A.BALANG
KESIMBAR
Di zaman
dahulu disebuah desa hiduplah seorang nenek tua bersama cucunya semata wayang
yang sudah lama ditinggal mati sang ibu, mereka menghabiskan sisa hidupnya
dengan hanya jadi tukang kuli ditetangganya, pada suatu hari sang raja
mengadakan pesta besar-besaran pesta untuk hitanan putra mahkota dan diadakan
diistana raja yang bdimeriahkan dengan
sandiwara, raja memerintahkan untuk mengumumkan pesta itu ke seluruh
wilayahnya, singkat cerita,,, waktu pesta pun tiba, warga pun berdatangan warga yang mau menonton harus bayar kalau
tidak maka tidak diizinin untuk masuk, satu persatu warga masuk menyaksikan
sandiwara yang diadakan dalam istana, hingga balang kesimbar pun datang kepesta
namaun ia tak punya uang karcis, ia mau masuk namaun penjaga tak
mengiziankannya, karna tidak punya uang bayar karcis, dia disuruh pulang, berkali-kali
ingin masuk namun tetap dihalau penjaga pintu, balang kesimbar ingin melihat
dari jendela, jendelapun ditutup.acara makin seru, sementara balang kesimbar
pingin sekali menyaksikan tontonan namun pintu sudah ditutup ia pun berpikir
sejenak sebelum pulang. Ia membuat patung macan dengan tujuh mata dan diletakkan persis depan
pintu masuk, balang kesimbarpun pulang dengan penuh rasa sedih karna tak dapat
menyaksiakan sandiwara, acarapun selesai warga satu persatu keluar, begitu
pintu dibuka warga yang melihat patung itu terkejut dan teriak ada yang lihat
langsung pingsan karna melihat seekor macan depan pintu, wargapun panik ketakutan, sang
raja langsung memerintahkan untuk menagkap macan itu, namun setelah lama-kelamaan warga tau
kalau itu patung macan bukan asli, sang
raja langsung mencari siapa yang membuat patung itu dan meletakkannya didepan
pintu, penjaga pun tak luput dari pertanyaan raja siap yang membuat patung itu.
Penjaga menjawab “ada satu anak muda yang tak punya uang dan tidak bisa masuk”
raja pun memerintahkan untuk mencari anak itu dan menagkapnya, balang kesimbar
pun ditemukan dan ditangkap dan dibawa ke hadapan raja. Balang kesimbar di
introgasi raja raja bertanya “siapa yang membuat patung macan dengan tujuh mata itu? Balang kesimbar menjawab
dengan nada rendah “hamba paduka” hamba membuat patung karna tidak diberi masuk
padahal hamba ingin sekali menonton” raja berkata kamu tau apa hukuman yang
setimpal ? hamba siap dihukum paduka, timpal balang kesimbar, raja pun menyuruh
balang kesimbar untuk mencari macan tujuh mata yang digambarnya itu, balang
kesimbar menangis terisak-isak membayangkan kemana ia harus mencari dan
kalaupun mencari ia harus meninggalkan neneknya yang udah tua renta tanpa ada
yang merawatnya. Ia pun terdiam membisu merembahkan raga dihadapan raja smbil
menagangkat kepala balang kesimbar menyanggupi hukuman raja ia pamit pulang
pada raja dengan sedih yang luar biasa sambil menangis. Sesampai dirumah
neneknya, Ia pun memeluk erat-erat neneknya karna ia sadar kalau itu pertemuan
terahir dan tidak tau seberapa lama ia berpisah dengan neneknya, neneknya pun
betanya “ ada apa cucuku,, ada apa ? balang kesimbar mendudukkan neneknya
sambil pelan-pelan ia tenangkan diri agar neneknya tak kaget,, nek,, aku
sayang, kangen ma nenek, begini nek balang kesimbar mengatur kata-kata agar
neneknya ndk sedih “saya diperintahkan raja untuk mencari macan tujuh matanya sebagai tunggangan anak raja, neneknya pun tersenyum
karna cucunya dapat perintah dari raja ia merestui cucunya meninggalkan dirinya
walau ia harus sendiri,
Pada
mlam hari neneknya membuatkan cucunya tipat sama saur kelapa cicampur dengan
beras yang digoreng (moto siong, gule kelape) sebagai bekal cucunya dalam
perjalanan mencari macan yang dimaksud.
Neneknya berpesan cucuku kamu harus mencari ke arah barat dimana matahari
terbenam, malam itu ia habiskan dengan canda tawa ma neneknya sambil mengemas
perbekalan, ia tak ingin neneknya sedih ditinggal. Namun sang nenek
menyemangatinya sambil berdo’a ia pasti dapat macan yang dicari itu. Pagi pun tiba ia harus pergi.
Balang kesimbar pamitan pada neneknya sambil mencium tangan dan kening neneknya
iapun berjalan ke arah barat sebagaimana yang diperintahkan neneknya, air mata
balang kesimbar pun tak dapat terbendung menetes membasahi pipinya, ia berjalan
meninggalkan neneknya yang selama ini memebesarkannya. Balang kesimbar berjalan
sendiri dengan berjalan kaki naik gunung turun gunung dilaluinya, siang malam
ia terus berjalan tak peduli apa yang terjadi pada dirinya setelah itu, ia bertekad
sebelum mendapatkan macan ia tak akan
pulang, ahirnya ia pun sampai pada sebuah lembah yang sangat luas dan hijau.
Dia makin dekat dengan lembah ternyata lembah itu dipenuhi oleh ular yang
sangat banyak dan besar-besar. Ia kebingungan kemana jalan melewatinya dan
bagaimana ia harus menghindari sekumpulan ular itu karna ia sudah dilihat oleh
ular-ular itu. Raja ular itupun berkata “ haaha.. ha ada makanan kita hari ini
ada anak manusia, balang kesimbar tenngkan diri ia berkata wahai raja ular
kasihi aku, aku disuruh sang raja ku untuk mencari macan tujuh matanya, ahh anak manusia ini bohong,,
timpal raja ular, tolonglah kasih aku lewat, balang kesimbar menawarkan makanan
pada sang raja ular berupa topt dan
mengeluarkan moto siong tadi dan menaburkannya kesekeliling ular-ular
itu, singkat cerita ular-ular itu pun memakan moto-moto tadi dan memberikan
jalan lewat kepada balng kesimbar. Balang kesimbar pun selamat dan melanjutkan
perjalanan ke arah barat turun gunung naik bukit masuk hutan keluar hutan
balang kesimbar tak menrasa menyerah ia yakin pasti ia akan menemukan apa ang
ia cari. Ahirnya ia pun ketemu lagi dengan sebuah lembah yang sangat luas dan
dipenuhi oleh kelabang dan kalajengking yang angat besar-besar, balang kesimbar
mendekati lembah itu, begitu dilihat oleh kerumunan kelabang raja kelabang
berkata ‘ hari ini kita kedatangan makanan yang sangat lezat, balang kesimbar
ketakutan namun ia menenagkan diri dan merayu raja kelabang tadi dengan
menceritakan tugasnya raja kelabang itupun mera kasihan dan menyuruh anak
buahnya menyingkir, balang kesimbarpun menaburkan moto siong tadi kepada
kerumunan kelabang dan kalajengking. Ia selamt dan melanjutkan perjalanan
menuju barat, sekian lama balang kesimbar berjlan memasuki hutan dan bukit ia
pun kehabisan tenaga dan istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.
Namun ia dikejutkan didepannya terdapat anak gunung yang hitam dan tak
ditumbuhi kayu dan berbau, pada hal di tengah-tengah hutan. Balang
kesimbar mendekat dan ternyata itu bukan
anak gunung akan tetapi, kototan raksasa yang sangat besar, balng kesimbar
ketakutan dan segera melanjutkan perjalanan ternyata ia mendapatkan sebuah
rumah dan dihuni oleh seorang putri yang sangat cantik jelita, sedang duduk
dibawah sepohon kayu, balang kesimbarpun diam-diam mendekat dan rasa takutnya
hilang. Balang kesimbar maikin mendekat dan naik keatas pohon pas dimana sang
putri duduk, balang kesimbar pun dengan penuh tanya dan memetik bunga pohon
yang bewarna me hitam dan menjatuhkan pas didepan putri, sang putri pun
memungutnya, balang keskimbar memetik bunga yang berwarna merah dan
menjatuhkannya, putri itupun memungutnya, balang kesimbar memetik bunga yang
berwarna kuning dan menjatuhkannya ke depan putri, putri pun memungutnya,
putripun belum menoleh keatas, balang ksimbar memetik bunga ang berwarna putih
dan menjatuhkannya, putripun mengumpulkannya, putri pun heran ada empat macam
bunga yang berbeda jatuh kedepannya, ahirnya ia menengok ke atas ternyata ada
pemuda yang menjatuhkannya, putri pun menyuruh untuk turun karna takut kalau ia
diketahui oleh kakeknya pasti ai akan
dimakan hidup-hidup. Balang kesimbar ahirnya turun dan segera memperkenalkan
dirinya dan apa yang selama ini ia cari. Ahirnya sang putri menyuruh menginap
dirumahnya dan siap untuk membantu mencari macan tujuh mata. Balang kesimbar berbincang-bincang
bersama putri tadi ahirnya haripun makin sore tiba-tiba terdengar ringan rantai
yang menumpuk depan rumah, putri pun menyembunyikan balang kesimbar dalam
sebuah gerapah terbuat dari tanah (bong), ternyata suara itu adalah rantai
kakek dari putri tadi yang tak lain adalah raksasa yang sangat besar dan
memiliki kotoran kayak anak gunung tadi, raksasa yang besar itu rupanya baru
pulang begitu turun dan sampai rumah raksasa itu pun mencium bau anak manusia,
sambil mengaung “ ambunn uong” ambunn uong,,,” putrinya menjawab “bukaan itu
bau ku yang dulu” raksasa itu tidak percaya segera masuk rumah dan mencari
dalam rumah raksasa itu tak menemukan apa-apa. Raksasa itu pun diam dan segera
minta pada putrinya untuk disediakan makanan. Setelah makan yang menghabiskan
se ekor kerbau ia pun pergi lagi terbang ring-ring kata rantainya, begitu
raksasa itu pergi, putri pun mengeluarkan balang kesimbar dan mengajaknya untuk
bincang-bincang menghabiskan hari-harinya karna sudah lama tak yang temani,
ahirnya putri itu jatuh cinta dan iapun siap membantu balang kesimbar, keesokan
harinya lagi kakekna pun pulang putri segera menyembunyikan balang kesimbar
pada gerapah, kakaeknya dari kejauhan sudah mengaung mencium bau balang
kesimbar seperti biasa ia berkata “bau anak manusia” bau anak manusia,,,
putrinya menyahut tidak itu bau saya yang dahulu raksasa masuk rumah dan
mencari sekitar rumh iapun tidak mendapatkan apa-apa, raksasa itu pun diam,
sang putri mendekati kakeknya ia minta kakeknya mencarikan se ekor macan tujuh matanya sebagai temen bermain dirumah
karna kakeknya setiap hari pergi. Kakeknya pun menyetujui dan segera pergi
mencari, kakaeknya terbang kearah timur seharian mencari namun tidak
menemukannya raksasa itu pun pulang. Besok harinya lagi ai terbang mencari
kearah timur lagi. Ahirnya singkt cerita ia menemukan sekumpulan macan yang sangat luas. Raksasa itu pun
melihat-lihat dari atas setelah lama mencari ahirnya ia melihat macan yang dicari itu ada dan segera ia turun dan
menangkapnya namun iapun dapat perlawanan dari macan itu setelah lam bergulat macan itu kalah dan segera raksasa itu mengikatnya
dengan rantai setelah selesai raksasa itupun terbang membawa macan tadi, raksasa itu terbang tinggi keangkasa dan
menuju rumahnya, ahirnya sampai diatas rumah raksasa itu turun dan segera
mengikat macan itu di pohon dimana sang
putri biasa duduk sendiri, raksasa itu langsung memanggil putrinya dan
menunjukkan asil buruannya itu, girang sang cucu tak tertahan ia langsung
memeluk kakeknya. Sang kakek yang leleh hilang melihat cucunya memeluknya, tapi
sang putri tau kalau kakeknya bakal ia tinggalkan ia minta yang keduakalinya
lagi. Putri itu minta perhiasan emas yang banyak, kakaeknya pun menyanggupi
permintaan cucunya, ke esokan harinya ia pun terbang mencari perhiasanke arah
barat, begitu kakeknya melesat, putri pun mengeluarkan balang kesimbar dan
mengajaknya untuk pulang dengan menunggang macan tujuh mata itu sebagai kendaraan. Konon
ceritanya macan itupun bisa terbang.
Balang kesimbar dan putri raksasa pun menaiki macan itu dan terbang, macan itu
terbang menancap keatas dan tebang kearah timur, putri itupun membawa bunga
empat warna tadi jadi senjata melawan kakeknya bila mengejarnya. kakeknya pun
pulang dan ternyata setelah turun depan rumah cucunya sudah tidak ada
dipanggil-panggil taka ada ia cari seluruh tamn tak ada, iapun menoleh ke atas
ternyata ia terbang dibawa macan, segera ia terbang mengejar cucunya tapi begitu
hampir mendekat dengan macan itu putrinya melemparkan bunga yang berwarna
putih, begitu melempar bunga itu berubah jadi awan yang tebal sehingga
menghalangi pengelihatan kakeknya, kakeknya pun terjatuh, begitu melihat
kakeknya terbang mengejar lagi begitu dekat putri melempar kakeknya dengan
bunga yang hitam sepontan bunga itu jadi hujan yang lebat, kakeknya pun tak
bisa terbang karna terhalang hujan yang membasahi sekujur tubuhnya ia pun jatuh
lagi setelah kering raksasa itu lagi
terbang mengerajar cucunya, tapi lagi-lagi begitu mendekat kira kira lagi
seratus meter ia lemparkan bunga yang warnanya kuning. Begitu dilemparkan bunga
itu berubah jadi api, raksasa itu pun terbakar dan mati, balang kesimbar dan
putri pun selamat dan sampai rumah kampung balang kesimabar. Balang kesimbar
turun dan segera menemui neneknya, ternyata neneknya sudah meninggal. Balang
kesimbar pun sedih dan putri raksasa itu pun dia nikahi jadilah mereka susmi
istri. Setelah sehari balang kesimabar menyerahkan macan tujuh matanya itu pada
raja, begitu menyerahkan macan itu, balang kesimbar bebas dari hukuman dan
pulang, balang kesimbarpun hidup bersama istri tercintanya.
Tamat
B. SEMIPIN
SEMIPE
Pada zaman dahulu
disebuah pedesaaan ada keluarga yang hidup dipinggir hutan, seorang ibu dan dua
dua orang anak yang bernama semipin (kakak) semipe (adek), ceritanya hidup
dalam kesederhanaan yang pekerjaannya sehari hari tidak menentu selain jadi
petani ibu dua anak ini juga berdagang sedang kedua anaknya sesekali membantu
ibu mencangkul disawah yang bedekatan dengan rumahnya,
Saat ibu mereka mau
kepasar untuk belanja (meken, lombok) kakak adek ini memesen pada ibunya untuk
belikan getah untuk dipsang menangkap burung yang dekat rumahnya memang banyak
macam jenis burung.
Ibunya membelikan
getah, pada ke esokan harinya kakak beradik ini pagi-pagi pamitan kepada ibunya
untuk pergi memasang getah untuk hasil tangkapannya nanti dijual untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya.
Setelah sampai
disebuah pohon beringin yang besar,disitulah kakak adik ini memasang getah itu,
setelah selesai memasang merekapun turun menunggu dibawah pohon besar itu,
beberapa kemudian dari segala penjuru burung-burung berkicau mendatangi pohon
tempat mereka habiskan hari untuk makan, mulai dari burung yang kecil sampai
yang besar, hingga pohon itupun penuh dengan bermacam-macam burung, ternyata
malang nasif burung-burung itu hampir
semua tertangkap oleh getah semipin semipe. Setelah itu mereka naik menangkap
burung-burung yang terlilit getah itu dan memasukkan ke dalam keranjang
(sejenis sangakr) yang dbawa. Setelah selesai mereka turun keranjang itupun
penuh dengan burung-burung hasil tangkapan hari itu, kakak beradik ini kebingungan
dengan hasil tangkapannya, semipin mengusulkan untuk disemblih sebagian dan
dibawa pulang untuk dijual, semipin pun pulang ambil pisau untuk menyembih
burung-burung itu, sementara semipe ditugaskan menjaga burung-burung ituseraya
menunggu kakaknya yang pulang, burung-burung itu sedih begelimang air mata
karna mereka tau akan disembih satu persatu, tiba-tiba burung yang paling besar
yang bernama tebango brung berkata “ wahai tuan,,,! minta lepaskan kami, kami punya keluarga
dirumah, kalau kami disemblih bagaimana dengan nasif anak-anak kami, lepaskan
kami,,, sambil nada penuh kesedihan, semipe terbengong kaget ternyata burung
besar itu bisa bicara, bango berung melanjutkan permintaannya, jikalau tuan
tidak percaya,,, elus bango berung, semipe berkata “apa buktinya” cabut bulu
ekorku dan nanti cari aku dengan bukti erkorku ini, tuan bisa berjalan ke arah
timur terbitan matahari muncul, dengan mengikat ekorku ini dan terbangkan ikuti
kemana arahnya, ahirnya semipe menyetujuinya, dengan segera ia mencabut ekor
bango berung dan melepas semua burung-burung tangkapanya tanpa kecuali setelah
itu, datanglah kakanya semipin, dilihatnya burung-burung itu tidak ada ia pun
marah dan segera menanyakanya “ kemana burung-burung itu,, semipe menjaab
burung itu ku lepas karna ada rajanya minta dilepas semipe pun marah dan
memukuli adiknya sampai pingsan dan meninggalkannya, semipin pun pulang
meninggalkan adiknya dibawah pohon beringin itu sendiri dalam keadaan pingsan,
beberapa kemudian semipe sadar dan dia tau sudah ditinggal kakaknya pulang,
hari makin sore ia pun ndk berani pulang ahirnya ia segera pergi ke timur untuk
mencari rumah tebango berung, sesampainya dirumah ibu kakak beradik ini
bertanya “ mana adikmu semipin,, semipin sedikit terdiam,, mana adikmu ibu
bertanya sedikit keras,, dia,, dia terjatuh dari pohon dan..dan ,, ibunya tak
tahan dengar jawaban anaknya ia menagis
histeris dan lari segera ke dalam hutan tempat kedua anaknya pasang getah,
untuk mencari anaknya.. ibunya pun kelelahan mencari anaknya sambil memanggil-manggil
namanya, tapi semalaman tak ditemukan.haripun makin larut ibu dua anak ini sibuk mencari anaknya sampai sehari
malam, namun tak menemukan anak bungsunya itu,
iapun pulang dengan kesedihan yang mendalam. Hatinya hancur lebur
laksana tai bebek kehujanan,,sedih luar biasa. Sementara semipe sudah pergi ke
arah timur tak berani pulang, Semipe pun jalan ketimur mengikuti ekor bango
berung itu terbang terus ketimur dengn perjlanan berhari hari, ditengah jalan
ia bertemu dengan seorang tua dengan berpakaian
kusut compang camping dengan kepala tertutup songkok bambu, semipe pun bertanya
pak-pak,, dimana rumah tebango berung? Kenal tidak ! pak tua itu terdiam
menarik nafas ia menjawab ya kenal disana rumahnya sambil menunjuki dengan
telunjuk ke arah timur, pak tua itupun mengantarkan pemuda itu, sesampainya
depan rumah tebango berung, pemuda itupun tertegun lihat rumah yang megh dan
mewah itu dia sungkan untuk masuk, dia disambut anak-anak tebango berung semipe
kaget setelah pak tua itu dipanggil anak-anaknya “ bapak pulang,,! ternyata pak
tua itu adalah tebango berung yang selama ini ai cari, ia pun masuk, pak tua
itu berkata “akulah yang kamu cari-cari aku tebango berung yang dulu kau
selamatkan,, dan ini anak-anakku, semipe pun membisu seribu kata mendengarkan
cerita tebango berung, sampai pada ahirnya semipe dinikahkan sama salah seorang
putri tebango berung, semipe pun dikasih kuda, merekapun hidup sakinah rukun
beberapa tahun kemudian, semipe ingin pulang kekampung kelahirannya menemui ibu
yang dicintainya yang penuh belaian
kasih sayang. Semipe minta izin pulang membawa istrinya,ia pun diizinkan
dan dikasih seekor kuda jantan. Merekapun pamitan dan menakiki kuda, kudanya
lari kencang kebarat setelah menempuh perjalanan yang panjang ahirnya sapailah
dikampung halamannya, semipe turun dan segera mencari ibunya, ternyata ibunya
telah meninggal karna tidak mau makan karna sedih ditinggalin anak-anaknya,
sementara semipin juga menghilang entah kemana. Hati semipe jadi berubah sedih
luar biasa, ia tinggal bersama istrinya dan membngun istana megah yang dengan
kesaktiannya ia memiliki mong ginimong,(sejenis mu’jizat apa yang diminta
dikabulkan ) ia juga memiliki batek bontong ( pedang tumpul) yang bisa mengamuk
sendiri dengan perintah sang empunya, semipe berkata “ mong ginimong kasih saya
rumah mewah,,! Setttt, jadilah rumah mewah dengan pernak perniknya, kamar yang
mewah, harta yng melimpah, ke esokan harinya tetangga sebelahnya yang
kesehariannya lalu lintas lewat jalan kampung yang tadinya jelek dan kumuh itu
berubah laksana istana mereka pun mampir dan sesegera mereka disambut dan
dikasih beras sama-sama satu karung, merekapun pulang dan menceritakan kejadian
yang dialami saat melintasi rumah yang mewah dipinggir jalan tersebut,
mendengar cerita tersebut keesokan harinya mereka rame-rame mendatangi rumah
tersebut, ternyta benar begitu mereka dilihat melintas dekat rumah semipe,
mereka dipanggil untuk mampir dan ternyata mereka dibagikan beras sama-sama
sekarung lagi, mereka riang dan mengucpksn terimakasih pada semipe sambil
pamitan dengan membawa sembako yang dibagikan oleh semipe. Waktupun berjalan
cerita dari mulut ke mulut tersebar luas tentang kemistriusan rumah dan
penghuninya yang tidak lain ialah semipe dan istrinya. Cerita itu sampai
ketelinga sang raja yang memimpin desa itu, sang raja merasa penasaran, ahirnya
ia mengutus seorang mata-mata untuk mengetahui kebenaran cerita itu. Mata-mata
itu jalan menelusuri jalan ke mana rumah itu berada sambil menyamar ia tanyakan
siapa punya rumah dan dari mana.. ia pun tau bahwa yang tinggal dirumah itu
seorang pemuda yang tampan dan istri yang cantik, ia segera pulang dan
menceritakan kepada paduka raja tentang apa yang dilihat dan yang ia dengar
tentang semipe dan isrtinya yang tidak lain adalah anak seorang ibu dan dua
saudara yang dulu hidup serderhana dipinggir hutan. Raja pun makin penasaran ia
segera mengumumkan kepada rakyatnya untuk pesta kerajaan dan mengundang semipe
untuk jadi tamu undangan, niat raja
ingin membunuh semipe dan mengambil istrinya, semipe pun diundag oleh mentri
sang raja untuk menghadiri pesta yang diadakan rajanya, semipe menyanggupinya
namun, semipe mengetahuinya niat sang raja bahwa ia mau dibunuh dan mau
mengamabil istrinya serta kekayaannya, semipe pun tak tinggal diam ia segera
membuat patung yang mirip diri dan istrinya dengan tepung, lanjut cerita patung
itupun dibuat mirip sekali dan bisa bicara dengan bantuan para jin yang semipe
miliki, begitu hari yang ditentukan untuk menghadiri pesta itu, patung-patung
itupun berjalan hadiri undangan sang raja, dan begitu samapi didepan kerajaan
ia disambut riang sama parajurit dan dayang kerajaan, ia disilahkan untuk
masuk, mereka para tamu yanglain kesimak dengan kecantikan istri semipe itu,
sementara sang raja memerintahkan untuk membuatkan minuman dan dibumbuhi racun
agar semipe meninggal. Tapi sayang itu bukan semipe beneran melainkan patung
yang dikendalikan jin ayang di miliki semipe, sang raja menyambut hangat serta
mempersilahkan untuk menikmati hidangan dan minuman yang telah disediakan
untuknya, semipe pun menikmati dan meminum jamuan itu, singkat cerita, dengan
meminum minuman yang dibumbuhi racun tadi semipe pun dan istrinya pingsan sang
raja gembira sekali sesegera mungkin ia memerintahkan untuk mendatangi rumah
semipe untuk mengambil hata bendanya, mereka berlari berbondong-bondong menuju rumah semipe,, ups
mereka kaget ketika mau masuk rumah semipe, merka melihat semipe ada dirumah
bersama istrinya, mereka bengong tercengang kok dia ada dirumah padahal udah
mati diracun, ahirnya dengan tanpa sepatah kata mereka kembali pulang dengan
membawa tanda tanya dan rasa malu, rajapun bengong keheranan, raja maikin cemas
karna terancam dirinya tersaingi dengan keberadaan semipe dan istrinya itu. Ke
esokan harinya ia berniat untuk mengundangnya lagi, kali ini ia ingin
mengundang semipe untuk memanjat pohon kelapa, betul dia diundang, seperti
biasa semipe membuat patung lagi dengan minta bantuan jin masuk dalam patung.
Pembuatn patung pun telah jadi, pagi-pagi sekali patung itu berjalan memenuhi
undangan raja, raja menyambut hangat kedatangan semipe ia dijamau sebelum
memanjat pohon. Setelah selesai makan dan minum semipe diajak kekebun yang
dimakud untuk memanjat pohon kelapa, semipe pun siap-siap naik, ketika sudah
naik kira-kira seperempat pohon, raja segera memerintahkan algojonya untuk
menebang pohon itu biar semipe meninggal, ahirnya algojo menebang pohon
itu, pohon itupun tumbang dan semipe
ikut dan meninggal. Raja pun tawa riang dan bekata “ ahirnya kau meninggal
juga...!” raja segera memerintahkan bala
tentaranya untuk mengambil harta dan menangkap istri semipe, setibanya depan
rumah semipe ,bala tentara itu tercengang ketika melihat bahwa semipe masih
hidup dan ada dirumah itu, lalu yang ikut tumbang dan meninggal saat memenjat
pohon kelapa itu siapa? Bala tentara
itupun berbalik dan melaporkan kejadian yang dilihat. Raja pun makin gerang dan
marah, ia bepikir sejenak,, lalu terbesit ide lagi ia ingin mengundang semipe
lagi kali ini untuk menggali sumur , raja memerintahkan salah satu bala
tentaranya untuk mengundang dan meminta bantuan semipe untuk membuatkan raja
sumur, niat raja rupanya diketahui juga, ahirnya semipe menyanggupinya, seperti
biasa semipe membuat patung mirip dirinya dengan tepung dan minta jin masuk dlm
patung tepung tersebut. Keesokan harinya ia pun pergi memenuhi permintaan raja,
sesampai dirumah sang raja semipe langsung disuruh gali sumur, semipe pun
menggali sumur yang sebenarnya patung namunjin yang masuk menggerakan patung
itu dan itu jin yang bekerja, kira-kira begitu dua belas meter raja
memerintahkan untuk menimbun semipe dengan batu dan tanah, ahirnya semipe
tertimbun dan meninggal. Sangkaan kali ini raja sudah yakin semipe sudah mati,
rajapun memerintahkan semua bala tentaranya untuk kerumah semipe, lagi-lagi
semua bala tentara heran dan malu melihat semipe dan istriny ada dirumahnya,
raja kehabisan rasa sabar ia memerintahkan untuk menyerang,, menyerbu rumah
semipe, semipe pun tidak tinggal diam ia melawan dengan menyuruh batek
bontongnya melawan, dai ia nenonton dari dalam rumah, batek bontong pun
mengamuk sampai hampir semua bala tentara terbunuh dengan batek bontong itu,
melihat kesaktian semipe raja pun menyerah dan mengaki kekuatan semipe, semipe
pun diangkat jadi raja didesa itu menggantika raja sebelumnya, jadilah semipe
raja yang adil bijaksana rakyat hidup tentam dan sejahtra.
Sekian
C. TEGODEK-GODEK
KANCE TETUNTEL-TUNTEL
Zaman
dahulu semasih semua binatang bisa berbicara, hiduplah sepasang teman yang setia makan bersama tidurpun kadang-kadang
berdua sering saling mewngunjungi saking akarabnya. Pada satu hari tetuntel-tuntel sama
tegodek-godek mandi hujan bersama,
kebetulan tetuntel-tuntel melihat sebatang pohon pisang yang dibawa arus sungai
tetuntel pun tak melewati kesempatan itu , ia segera melompat mengambil pohon
pisang yang terseret air tadi dan membawanya kedarat, setelah sampi darat
tetuntel-tuntel mau menanamnya, namun tegodek-godek minta supaya dibagi tidak mau menanam secara bersama. Ahirnya
sebagi sahabat setia tetuntel-tuntel mau
membaginya, tapi tetuntel-tuntel bingung bagaimana membagi sebatang pohon jadi
dua, ahirnya tegodek-godek memotong pohon pisang jadi dua, ada yang dapat
batang bawah (bagian akar ) ada yang dapat batang atas ( bagian pucuk ). Yang
memilih duluan adalah tegodek-godek ia
memilih bagian atasnya, karna beranggapan biar mudah berbuah. Setelah selesai
mereka pun pulang dengan masing-masing membawa bagian tetuntel-tuntel menanam
di kebunnya, sedang tegodek-godek menanam diatas pohon dengan menggantungnya
tegodek-godek beranggapan tidak ada yang ganggu serta aman. Setiap hari mereka
saling tanya tentang tanamannya, pada bulan pertama tegodek-godek silaturrahim
menyambangi rumah tetuntel-tuntel, pisang tetuntel-tuntel makin tumbuh dan
besar, sedangkan pisang tegodek-godek kering dan mati, namun ia
menyembunyikannya dari tetuntel-tuntel. Kalau dia ditanya tentang pisangnya ia
jawab seger dan tumbuh bahkan ia bilang sudah berbuah, jarak tiga bulan
kemudian pisang tetuntel-tuntel berbuah dan pada waktunya buahnya pun matang.
Dan kebetulan tegodek-godek menyambangi tetuntel-tuntel. Pas ketika itu
tetuntel-tuntel mau menyambangi buah pisangnya yang sudah matang. Dan mengajak
tegodek-godek, sesudah samapi kebun tetuntel-tuntel sangat riang sekali karena
semau pisangnya matang semua. Tapi tetuntel-tuntel bingung bagaimana cara
memetik pisangnya yang sudah matang itu, namun tegodek-godek dengan
kepiwaiannya menawarkan diri untuk naik memetikkan tetuntel-tuntel,
tetuntel-tuntel pun menyetujuinya segera tegodek-godek naik dan memetik pisang
yang sudah matang itu, namun sayang akal nakal tegodek-godek timbul ia memetik
pisang dan memakannya sendiri, tampa menghiraukan tetuntel-tuntel yang memiliki
pohon pisang itu, tetuntel-tuntel minta dengan berkata “ maeh tegodek-godek teriang te sekek ” tegdek-dodek menimpali “ adeng juluk ndek man
keuan rasene” sampai-sampai
tetuntel-tuntel serak minta dijatuhkan sebiji buah pisang namun tegodek-godek
tak menggubrisnya sampai habis buah pisang itu dimakan sendiri diatas pohon,
tetuntel-tuntel pun kesal dan mengambil pakaian tegodek-godek lari
menyembunyikannya di bawah sebilah tempurung kelapa. Tegodek-godek pun turun
dan mencari tetuntel-tuntel yang membawa lari pakaiannya. Tegodek-godek mencari
dimana tetuntel-tuntel sembunyi sambil memanggil “tetuntel-tuntel mbe
kelambingku, teuntel-tuntel tang kelambingku ne puntik mek” namun
tetuntel-tuntel tak menyahut sedikitpun, diam seribu bahasa karena kecewa sama
tegodek-godek yang menghabiskan buah pisangnya, tanpa memberikan sebiji pun
pada tetuntel-tuntel yang menanam dan memelihara. Seharian tegodek-godek
mencari dimana tetuntel-tuntel sembunyi, sementara tetuntel-tuntel menimpali
tegodek-godek dengan isarat “tuntel-tuntel” jadilah bahasa tetuntel-tuntel itu
sebagai sebutan namanya tuntel, tuntel sejenis kodok namun suaranya lebih
lembut dan tinggal ditempurung-tempurung kelapa atau sejeninya sampai sekarang,
sementara tegodek-godek telanjang karena tak menemukan dimana pakaiannya
disembunyikan sampai sekarang, sebenarnya dari kisah binatang ini memberikan
pelajaran penting kepada kita, bahwa sangat penting bagi kita saling menghargai
satu sama lainnya, menjaga perasaan orang lain tak boleh serakah, mengambil hak
orang lain.
SEKIAN
D. TIMUN
BONGKOK
Disebuah
pelosok Desa hidulah dua saudara kandung
yang memiliki penghasilan serba cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, ayahnya seorang peramu kayu sedang ibunya petani kebun timun (mentimun). Suatu
hari ibunya mau kepasar untuk berjualan
dan anak-anaknaya ditugaskan untuk menjaga kebun timun tersebut. anaknya pergi
kekebun timun untuk menjaga dari pencuri
maupun binatang buas maklum perkebunan didekat hutan. Dua anak ini melihat
buah-buah timun tersebut ternyata
adiknya yang bungsu lapar dan pingin makan timun, kakaknya merayu dengan
menenangkan adeknya bahwa timun itu tidak boleh dipetik karena akan membuat
marah ibu, kakaknya berkata. Adiknya tidak tahan ia pun menangis kencang,
ahirnya kakaknya mencari timun yang kira-kira tak kan laku dijual,ahirnya ia
mendapatkan buah timun yang bengkok, dengan segera kakaknya memetikan adiknya
dan memberikannya, setelah adiknya selesai makan mereka pun pulang sementara
ibunya pulang dari pasar dengan sedikit
lelah dan penghasilan yang cukup, ibunya pun bertanya pada anak-anaknya “kalian
sudah kekebun melihat timun itu? Anaknya menjawab “ sudah buk ”, ibunya pun kekebun dan memeriksa kebun
mentimun seraya menghitung buah-buahnya, ternyata ada yang kurang satu sudah dipetik,
ternyata ibu dua saudara ini marah dan langsung pulang dan menanyakan pada
anaknya yang paling besar tak puas atas jawaban anaknya yang paling besar ini,
ibunya memeriksa satu-persatu mulut anak-anaknya, ternyata ada sebiji tulang
mentimun itu terselit digigi anaknya yang paling kecil, sepontan ibu dua anak
ini mencekik anak bungsunya sampai meninggal dunia, kakaknya menangis sambil
mengurus mayat adiknya yang sudah tak bernyawa itu dengan membungkusnya dengan
kain dan langsung membawanya ke hutan untuk mencari ayahnya yang meramu ditengah
hutan, sambil benelusuri jalan yang sempit dan sepi itu kakak dua saudara ini
memanggil-mangil ayahnya “ jaaook inak jaook amak adingku mate lantaran timun
bongkok” ahirnya ia menemukan seorang dan bertanya “ tuak-tuak mbe kon amangku?
Bapak itu menjawab “ nuuu kon pendet apii sik ngembul noo” lagi anak ini
berjalan sambil membawa jasad adiknya yang dicekik ibunnya sambil memanggil
ayahnya “ jaaook inak jaook amak adingku mate lantaran timun bongkok” ayah dua anak ini mendengar suara anaknya ia
pun berhenti menabas ramuannya, sambil mendengarkan suara yang makin mendekat
itu “ jaaook inak jaooh amak adingku mate lantaran timun bongkok” makin
mendekat “ jaaook inak jaook amak adingku mate lantaran timun bongkok” “ jaaook
inak jaook amak adingku mate lantaran timun bongkok” ternyata itu suara
anaknya. Ia pun menemukan ayahnya didalam hutan yang lebat dan menceritakan
bahwa adiknya mati, ayahnya pun tak tahan air mata pun bercucuran membaahi
pipinya melebihi dari daur keringat yang membasahi sekujur tubuhnya, setelah
sedikit tenang ayahnya bertanya pada anaknya apa penyebab kematian adiknya,
anaknya pun menceritakan “adiknya mati karena dicekik ibu, sebab memetik
mentimun dan memakannya, dan langsung mencekik anaknya sampai mati, mendengar
cerita anaknya ayahnya yang tadi menangis sejadi-jadinya berubah jadi marah, ia
langsung menguburkan anaknya dan segera pulang, sesampinya dirumah ia disambut
oleh ibu dua anak ini, ayahnya pun tak menanyakan keadaan anak-anaknya diam
saja, semalaman tak ngomong, keesokan pagi-pagi sekali ayah dua anak ini
mengasah kapaknya, sang istri diam santai saja, sambil menyiapkan bekal
suaminya yang akan berangkat meramo, setelah selesai mengasah, suaminya minta
di dicabuti uban dikepalanya, sang istripun menurutinya setelah selesai istripun
minta di cariin uban dikepalnya, suaminya menuruti, begitu siap-siap memegang
kapak, suaminya membelah kepala
istrinya, istrinya menjerit kesakitan suaminya pun menimpalinya rasakan ini,
ini ibu yang tak tau pengertian, telah membunuh anaknya. Setelah mati istrinya
dibungkus dan di buang kesungai, setelah ibu dua anak ini meninggal, ayahnya memanggil anaknya dan
mereka pun hidup tentram dan tanang.
Tepak
sie baon batu lekek nie ndak aku
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar