Disebuah pelosok Desa hidulah dua saudara kandung yang memiliki penghasilan serba cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, ayahnya seorang peramu kayu sedang ibunya petani kebun timun (mentimun). Suatu
hari ibunya mau kepasar untuk berjualan dan
anak-anaknaya ditugaskan untuk menjaga kebun timun tersebut. anaknya pergi
kekebun timun untuk menjaga dari pencuri
maupun binatang buas maklum perkebunan didekat hutan. Dua anak ini melihat
buah-buah timun tersebut ternyata
adiknya yang bungsu lapar dan pingin makan timun, kakaknya merayu dengan
menenangkan adeknya bahwa timun itu tidak boleh dipetik karena akan membuat
marah ibu, kakaknya berkata. Adiknya tidak tahan ia pun menangis kencang,
ahirnya kakaknya mencari timun yang kira-kira tak kan laku dijual,ahirnya ia
mendapatkan buah timun yang bengkok, dengan segera kakaknya memetikan adiknya
dan memberikannya, setelah adiknya selesai makan mereka pun pulang sementara
ibunya pulang dari pasar dengan sedikit
lelah dan penghasilan yang cukup, ibunya pun bertanya pada anak-anaknya “kalian
sudah kekebun melihat timun itu? Anaknya menjawab “ sudah buk ”, ibunya pun kekebun dan memeriksa kebun
mentimun seraya menghitung buah-buahnya, ternyata ada yang kurang satu sudah
dipetik, ternyata ibu dua saudara ini marah dan langsung pulang dan menanyakan
pada anaknya yang paling besar tak puas atas jawaban anaknya yang paling besar
ini, ibunya memeriksa satu-persatu mulut anak-anaknya, ternyata ada sebiji
tulang mentimun itu terselit digigi anaknya yang paling kecil, sepontan ibu dua
anak ini mencekik anak bungsunya sampai meninggal dunia, kakaknya menangis
sambil mengurus mayat adiknya yang sudah tak bernyawa itu dengan membungkusnya
dengan kain dan langsung membawanya ke hutan untuk mencari ayahnya yang meramu
ditengah hutan, sambil benelusuri jalan yang sempit dan sepi itu kakak dua
saudara ini memanggil-mangil ayahnya “ jaaook inak jaook amak adingku mate
lantaran timun bongkok” ahirnya ia menemukan seorang dan bertanya “ tuak-tuak
mbe kon amangku? Bapak itu menjawab “ nuuu kon pendet apii sik ngembul noo”
lagi anak ini berjalan sambil membawa jasad adiknya yang dicekik ibunnya sambil
memanggil ayahnya “ jaaook inak jaook amak adingku mate lantaran timun
bongkok” ayah dua anak ini mendengar
suara anaknya ia pun berhenti menabas ramuannya, sambil mendengarkan suara yang
makin mendekat itu “ jaaook inak jaooh amak adingku mate lantaran timun
bongkok” makin mendekat “ jaaook inak jaook amak adingku mate lantaran timun
bongkok” “ jaaook inak jaook amak adingku mate lantaran timun bongkok” ternyata
itu suara anaknya. Ia pun menemukan ayahnya didalam hutan yang lebat dan
menceritakan bahwa adiknya mati, ayahnya pun tak tahan air mata pun bercucuran
membaahi pipinya melebihi dari daur keringat yang membasahi sekujur tubuhnya,
setelah sedikit tenang ayahnya bertanya pada anaknya apa penyebab kematian
adiknya, anaknya pun menceritakan “adiknya mati karena dicekik ibu, sebab
memetik mentimun dan memakannya, dan langsung mencekik anaknya sampai mati,
mendengar cerita anaknya ayahnya yang tadi menangis sejadi-jadinya berubah jadi
marah, ia langsung menguburkan anaknya dan segera pulang, sesampinya dirumah ia
disambut oleh ibu dua anak ini, ayahnya pun tak menanyakan keadaan anak-anaknya
diam saja, semalaman tak ngomong, keesokan pagi-pagi sekali ayah dua anak ini
mengasah kapaknya, sang istri diam santai saja, sambil menyiapkan bekal
suaminya yang akan berangkat meramo, setelah selesai mengasah, suaminya minta di
dicabuti uban dikepalanya, sang istripun menurutinya setelah selesai istripun
minta di cariin uban dikepalnya, suaminya menuruti, begitu siap-siap memegang
kapak, suaminya membelah kepala
istrinya, istrinya menjerit kesakitan suaminya pun menimpalinya rasakan ini,
ini ibu yang tak tau pengertian, telah membunuh anaknya. Setelah mati istrinya
dibungkus dan di buang kesungai, setelah ibu dua anak ini meninggal, ayahnya memanggil anaknya dan
mereka pun hidup tentram dan tanang.
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar