Minggu, 22 April 2018

DONGENG TIMUN BONGKOK




Disebuah pelosok Desa hidulah dua saudara kandung  yang memiliki penghasilan serba cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,  ayahnya  seorang peramu kayu sedang  ibunya petani kebun timun (mentimun). Suatu hari ibunya mau kepasar  untuk berjualan dan anak-anaknaya ditugaskan untuk menjaga kebun timun tersebut. anaknya pergi kekebun  timun untuk menjaga dari pencuri maupun binatang buas maklum perkebunan didekat hutan. Dua anak ini melihat buah-buah timun tersebut ternyata  adiknya yang bungsu lapar dan pingin makan timun, kakaknya merayu dengan menenangkan adeknya bahwa timun itu tidak boleh dipetik karena akan membuat marah ibu, kakaknya berkata. Adiknya tidak tahan ia pun menangis kencang, ahirnya kakaknya mencari timun yang kira-kira tak kan laku dijual,ahirnya ia mendapatkan buah timun yang bengkok, dengan segera kakaknya memetikan adiknya dan memberikannya, setelah adiknya selesai makan mereka pun pulang sementara ibunya pulang dari pasar  dengan sedikit lelah dan penghasilan yang cukup, ibunya pun bertanya pada anak-anaknya “kalian sudah kekebun melihat timun itu? Anaknya menjawab “ sudah buk ”,  ibunya pun kekebun dan memeriksa kebun mentimun seraya menghitung buah-buahnya, ternyata ada yang kurang satu sudah dipetik, ternyata ibu dua saudara ini marah dan langsung pulang dan menanyakan pada anaknya yang paling besar tak puas atas jawaban anaknya yang paling besar ini, ibunya memeriksa satu-persatu mulut anak-anaknya, ternyata ada sebiji tulang mentimun itu terselit digigi anaknya yang paling kecil, sepontan ibu dua anak ini mencekik anak bungsunya sampai meninggal dunia, kakaknya menangis sambil mengurus mayat adiknya yang sudah tak bernyawa itu dengan membungkusnya dengan kain dan langsung membawanya ke hutan untuk mencari ayahnya yang meramu ditengah hutan, sambil benelusuri jalan yang sempit dan sepi itu kakak dua saudara ini memanggil-mangil ayahnya “ jaaook inak jaook amak adingku mate lantaran timun bongkok” ahirnya ia menemukan seorang dan bertanya “ tuak-tuak mbe kon amangku? Bapak itu menjawab “ nuuu kon pendet apii sik ngembul noo” lagi anak ini berjalan sambil membawa jasad adiknya yang dicekik ibunnya sambil memanggil ayahnya “ jaaook inak jaook amak adingku mate lantaran timun bongkok”  ayah dua anak ini mendengar suara anaknya ia pun berhenti menabas ramuannya, sambil mendengarkan suara yang makin mendekat itu “ jaaook inak jaooh amak adingku mate lantaran timun bongkok” makin mendekat “ jaaook inak jaook amak adingku mate lantaran timun bongkok” “ jaaook inak jaook amak adingku mate lantaran timun bongkok” ternyata itu suara anaknya. Ia pun menemukan ayahnya didalam hutan yang lebat dan menceritakan bahwa adiknya mati, ayahnya pun tak tahan air mata pun bercucuran membaahi pipinya melebihi dari daur keringat yang membasahi sekujur tubuhnya, setelah sedikit tenang ayahnya bertanya pada anaknya apa penyebab kematian adiknya, anaknya pun menceritakan “adiknya mati karena dicekik ibu, sebab memetik mentimun dan memakannya, dan langsung mencekik anaknya sampai mati, mendengar cerita anaknya ayahnya yang tadi menangis sejadi-jadinya berubah jadi marah, ia langsung menguburkan anaknya dan segera pulang, sesampinya dirumah ia disambut oleh ibu dua anak ini, ayahnya pun tak menanyakan keadaan anak-anaknya diam saja, semalaman tak ngomong, keesokan pagi-pagi sekali ayah dua anak ini mengasah kapaknya, sang istri diam santai saja, sambil menyiapkan bekal suaminya yang akan berangkat meramo, setelah selesai mengasah, suaminya minta di dicabuti uban dikepalanya, sang istripun menurutinya setelah selesai istripun minta di cariin uban dikepalnya, suaminya menuruti, begitu siap-siap memegang kapak, suaminya membelah  kepala istrinya, istrinya menjerit kesakitan suaminya pun menimpalinya rasakan ini, ini ibu yang tak tau pengertian, telah membunuh anaknya. Setelah mati istrinya dibungkus dan di buang kesungai, setelah ibu dua anak ini  meninggal, ayahnya memanggil anaknya dan mereka pun hidup tentram dan  tanang. SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar