma karir, yang salah satu diantaranya protean career. Protean career merupakan karier yang kerap berubah yang didasarkan atas perubahan-perubahan pada minat, kemampuan dan nilai seseorang serta perubahan-perubahan dalam lingkungan kerja. Protean career melibatkan ide bahwa pembelajaran sepanjang hayat dan pengembangan pribadi merupakan pusat pengembangan karier. Konsekuensinya, karier seseorang cenderung merupakan serangkaian tahapan kecil (atau tahapan belajar siklus kecil) dari eksplorasi-uji-coba-penguasaan-keluar, seperti mereka masuk dan keluar dari aneka wilayah produk, teknologi, fungsi, organisasi dan lingkungan kerja. Dalam pandangan ini, bukan usia kronologis seseorang yang penting, melainkan usia karier atau lamanya waktu yang dihabiskan seseorang disiklus tertentu. Implikasi Protean career adalah manajemen karier harus proaktif. Meskipun Protean career membebaskan dan mencerahkan, tetapi juga menyimpan sisi gelap, yang meliputi rasa takut, ketidakpastian dan irama perubahan yang pesat.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang perbedaan antara karier tradisional  dan Protean career, dapat melihat tabel dibawah ini:



Tabel 3: Perbandingan Karier Tradisional dan Protean Career
Dimensi
Karier Tradisional
Protean Career
Sasaran                                    

Promosi
Kenaikan Gaji
Kesuksesan Psikologis



Kontrak Psikologis

Perasaan aman untuk berkomitmen
Dapat diperkerjakan untuk fleksibiltas

Mobilitas

Vertikal

Lateral

Tanggung jawab untuk manajemen

Perusahaan
Karyawan

Pola

Linear dan ahli

Spiral dan transisi

Keahlian

Pengetahuan bagaimana

Belajar bagaimana

Pengembangan
Terlalu bergantung pada pelatihan formal
Lebih tergantung pada hubungan dan pengalaman kerja
Contoh lain pengembangan karier kontemporer adalah model konses karier ganda. Model ini menunjukkan bahwa ada empat yang berbeda dari pengalaman karier, yang disebut konsep karir. Keempat karier itu adalah:
a.        Linear – Gerakan maju ke atas hirarki organisasi menuju posisi dengan tanggung jawab dan otoritas yang lebih besar; dimotivasi oleh hasrat untuk berkuasa dan berprestasi; rentang waktu yang berbeda; ini dikenal dengan pandangan tradisional tentang karir.
b.      Ahli – Pencurahan diri terhadap pekerjaan; berfokus pada membangun pada pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang khusus; sedikit perpindahan ke atas dalam hirarki tradisional; dari magang menjadi ahli; dimotivasi oleh hasrat menguasai kompetensi dan stabilitas.
c.       Spiral – Gerakan maju secara periodik dan sepanjang hayat (tujuh sampai sepuluh tahun) atas pekerjaan-pekerjaan. Disiplin atau bidang-bidang khusus yang masih terkait; cukup waktu untuk mencapai tingkat kompetensi yang tinggi pada bidang tertentu sebelum pindah; motifnya adalah kreativitas dan pertumbuhan pribadi.
d.      Transisi – Perubahan/perpindahan yang kerap terjadi pada pekerjaan atau bidang yang berbeda atau tidak terkait; tidak tradisional; motifnya adalah variasi dan kemandirian.
E.     MENETAPKAN PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KARIER[9]
1.      Fase Perencanaan. Fase ini merupakan aktivitas menyeleraskan rancangan pekerja dan rancangan organisasi/ perusahaan mengenai pengembangan karier di lingkungannya. Tujuan dari fase ini adalah untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan demikian dapat dilakukan usaha untuk membantu para pekerja. Bantuan atau usaha itu antara lain sebagai berikut:
a.       Bantuan memilih jalur pengembangan karier sesuai dengan yang tersedia.
b.      Memperbaiki kekurangan dan kelemahan, bagi pekerja yang menunjukkan kesungguhan dan membutuhkannya untuk mewujudkan karier yang sukses.
2.      Fase Pengarahan. Fase ini bermaksud untuk membantu para pekerja agar mampu mewujudkan perencanaannya menjadi kenyataan, yakni dengan memantapkan tipe karier yang diinginkannya dan mengatur langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mewujudkannya. Dalam hubungan ini sebagaimana telah dikatakan diatas, terdapat dua cara pendekatan, yang terdiri dari:
a.        Pengarahan dengan menyelenggrakan konseling karier.
b.      Pendekatan dengan mengadakan pelayanan informasi, yang mencakup kegiatan: sistem pemberitaan pekerjaan secara terbuka, menyediakan informasi inventarisasi kemampuan pekerja yang dapat dan boleh diketahui oleh tiap-tiap pekerja, informasi tentang aliran karier berupa chart yang menunjukkan kemungkinan arah dan kesempatan yang tersedia di dalam organisasi atau perusahaan, selenggarakan Pusat Sumber Pengembangan Karier berupa himpunan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan, jabatan dan lain-lain dalam bentuk buku kerja, tape recorder, salinan/ fotocopy surat-surat yang bersifat rahasia dan berbagai bahan tertulis lainnya (dengan mempergunakan bahan-bahan tersebut, pekerjaan akan memperoleh berbagai informasi yang dapat digunakan dalam memenuhi kepentingan pengembangan kariernya).
3.      Fase Pengembangan. Fase ini adalah tenggang waktu yang dipergunakan pekerja untuk memenuhi persyaratan yang memungkinkannya melakukan gerak dari satu posisi ke posisi lain yang diinginkannya. Selama fase ini pekerja dapat melakukan kegiatan memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan/ keahlian dan sikapnya, sebagaimana dipersyaratkan oleh posisi yang diinginkan seperti tersebut diatas. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
a.       Penyelenggaraan system Mentor (cara pengembangan dengan menyelenggrakan hubungan antara pekerja senior dan yunior sebagai kolega (teman kerja) atau pasangan kerja).
b.      Pelatihan. Pelatihan dalam rangka Pengembangan Karier para pekerja sangat luas ruang cakupannya, tidak sekedar yang diselenggrakan secara melembaga dan formal dikelas, laboratorium atau bengkel dan lain-lain.
                  Karyawan membutuhkan lima factor yang terkait dengan karir, yaitu sebagai berikut:[10]
1.      Keadilan dalam Karier. Para karyawan menghendaki keadilan dalam system promosi dengan kesempatan sama untuk peningkatan karier.
2.      Perhatian dengan Penyeliaan. Para karyawan menginginkan para penyelia mereka memainkan perannya secara aktif dalam pengembangan karier dan menyediakan umpan balik dengan teratur tentang kinerja.
3.      Kesadaran tentang Kesempatan. Para karyawan menghendaki pengetahuan tentang kesempatan untuk peningkatan karier.
4.      Minat Pekerja. Para karyawan membutuhkan sejumlah informasi berbeda dan pada kenyataannya memiliki derajat minat yang berbeda dalam peningkatan karier yang tergantung pada beragam factor.
5.      Kepuasaan Karier. Para karyawan, tergantung pada usia dan kedudukan mereka, memiliki tingkat kepuasaan berbeda.
F.     IMPLEMENTASI PROGRAM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KARIER[11]
      Program pelatihan dirumuskan secara sempurna akan gagal jika manajemen tidak mampu meyakinkan para peserta akan manfaat-manfaatnya. Para peserta harus yakin bahwa program tersebut memiliki nilai dan akan membantu mereka mencapai tujuan-tujuan pribadi dan profesional mereka. Serangkaian panjang program-program sukses tentunya akan meningkatkan kredibilitas pelatihan dan pengembangan.
      Manfaat sitem karier bagi karyawan adalah:[12]
1.       Mengembangkan potensi kemampuan dan ketrampilannya;
2.      Mengetahui jalur pengembangan karier karyawan dalam organisasi; dan
3.      Mendapatkan pelatihan yang sesuai dengan arah pengembangan kariernya.
Sedangkan manfaat bagi perusahaan adalah:
1.      Mengendalikan tingkat keluar masuk pegawai;
2.      Membantu terlaksananya program kaderisasi;
3.      Mengetahui dan mengantisipasi keinginan dan bakat tenaga kerja;dan
4.      Mengetahui sejak awal tenaga kerja yang kurang/ tidak terampil, juga tenaga kerja yang tidak produktif, sehingga dapat diambil tindakan segera.
      Mengimplementasikan program-program pelatihan dan pengembangan seringkali sulit, penyebabnya adalah:
1.      Para manajer biasanya berorientasi pada tindakan (action oriented) dan merasa terlalu sibuk untuk pelatihan dan pengembangan.
2.      Para pelatih yang memenuhi syarat harus tersedia. Para pelatih itu harus memiliki ketrampilan komunikasi, mengenal filosofi perusahaan, tujuan-tujuannya, organisasi formal dan informalnya serta tujuan-tujuan program pelatihan.
3.      Pemeliharaan dokumen. Pentinglah untuk memelihara dokumen-dokumen pelatihan termasuk seberapa baik para karyawan berkinerja selama pelatihan dan dalam pekerjaan (on the job). Informasi ini penting guna mengukur efektivitas program dan menggambarkan kemajuan karyawan yang bersangkutan dalam perusahaan.
BAB III
PENUTUP
Pembinaan karier adalah usaha yang dilakukan secara formal dan berkelanjutan dengan difokuskan pada peningkatan dan penambahan kemampuan seorang pekerja.
Tujuan pembinaan karier Pengembangan karier sebagai kegiatan Manajemen SDM pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan pekerjaan oleh pekerja, agar semakin mampu memberikan kontribusi terbaik dalam mewujudkan tujuan bisnis organisasi/ perusahaan. Pelaksanaan pekerjaan yang semakin baik dan meningkat itu berpengaruh langsung pada peluang bagi seorang pekerja untuk memperoleh posisi/ jabatan yang diharapkan atau dicita-citakannya.
Pentingnya pembinaan karier untuk Mengembangkan pengetahuan sunber daya manusia meningkatkan kemampuan mereka untuk lebih memahami:
1.      Seluk-beluk pelaksanaan pekerjaan
2.      Perusahaan yang juga semakin berkembang
3.      Sasaran-sasaran organisasi yang semakin jelas
4.      Pentingnya penggalangan kerja sama dalam pelaksanaan pekerjaan
5.      Informasi yang semakin intensif yang disampaikan organisasi
6.      Adanya kesulitan-kesulitan yan dihadapi oleh organisasi
7.      Pengaruh lingkungan organisasi
8.      Kebijaksanaan dan peraturan-peraturan organisasi yang selalu bertambah
9.      Sistem dan prosedur yang dipakai dalam pelaksanaan tugas
10.  Perilaku karyawan yang dibutuhkan organisasi semakin positif.
Bentuk-bentuk/ model-model pengembangan karier ada dua:
Model Pengembangan Karier Tradisional:
1.      Tahapan Eksplorasi
2.      Tahapan Establishment
3.      Tahapan Maintenance
4.      Tahapan Disangagement
Yang kedua pandangan karier kontemporer. Pandangan kontemporer mengenai pembangunan karier berpendapat bahwa individu dan organisasi harus fleksibel dan dapat beradaptasi agar tetap sukses dalam lingkungan yang terus menerus berubah dan tidak menentu.
Menetapkan pelatihan dan pengembangan karier terdiri atas:
1.      Fase Perencanaan.  Fase ini merupakan aktivitas menyeleraskan rancangan pekerja dan rancangan organisasi/ perusahaan mengenai pengembangan karier di lingkungannya.
2.      Fase Pengarahan. Fase ini bermaksud untuk membantu para pekerja agar mampu mewujudkan perencanaannya menjadi kenyataan, yakni dengan memantapkan tipe karier yang diinginkannya dan mengatur langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mewujudkannya.
3.      Fase Pengembangan. Fase ini adalah tenggang waktu yang dipergunakan pekerja untuk memenuhi persyaratan yang memungkinkannya melakukan gerak dari satu posisi ke posisi lain yang diinginkannya.
Implementasi program pelatihan dan pengembangan karier dirumuskan secara sempurna akan gagal jika manajemen tidak mampu meyakinkan para peserta akan manfaat-manfaatnya. Para peserta harus yakin bahwa program tersebut memiliki nilai dan akan membantu mereka mencapai tujuan-tujuan pribadi dan professional mereka. Serangkaian panjang program-program sukses tentunya akan meningkatkan kredibilitas pelatihan dan pengembangan.








DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I Komang, Ni Wayan Mujiati, I Wayan Mudiartha Utama. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jusmaliani. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Insani. Jakarta: Bumi Aksara.

Kaswan. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mangkupawitra, Tb. Sjafri. 2011. Manajemen Sumber Daya Strategik. Bogor: Ghalia Indonesia.
Mondy, R. Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.

Nawawi, Hadari. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Sitohang. A. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.




[1]Jusmaliani, Pengelolaan Sumber Daya Insani (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 133.
[2]Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 162.
[3]Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jogjakarta: Gadjah Mada University Press, 2011), 289.
[4]A Sitohang, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007), 205.
[5]Edy, Manajemen Sumber Daya, 171.
[6]Hadari, Manajemen Sumber Daya, 291.
[7]A Sitohang, Manajemen Sumber Daya, 206.
[8]Kaswan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 131.
[9]I Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, I Wayan Mudiartha Utama, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2012), 122.
[10]Tb. Sjafri Mangkupawitra, Manajemen Sumber Daya Strategik  (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 189.
[11]R. Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Erlangga, 2008), 230
[12]Edy, Manajemen Sumber Daya, 172.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar