Selasa, 10 April 2018

BIOGRAFI HIRAYANI



A.  SYERA
Cerita ini berisi kisah perjalanan hidup seorang gadis desa untuk menggapai mimipi-mimpi masa kecilnya, mimpi yang harus membawanya keluar dari kehidupan desa lereng Tambora. Ia harus meninggalkan kelurga tercinta yang bermodalkan tekad dan cita-citanya. Perjalanan meraih mimpi tak semudah membalilkan telapak tangan dan tak seindah Gunung tambora dari kejauhan. Banyak lika liku kehidupan yang akan menghadang langkah kakinya.  Hingga akhirnya dipertemukan dengan seorang pemuda sederhana diusianya yang masih belia dan polos.Kini cita-cita dan cinta sudah berbaur menjadi satu.  Akankah pemuda sederhana mampu membimbing syera meraih mimipinya atau sebaliknya mengubah cita-citanya hanya menjadi cinta membuat hari-harinya bagai pelangi namun gerimis air mata ditengah indah dan semberautnya kisah cinta. Kisah yang menggugah emosi, sakit dan kecewa mengubah  hidupnya seratus delapan puluh  derajat. Jalan cerita dan kata yang yang gampang dicerna membawa pembaca seakan sebagai tokoh dalam cerita.Mampukah si gadis desa nan lugu mempertahankan tekadnya untuk menggapai cita-citanya ditengah langkahnya harus dipertemukan dengan sosok pemuda yang sederhana, akankah pemuda pujaan hati Syera dapat menggenggam erat tangannya untuk melangkah bersama mendaki Rinjani dan Tambora, Menikmati mimpi indah bersama untuk menggapai sebuah cita-cita, mampu membuatnya menjadi wanita yang sempurna?
1.    Graduated From Junior High School( SMP)
(selamat tinggal desaku)
Sinar mentari di upuk timur sedikit mengurangi dinginya udara pagi desaku, Suara kicauan burung mampu memecahkan kesunyian itu, dedaunan melambai-lambai  seakan bercengkrama tentang kedamaian.Di sebuah desa terpencil di lereng Tambora yang sangat jauh dari  keramaian kehidupan perkotaan.  Pagi itu sangat berbeda dengan biasanya, aku mandi pagi lebih awal, sedih dan gembira  bercampur  jadi satu, hingga meneteskan air mata. Aku harus meninggalkan kedua orang tuaku demi cita- citaku selama ini. Sebelum keberangkatanku sempat duduk di teras dan memandang  Gunung Tambora masih berdiri tegar yang pernah meletus di tahun 1885 yang mengakibatkan porak porandanya kehidupan penduduk desa hingga meneggelamkan tiga  kerajaann pada zaman tersebut. Mata haripun tidak pernah terbit selama satu tahun dan membuat  masyarakat bagian Eropa   kelaparan. Aku tersentak bangun dari lamunan oleh suara ibu memanggil untuk mengemas pakaian yang akan dibawah. Ditengah kesibukan melipat pakain  ku pandang raut wajah ibu yang nampak sedih dengan kepergianku,mata beningnya menyimpan sejuta harapan yang lebih baik untuk masa depan anak-anaknya. Hati ini berbisik
“Siapa yang akan  mengurus ibu kalau aku pergi,memasak, bantu ayah dan ibu di sawah  aku tau ibu dan ayah tidak akan pernah mengeluh dalam bekerja  demi anak-anaknya. Aku orang  yang paling beruntung mendapatkan kedua orang tua seperti mereka. Berkorban demi masa depan anak-anaknya tegar dan bijaksana”.
Tak terasa matahari sudah menyengat di tengah padang ilalang, hewan berkeliaran tampak kehausan, mobil terus melaju menyusuri jalan berdebu yang sangat panjang  terkadang sedikit oleng oleh tumpukan kerikil letusan gunung Tambora beberapa abad yang lalu. Syera itulah nama panggilanku, aku anak kedua dari lima bersaudara akan tetapi salah satu adekku telah menghadap ilahi karena penyakit tumor otak  yang dideritanya dan aku satu-satunya anak perempuan dari lima bersaudara. Aku tersadar dalam perjalanan meninggalkan rumah untuk melanjutkan sekolahnya kekota, menyusuri jalan hingga ratusan kilo meter  pusing dan mual-mual sudah terasa, maklum aku anak desa yang tak pernah menempuh perjalanan jauh dan tak terbiasa menggunakan Bus karena biasanya di desa selalu berjalan kaki menuju sekolah hingga berkilo-kilo meter. Pemandangan pinggir pantai sedikit mengurangi rasa pusing, sembari teringat suasana rumah yang damai, teringat ibu yang tegar begitu berhati lembut tapi kemauan yang keras melihat anak-anaknya bersekolah dan  menjadi orang suskses. Ayahku yang sekolah hanya sampai kelas tiga sekolah dasar sangat mendukungku dalam menuntut ilmu, meskipun aku sendirian perempuan dari lima bersaudara, kedua orang tua sangat adil dalam jatah pendidikan. Aku sangat beruntung memiliki kedua orang tua seperti mereka, walaupun hanya sebagai petani mereka tak pernah putus asa dalam hal biaya, ayah dan ibuku selalu berprinsip jujur, sungguh-sungguh, Allah maha adil.
Aku terbangun dari lamuan atau mungkin tidur nyenyak dari lelah , melihat pemandangan yang berbeda, setelah 12 jam perjalanan akhinya turun kapal, terlihat gunung yang sangat indah bersatu dengan lautan seakan tersenyum mengucap salam selamat datang padaku, Gunung Rinjani salah satu gunung terindah yang dimiliki Nusa Tenggara Barat setelah Tambora.Kini aku tiba di pulau Lombok tempatku menimba segudang ilmu demi jembatan menuju cita-citaku.
“Dek akhirnya kau samapi dengan selamat” !sapa kakSahrul  satu- satunay kakakku. Dia  telah menunggu di pinggir jalan dekat rumah kakek, karena ia telah setahun sekolah SMA di Lombok,” ya kak tapi sangat meleahkan sepertinya aku tidak ingin melakukan perjalanan sejauh ini lagi” kak Sahrul  menjewer pipiku sambil berkata “ adekku dah besar sekarang”sembari berjalan kaki kerumah kakek dan akhirnya samapai.
2.    In Senior High School (SMA)
Teng. . teng . , teng. . .  loceng pertanda untuk mausk sekolah telah terdengar namun bukan untuk masuk kelas akan tetapi untuk berkumpul dilapangan dalam suasana MOS( Masa Orientasi Siswa). Suasana sekolah saat ini sangat berbeda, gadis desa yang lugu masuk disekolah kota, persaan senang  sedikit tak percayadiri menggangguku. Sekolah didesa sangat berbeda dengan dikota.Keramah tamahan teman- teman sebaya tampak lebih indah dibandingkan sekolah baruku, berjalan kaki bersama teman sembari menikmati panorama alam jauh lebih indah dibandingkan duduk diatas angkot yang membuatku pusing dan mual-mual.Hampir setiap hari berangkat sekolah menggunakan angkot padahal sekolah dengan rumah kakek tidak terlalu jauh.Suasana belajar yang berbeda, sarana prasarana disekolah baruku jauh lebih lengkap dibandingkan sekolah menegah pertamaku. Perjalanan suka duka jauh dari kedua orang tuaku semakin terasa, sepi, rindu tegur sapa mereka, kangen masakan mereka, ingin ibu membelai rambutku  sebelum tidur. Kangen yang sangat pada  ayah dan ibu serta suasana rumah membuatku selalu sedih dalam kesendirian. Setip mobil umum yang lewat aku berharap ada ibu atau ayah yang datang menjenguk dari kampung namun harapanku tak kunjung tercapai hingga akhirnya hanya selembar surat ibu titipan untukku. Hubungan bathin antara ibu dan anak membuat ibuku menggoreskan surat untuku.
                                                            27 Januari 2008
Sahrul, Syera . .. . tolong jaga diri kalian baik-baik nak, raihlah cita-cita kalian jangan sampai sekolah setengah-setengah.  Sekian dari ibumu
                                                                                                Sahmin
Terimakasih, selamat belajar anak-anakku, semoga kalian menjadi anak yang sukses.
Goresan do’a dan rasa sayang seorang ibu melalui tulisan singkat, tidak melihat susunan atau kata-kata surat ibu tapi makna yang tersirat dalam suart mampu membuatku menagis terharu, ibu bisa menulis surat untukku , aku harus semangat menuntut ilmu demi cita-cita dan masa depannku, demi ibu dan ayah yang memperjuangkan anak-anaknya, kerinagtnya yang tak pernah kering bekerja membanting tulang demi anak-anak tercinta.
Waktu telah berlalu tak terasa aku sudah duduk dibangku SMA kelas 2 disalah satu sekolah negeri, entahlah kedua orang tuaku begitu semagat menyekolahkanku disekolah negeri padahl sempat terlintas dibenakku untuk masuk di sekolah agama (pondok pesantren), terasa bersyukur dibenakku aku satu-satunya anak perempuan didesaku yang mau berseolah. Karena rata – rata pemikiran orang tua desaku bahwa anak perempuan hanya bertugas di dapur, sumur dan kasur. Namun tidak bagi ayah dan ibuku laki-laki dan perempuan sama-sama berhak mendapatkan pendidikan yang layak ” hingga setinggi gunung Tambora “ dengan syarat harus jujur dan semangat kata ayahku. !
Kesepian terus membuatku terbelenggu, belum juga terbiasa jauh dari kedua orang tuaku,aku lupa nasehat dan isi pesan surat ibuku,  hiburan dari kakakku dan juga sebagai kakak kelas disekolahku tak mampu menghapus air mata. Aku tidak suka berdiam diri dirumah, tinggal dirumah kelurga membuatku terikat tak bebas mencari jati diri, keadaan menumpang dirumah kelurga membuatku tertekan.Aku  lebihsuka disekolah, banyak teman, banyak kegitan hingga tak ada waktu tuk merenung. Hampir semua organisasi disekolah kuikuti, seperti Teater, PMR, Rohis. Jam keluar main selaluku isi dengan berkunjung keperpustakaan sekolah sedangkan teman-temanku rame makan kekantin, aku  jarang membwa uang jajan, uangku hanya cukup untuk membayar angkot pulang dan pergi sekolah cukup dua ribu rupiah perhari.
Dimasa putih abu- abu aku sadar sudah beranjak dewasa, benih-benih cinta tumbuh dihatiku.“Aku jatuh cinta dan dijatuhi cinta”.Anehnya bukan dengan mahasiswa salah satu universitas swasta yang sering disuruh kakek untuk mengantarku sekolah di kala tak ada angkot yang notabene jatuh cintaku padaku dan bukan juga teman sekolah atau kelasku. Tapi dengan seseorang yang seringku dengar suaranya via telpon dan mengutarakan persaanya yang  belum siapku trima  dan tak pernah melihat raut wajahnya.  Suarnya menghilangkan sedihku, menyejukkan jiwaku, menetramkan hari- hariku.Jatuh cinta berjuta rasa bergejolak dalam jiwa serta dunia terasa milik berdua, pepatah cinta konyol yang paling tepat untukku.Aku tak pernah jatuh cinta dan tak gampang mencintai. Hari- hariku terasa indah semangat belajarku pun meningkat sembari  Penasaran seperti apa dia yang mampu menaklukan hati yang tak gampang jatuh cinta ini.SYABUNI itulah sepenggal nama belahan jiwaku, yang kata kakakku dia seorang laki-laki sholeh, mandiri dan bertanggung jawab yang semakin membuatku menaruh hati padanya ia juga orang desa sepertiku, rumahnya cukup jauh dari tempat tinggal kakekku kebetulan kakakku bersahabat dengan sang pujaan hatiku, entahlah akupun tak tau bagaiman mereka dipertemukan.
Suasana terasa sunyi, masihku teringat ketika dimeja belajar menyelesaikan tugas hitungan uang dalam bentuk teory  Ekonomi Akuntasi dari guru sekolah tersentak dan tak sadar air mataku mengalir membasahi buku jurnalku dikala   sms masuk ke inbox HPku dan  menganggu konsentrasi belajarku. Hati bergetar kalou dia sedang sakit dan koma dirumah sakit.Dalam sekejap rasa kangen dan penasaranku berubah menjadi tangis kesedihan takut kehilangan padal dia belum menjadi kekasihku.Hari-hariku kembali direlung kesedihan ingin bertemu dia. Ingin ikut bersama kakakku menjenguknya tapi rasa takutku lebih besar pada kakak tercintaku. Yang koma dirumah sakit adalah sahabat kakaku tempat berlabuhnya hatiku namun tak berani  ku ceritakan pada kakak ku  atas hubungan dan perasaanku dengannya.
HP butut nokia tiba-tiba bordering terjadi percakapan singkat.”Assalamualaikum. .. Dinda“ dengan suara gemetar dan lemah terdegar ditelingaku. Ku terdiam hanya air mata yang menetes dialah suara belahan jiwaku, “ waalaikumuslm, , , gimana keadaanya kanda, dinda  selalu khawatir atas  kanda  (Kanda dan Dinda panggilan khusus untuk kami berdua).? “ Alhamdulilah lumayan tapi saran dokter  tidak boleh mandi dan  banyak berbicara dulu. Tluit. . .tluit. . . . tak ada suara,ku coba telpon “ nomor yang anda tuju sedang tidak aktif”. Jantung terasa copot  namun jelang beberapa jam kakakku pulang dan mengabrkan bahwa kandaku sudah boleh pulang dari rumah sakit.
3.    Berjabat Tangan dan Tatapan Pertama
Hari-hariku terasa sedikit tenang dan bercampur deg-degkan karena Kandaku  ada janji untuk menemuiku, sudah dua minggu dia keluar dari rumah sakit, semangat belajarpun kembali. Aku sering tersenyum sendiri dikamar dan lebih parah lagi ketika berada dikelas. Hari yang ku tunggupun tiba tepat hari ahad tanggal 4 april 2009 ia hadir dalam wujud nyata, pribadi yang sholeh dan  sederhana, pemuda yang berahlak mulai mampu menggetrakan  jiwa dialah SYABUNI pemuda desa sama sepertiku,anak gunung yang jauh dari kehidupan modern. Hari- harinya diisi dengan kegitan dipondok pesantren.Terasa malu, takut, senang bertemu dengannya. Dengan persaan malu aku persilakan dia masuk dan duduk bersama temannya, secangkir teh hangat dan opak-opak cukup sebagai jamuannya,dia ditemani kakakku, waktu itu aku belum berani duduk bersamanya maklum baru pertama bertemu dan akutakut pada kakakku, entahlah percakapan apa yang terjadi dengan kakakku karena aku diam dikamar. SMS singkat aku kirim ke HPnya,” Dinda  bahagia bertemu kanda, side yang kecil kan”.? Tak lama diapun membalas “afwan Dinda, yang kecil bukan kanda tapi  temanku, yang  kekar dan lebih besar itu kanda” kedubrak kulemparkan badanku di kasur sama sekali tak berharap tak ada rasa jika yang bertubuh kekar dan besar itu adalah dia. Aku menagis sejadi-jadinya. Aku menginginkan laki-laki sederhana itu bukan temannya, mengapa hatiku begitu kuat pada sosok laki-laki bertubuh ramping itu, rasa menyesal bertemu.Menangis dalam kamar ingin dia segera pergi. Akan tetapi selang beberapa jam setelah pulang dia menelpon bahwa yang bertubuh besar dan kekar itu adalah temannya. Dan diperkuat oleh kakakku.Hatiku terasa damai dan peretmuan pertama ku jadikan sebagai hari jadianku denganya.
Selang bebrapa bulan aku bertemu kembali untuk kedua kalinya, kebahagiaan kali ini berbalut ketidak setujuan seseorang kakak melihat adeknya berpacaran diusia yang masih belia, semudah membalikkan telapak tangan menyuruhku memutuskan hubungan yang masih semumur jagung. Dipertuman kedua itu kakaku mengetahwi hubunganku dengan kekasihku, kado berisi Muknah, al-qur’an serta beberapa lembar fhoto sebagai pengobat dikala rindu itu datatang dan tak lupa aku selipkan selembar fhotoku dengan senyum simpul berambut panjang tampa jilbab penutup aurat. Aku gadis desa terlahir dari kelurga sederhana, pembekalan ilmu agama yang pas-pasan dari kedua orang tua, apalagi menyuruhku menutup aurat tak pernah terlontar dari nasehat ibuku, cukup pandai membawa diri dan menjaga diri.  Rindu semakin terasa, ia tak ada, Kandaku tak ada kabar ia hilang bagai ditelan waktu, telpon jarang begitu juga sms  terlebih lagi bertemu.  Aku hanya berteman buku Diarey sebagai teman curhatku dikala malam tiba, rasa rinduku padanya melanda dikala mata belum terpenjam. Entahlah tak terhitung lagi bereapa lembar Diarey  kugoreskan setiap malamnya hingga tak sadar goresan kerinduan  berbentuk tulisan puisi hingga luntur oleh tetesan air mata rindu dan sedihku. Segudang tanda tanya muncul dibenakku yang tergores dalam kertas curhat diareyku

 4 September 2009
PERTANYAAN DIBENAKKU
Ass…
Kandaku apa kabar.?
Apa kanda baik-baik aja.?
Mengapa kanda menghilang.?
Apa kanda udah lupa ma dinda.?
Mengapa kanda ngk balas sms dinda.?
Apa kanda jadi pindah kuliah.?
Apakah kanda dipondok atau dirumah.?
Apakah kanda masih setia ama dinda.?
Kandaku itu sedikit pertanyaan  dibenak dinda.? Dinda kangen…..
Sedikit catatan dalam diareyku . . .. . Beruntung ada Mushaf kecil pemebriannya yang selalu menenmaniku, setiap kali selasai sholat aku selalu sempatkan diri untuk membacanya, hatipun terasa teduh. selang beberapa hari penantianku tuk mendengar suaranya tercapai juga tapi bukan kabar bahagia yang aku dengar melainkan kabar duka, ayahanda Kandaku meniggal dunia pada tanggal 09-09-09, aku merasa sangat terpukul dan sedih ternyata ia menghilang karena ayahnya sakit, aku selalu berfikiran negative tentangnya, ternyata ia sedang bersedih, terasa tak berguna untuknya. Aku takut kehilangan dia, takut ia berhenti sekolah. Setelah musibah yang menimpanya hubunganku dengan SYABUNI yang terkadang ku panggil dengan sebutan special “ Kanda” dan aku adalah “ Dinda”, enetahlah aku sangat suka dipanggil dengan nama itu karena aku merasa sangat berarti dalam hidupnya, menjadi wanita satu-satunya dalam hatinya. Di telpon sekali sebulan cukup mengobati rinduku, smspun begitu bertemu sekali atau dua kali setahun tak mengapa bagiku karena aku juga sadar Kandaku tak punya motor bahkan bisa menggunakan sepeda motorpun setelah mengenalku namun tak mengurangi rasa cintaku pada  pemuda yang sederhana yang mampu menaklukan hatiku.
Kesabaran yang tak pasti membuatku menyerah dengan situasi serba bumerang, tak terasa aku sudah kelas 3 SMA dan sebentar lagi akan ujian nasional, standar kelulusan yang tinggi semakin membuatku tak tenang aku butuh motivasi untuk belajar dan tentunya yang aku harapkan dari kekasihku “ kakandaku”. Kakak yang telah pergi meninggalkanku tuk melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi Negeri dan  kandaku yang menghilang membuatku resah dan gelisah, rasa pesimis meghadapi ujian membuatku lelah dalam penantian, hingga pikiran jernih tampak jauh dari pikiraan. Komunikasi yang jarang membuat kami rengang  Kanda terasa telah melupakan aku, disisi lain kakak kandung tak merestui hubungannku, pikiran terasa tumpang tindih hingga tak jelas siapa diantara kami yang mengakhiri hubungan yang telah dibina. Hanya motivasi dari ayah dan bunda yang selalu menemaniku.
4.    Perjuangan Menjadi Seorang Mahasiswi
Ujian nasional telah usai dan pengumumanpun tiba . Akhirnya aku bukan lagi anak SMA yang selalu rapi memkai seragam putih abu- abu, yang selalu turun dari angkot pembwa sayur kangkung menuju pasar, bercampur ikan terkadang membuat aroma tak sedap pada seragam yang telah rapi dan wangi dari rumah. SMA telah lulus melanjutkan kebangku kuliah sudah menjadi mimpi besarku tentunya jurusan idamanku “ Ekonomi Akuntasi” aku seneng pelajaran ekonomi dan penggemar Sri Muliani menteri Ekonomi Indonesia. Aku ingin sekali seperti beliau menjadi seorang pakar ekonomi.Masuk kuliah bukan seperti yang aku bayangkan, tes demi tes telah ku lalui namun tak kunjung lulus, Ekonomi selalu menjadi pilihan, persaingan yang sangat ketat untuk duduk dibangku kuliah, apalagi Universitas Negeri. Daftar dan tes hingga berkali kali tak kunjung lulus, impian tuk kuliah jurusan Ekonomipun pudar, merayap keswastapun  jadi pilihan mengambil jurusan prawat pilihanku akan tetapi nasib mujur tak juga berpihak padaku tinggi badan tuk menjadi perawat kurang. Bosan rasanya menjadi calon mahasiswa ingin kembali menjadi SMA tapi motivasi dari ayah dan bunda terusku dapatkan yang aku ingat “ KANDAKU” ia hilang bagai ditelan bumi, rindu yang sangat padanya walau bukan menjadi kekasihnya lagi, aku tak kunjung melupakannya, selalu teringat nasehat sejuknya. Hingga kutulis suara hatiku untuknya .
Kesedihan sebelum mata terpejam
Waktu  telah  berlalu …..
Masih teringat  senyum hangat menyapaku
Namun kini telah berlalu sejenak sebagai sejarah tempo dulu
Sejarah yang selalu ku ingat dan  terukir oleh tinta didalam buku
            Terkadang hati ini tak mamapu tuk menjadi bijaksana
            Mengingatnya meneteskan air mata, mengusik cerita indah yang telah lama dibina
            Tangan ini rela basah mengusap butiran dingin air mata
Aku ingin meneyerah dan pasrah…
Tapi aku malu pada mentari yang tak pernah bosan bersinar
Pada angin yang selau berdesis, memberi kesegaran pada setiap yang dilalui
Masih ada senyum  tawa sahabat tercinta
Masih ada ayah bunda menguatkan setiap langkah  dan cita-cita
Allah pelindungku, do’a bunda selalu menyertaiku 
Semangat hari ini menentukan masa depan hari esokku.
           
                                                                                    BY       : Syera
                                                            Special untuk orang tersayang
                                                                                                Kandaku. .. 

 Semabari membalut rinduku padanya aku terus mencoba mendaftar di salah satu perguruan tinggi negeri untuk terakhir kalinya, aku pasrah atas nasibku.Namun  kali ini keberuntung berpihak padaku akhirnya akupun lulus mejadi Mahasiswi Perguruan Tinggi Negeri dengan dilalui kegagalan berkali-kali walau sedikit kecewa bukan Mahasiswi Ekonomi yang ku idapm-idamkan.
Singkat cerita, kini aku seorang mahasiswa bahasa inggris, perkuliahan telah dimulai, teman semakin bayak.Mereka  berlomba –lomba mendekati kakak tingkat sebagai pacarnya tapi aku tak mampu berpaling dari sosok “Kanda” tiap kali ada moment atau acara seminar selalu kuikuti berharap ada dia disana memanggil namaku. Uhsss . .. .  hanya  mimpi, hanya harapan semua yang tak kunjung tercapai.  Hingga suatu hari aku bersama teman kostku Uhti Eva pergi membeli perabotan kost, setiba diperjalan bertemu dengan sekelompok mahasiswa sedang aksi, sebuah organisasi islam dan aku yakin diapun bergabung dalam organisasi tersebut namun tak kunjung ku lihat batang hidung “ Kandaku”. Hiruk pikuk, panas dan ramainya perkotaan sertakan triakan orasi mahasiswa memundurkan langkahku menghilang . .. . 3 hari kemudian, Tluit. .. . tluit. . . tluit. . .. HP butut nokiaku berdering.  ..
(Assalamualaikum , ,, kaifahaluky dinda?  )aku terdiam . ..  hatiku bergetar suara itu tak asing bagiku,  suara yang sangatku nanati, ada kesejukan dalam bathin dikala ia menyapa walau hanya lewat suara. Senyum simpul diwajahku bagai dilukis dengan kegembiraan.(waalaikumuslm. .. .)alhamdulilah sehat. . . . . . . . kedubrak campus terasa mengelegar . . . berdiri di lantai tiga campus membuat suaranya tak jelas dengan derasnya angin. Terjadi percakapan, selang beberapa bulan menyebabkan kami  merajut cinta kembali setelah sekian lama hilang tak ada kabar.
Setahun dua tahunpun berlalu, bayak sekali rintangan cinta dan perkulihan ku lalui, cinta yang putus nyambungpun terjadi, semakin besar persaan cinta semakin takut kehilangan, hingga cemburu yang berlebihan.Pertemuan dan komunikasi yang jarang membuat hubunganku dengannya semakin renggang, kadang rindu yang berlebihan berdampak negative atas sikap kami.Aku percaya Kandaku laki-laki yang setia hanya padaku namun tak jarang pikiran negative membayang diotakku.Cintaku padanya selalu menjadi bayang-bayang semu yang membuatku selalu memikirkannya.Rasa kangen tak kunjung terobati. Membayangkan ia menegurku dibelakang, setiap ada acara seminar atau talkshow aku selalu ikut berharap ada dia disana sekaligus sebagai motivasi untuk tidak berdiam diri di kost. Aku tau dia seorang pemuda yang aktif dalam organisai bahkan kegitan sosoial. Hingga suatu hari sebuah acara besar dicampusku sedang diadakan,diisi oleh seorang pakar politik sekaligus sebagai Dewan  Perwakil Rakyat(DPR),semangat untuk ikut akan bersama teman-temanku . Duduk dikursi barisan terdepan dan biasa mendengar langsung materi dari seorang wakil rakyat yamg tinggal kota metropolitan yang merupakan putra daerah NTB, yang sudah mersakan asam garamnya kehidupan, semangat bersekolah dan perjuangan. Berharap motivasi dan semangat pemateri tertular padaku.  Tak sengaja bola mataku menghadap pintu masuk, pemuda yangku rindu berdiri didepan pintu, celana hitam, baju merah ditambah jaket hitam gaya akhi-akhi menambah rasa wibawanya dihatiku, membwa kotak jajan sedikit membuatnya cangung yang sudah dipersiapkan panitia sembari mencari tempat duduk. Air mataku menetes bukan karena tak disapa olehnya tapi bahagia rinduku terobati.Pulang dengan persaan sedikit sedih pertemuan itu terasa tak sempurna.
Singkat  cerita dari perjalananku denganya, kamipun kembali merajut cinta yang telah kusut. Tak sadar aku sudah duduk disemetr VI dan dua saudaraku sudah duduk dibangku kuliah, kakSahrulFakultas Hukum sedang menggarap skripsi adekku dika duduk dibangku kuliah semester 5 Jurusan Pertanian sementara adek paling terkecil kelas satu SMK Bagian otomotif lombok tengah, itu aratinya beban kedua orang tua yang hanya sebagai petani semakin berat namun beruntunglah aku kedua orang tua tetap semangat untuk melihat  kami kuliah.  Tak terasa 6 tahun sudah perjalan cintaku temani kisah rumit putus nyambung. Teringat saat duduk berdua di taman Rektorat campusku, terasa ia semakin dekat kan menjadi imamku. Aku bangga menjadi kekasihnya karena setiap perkara ia selalu diskusi denganku, selalu saling memotivasi, meminta pendapatku, ketika waktu itu ingin menjadi ketua BEM ( Badan Eksekutip Mahsiswa) dicampusnya, maklum kami berbeda kampus, ia disalah satu Perguruan Tinggi Islam . Semgat selalu kuberikan padanya walau gagal menjadi ketua BEM pun aku selalu menyemangatinya dan cintaku tak pernah berkurang.Hingga suatu hari musibah terjadi padaku, aku bertabrakan hingga menyebabkan aku masuk rumah sakit dan terluka dibagian dimuka. Aku takut ia berpaling dariku karena aku tak secantik Ahwat dicampusnya, muka tompel namun alangkah senengnya hatiku yang ia  datang menjengukku hinnga ia bertemu dengan Ibuku yang datang dari kampung untuk kedua kalinya. Aku sangat seneng karena ibuku merestui hubunganku dengan Kandaku  pemuda gunung namun sholeh dan selalu semangat menuntut ilmu serta  pemuda yang  berfikiran dewasa.
Kini ada yang berubah pada diri ini, balutan busana muslimah mulai menghiasiku, terus belajar tak melepas hjiab dikala keluar rumah, pribadinya yang sholeh membuatku menjadi wanita berhijab, belajar ilmu agamapun aku dapatkan darinya.  Ia mendororongku untuk masuk salah satu organisasi islam namun aku tak suka terjun keorganisai yang sama dengannya , dalam hal organisasi aku tak ingin sama dengannya, namun demi persaan cintaku padanya kuluruskan serta ikhlaskan niatku untuk bergabung dengan organisasi tersebut, rela menginap hingga sakit namun tak mengapa bagiku, sedikit  sedih dan kecewa ditempat yang sama Kandaku sama  sekali tak menegurku hanya sebatas pesan singkat yangku terima,aku merasa sama seperti teman- teman ahwatnya yang lain. Tapi selalu berusaha berikir positive semua kan baik-baik saja, aku mengerti diorganisasi ini kommunikasi antara ikhwan dan ahwat sangat dibatasi apalagi menjalin hubungan cinta yang sangat tidak diperbolehkan  namun entahlah bagi  kami, pacaran tak mengapa bagiku asal tau batas dan etika. Selama itu menjadi motivasi dan berdampak positif pada kegiatan kuliah dan masa depanku.
5.    Menjadi  Santri Semalam
Tepat tanggal 23 pebruari merupakan hari yang aku nantikan, rela tidak bertemu keluarga ketika kuliah libur hanya demi mendampingi Kandaku wisuda. Itulah hari yang paling indah dalam hidupku, seneng bercampur malu akan bertemu ibunya ketika mendamingi acara wisudanya. Dengan permohonan maaf yang sanagat aku tinggalkan adek misannku  “ Yuli” di kontrakan demi mendampingi acara wisudanya. Secara tidak langusng aku perkenalkan Kandaku dengan adek misanku Yuli, karena adek ku akan melanjutkan kuliah disana setidaknya Kandaku bisa membantunya disana karena dia lebih berpengalaman yang sudah lama dipondok sekaligus kuliah dicampus yang akan dituju adekku.
Suasan pondok pesantren yang  sejuk, damai, ramah tamah menyambutku, sebelumnya aku tidak pernah datang kepondok pesantren tersebut, suara lantunan ayat suci al-quran dari para santri mampu menggetarkan hati, kesederhanaan dan kebersamaan tampak dari wajah mereka. Jauh dari orang tua, jauh dari kemewahan tak membuat mereka patah semangat. Sholat berjamaah, tidur bersama , makan apa adanya merupakan hal yang sangat  menyenagkan dipondok pesantren. Terbesit penyesalan “ mengapa dulu aku tidak masuk pondok pesantren belajar ilmu agama” uuhs tak boleh ada penyesalan semuanya sudah diatur insyaallah Kandaku bisa mnegajariku ilmu agama karena dia dari MTs hingga perguruan tinggi hidup dan belajar dipondok pesantren.
Aku merasa menjadi santri semalam, tidur apa adanya bercengkrama dengan teman ahwat kandaku, bertukar cerita dan pengalaman sekolah dan kuliah duluar sana,  di kehidupan bebas tak terikat seperti pondok pesantern. Mereka tampak takut dengan kehidupan diluar sana, pergaulan yang bebas bisa menjerumuskan mereka kedalam dunia gelap. Yah memang benar pondok pesantern sangat bagus untuk menggali ilmu  tak hanya ilmu agama akan tetapi ilmu pengetahuan lainnya. Sementra diluar pondok pesantren pun bagus asalkan kita biasa menjaga diri dari hal-hal yang biasa menjerumuskan. Beruntunglah aku memiliki kedua orang tua yamg sudah menanamkan hidup mandiri, pandai menjaga diri walau berada dimnapun,memiliki kakak yang selalu menasehati. Pagi telah tiba suasana pondok pesantren yang indah, memboking kamar mandipun sudah menjadi kebiasaa, ribuan santri wati untuk beberapa santri tak mengurangi indahnya suasana.Mandi  pagipun wajib bagiku karena hari specialku. Di antar teman ahwat kandaku menuju tempat wisudanya, namun sebelumnya tak lupa sarapan ditemani kandaku. Jelas sekali kebahagian diraut wajahnya, ia tmapak gembira dihari wisudanya dan aku pucat pasi serta malu bertemu ibunya, dengan salam ku sambut ibunya yang baru datang dari gunung” sebutan untuk rumahnya”.  Sarapan bersama ibunya membuatku nerves tidak tau harus mengawali pembicaraan dari mana untuk memecahkan kesunyian. Ku beranikan diri untuk menyapa sekedar bertanya suasan rumahnya, yang jauh dari topic dan situasi hari itu. Tidak seperti yang aku banyangkan Camer ( Calon Mertua) tampak seneng dan ramah padaku, genggaman tangannya hampir tak pernah lepas dariku. Hatiku semakin senang. .. . 
            Acara pengukuhan kekasihku  menjadi seorang serjana SI Pendidikan Agama Islamapun tiba, ia tampak gagah dan berwibawa dengan seragam wisudanya dan lucu dengan toganya, raut wajah seorang ibu tampak bangga melihat anak tercinta wisuda, aku bisa paham itu, sempat terlintas dipikiranku ia menjadi mertuaku dari suamiku. Uuuups. . . kedubrak suasana pecah dengan cuaca ruangan yang panas, tak bermaksud mencari perhatian Camer aku lambaikan kertas di badannya agar tak terlalu panas, air minum aku sungguhkan agar terasa sejuk. Lega rasanya . ..  acara pengukuhanpun selesai kini menuju masjid pondok pesantren untuk istirahat dan sholat sekaligus makan bersama. Tak lupa fhoto bersama sebagai kenang-kenangan bersama kelurganya .Indah memang makan nasi sebungkus beruda dengan ibunya padahal hari itu masih kenyang.Sementra Kanda duduk disampingku sambil bercerita IPK nya. Tak peduli pakainku kotor duduk tampa alas yang  terpenting aku bahagia. Bercengkrama dikamar sementra Kandaku karena kamar tetapnya berada dilantai atas masjid , maklum Kandaku tinggal sekaligus makan disana, namun aku bahagia menjadi bagian dari hidupnya. 
            Semua acra telah usai saatnya pulang, aku diantar pulang oleh Kandaku sementra Ibu bersama adeknya.  Percakapan diperjalananpun terjadi, salah satunya keinginanya untuk berkunjung menemui kedua orang tuaku dikampung  untuk silaturrohim. . . . selang bebrapa hari  setelah wisuda iapun berkunjung kerumahku dikampung, menepuh perjalan ratusan meter tidak membuatnya menyerah bertemu kedua orang tuaku, musibah tabrakanpun menimpanya namun bersyukur tak terlalu parah membuat hatiku lega. Sambutan hangat kedua orang tuaku membuatku lega bahwa ada lampu hijau untuk mersestui hubunganku dengan SYABUNI kekasihku. Tak peduli restu dari kakakku yang terpenting kedua orang tuaku, karena pada akhirnya kakakku akan luluh jika aku menikah setelah serjana dan sukses dengan siapun itu.
6.    Antara Kakak, Adek  dan Kekasihku
            Sebulan setelah acra wisuda dan  kepergian Kandaku kerumah terjadi bumerang antara aku, kandaku dan kakakku. Kakakku mengetahui bahwa aku datang diacara wisuda Kandaku hingga ia marah besar marah dan mencaci makiku via telepon , , , tak ada harga diri  sebagai seorang adek dan wanita. Masih teringat jelas di ingatanku kalimat amarah seorang kakak yang sangat menusuk Kamu wanita murahan, bebas dibawa pergi oleh laki-laki, tidak ada gunanya memakai jilbab karena tabiatmu tak bisa kamu jaga, aku malu punya adek sepertimu, dan kamu membiarkan dia datang kerumah, untuk apa,? Jika waktunya tiba saya tidak akan marah tapi dengan syrat kamu jadi orang sukses dulu, aku malu punya adek perempuan satu-satunya, dan sekarang tolong kirimkan nomor ustadmu( kandaku) Tak ada salam tak  ada pamitan teleponpun mati, pecah tangis dalam perjalan mati sudah aku, aku takut disuruh pulang dan berhenti kuliah, dan  Kandaku pasti akan kena marah besar oleh kakaku. Kepergianku keacara wisudnya membawa malapetaka, padahal aku dan  SYABUNI tak pernah berbuat apa-apa, berjabat tanagnpun tidak, karena aku paham dan yakin kandaku bisa menjagaku karena ia tulus mencintaiku dan menjagaku.
            Kandaku  tampak pasrah atas hubunganku, setelah ia ditelpon kakakku, aku selalu bertanya pada adek misanku Yul yang sudah satu pondok dengan Kandaku namun berbeda tempat tapi setidaknya satu mahad( tempat belajar ilmu agama  tingkat atas), keadaanya selaluku tanyakan pada adekku. Dan aku selalu meminta kandaku untuk membantu adek Yul mengurus kuliahnya nomor HP mereka aku pertukarakan agar mempermudah komunikasi.  Kandaku  sedang dilanda masalah hubunganku dengan terasa berubah, hingga suatu malam adek Yul datang ke kontrakan untuk menginap, curhat suasan pondok, suasana kuliah semabari kumengerjakan tugas Phonology dari dosenku, adekku asyik SMS-an aku bertanya ia hanya menjawab dengan senyuman,saat itu aku kangen dengan Kandaku yang tak ada kabar. Terasa iri dihatiku melihat adekku sms-an, malam itu aneh sekali adekku tampak bahagia HP tak pernah diletakkan hingga kekamar mandipun ia bawa, aneh dan heran diri ini tumben seprti itu. Tiba-tiba HP ku berdering 1 sms from My sweet heart ( nama kandaku di HP). Lega rasanya kangenku sedikit terobati, ctctctctcttctc... . . dengan cepat aku membalas sms-nya sembari mengerjakan tugas. Selang beberapa menit hatiku bergetar dan kaget bunyi sms ke HP adekku sama bunyi kata- katanya dengan yang masuk ke HP ku karena adek yul membacanya dengan suara pelan. Konsentrasi pecah, memikirkan hal itu. Adekku asyik sms hingga ia ketiduran sementara aku pura-pura mengerjakan tugasku, berkali-kali sms masuk ke HPny hinggaku beranikan diri tuk membacanya, malam yang sunyi berubah menjadi tangisku mereka sedekat itukah sekarang saling perhatian, air mata tak terbendung lagi cemburu bergelora dalam hatiku, Yul adeku bukan sainganku, tapi dia adekku ia tau hubunganku . . . . pagipun tiba berusaha kusembunyikan persaan serta rahasia hatiku karena tak ingin melihat adekku berfikrian yang tidak-tidak.
            Menjadi seorang sarjana membuatnya bingung, beban kelurga yang harus ditangung, menetap dipondok atau pulang kampung membangun desa tercintanya.?Pilihan hidup membuatnya bingung hingga hubunganku denganya   sedang tidak harmonis pasca pristiwa ditelpon kakakku.Namun aku selalu berusaha memberikan motivasi semampuku. Hingga ia memutuskan untuk ikut tes Muqoballah ke Madinah, perasaan sedih jika ia lulus berati akan terjadi perpisahan yang cukup lama. Namun sekuat hati aku pendam dan berusaha memberikan motivasi. Namun apa dikata nomor ujiannya tak muncul sedikit lega tak jadi berpisah namun sedih cita-cita kemadinah tak tercapai. Kandaku kembali dilanda masalah, ia menghilang tampa kabar, kesedihan melandaku tak tau harus berbuat apa lagi untuknya selain berdo’a dikala sujudku.
            Rindu yang sangat padanya tak terbendung rasanya, nomor HP nya tak pernah aktif. Rindu ingin bertemu dengannya, males rasanya jika bertanya pada adek tentang Kandaku setelah malam itu. Rasa lelah bolak balek pulang kuliah semakin terasa dikala rinduku tak kunjung terobati. HP ku berdering adek yuliana menelpon.terjadi percakapan singkat:
Yul :Assalamualaikum. . ..  dengan suara sedih…
Waalaikumslm.. . .gimana kabarnya dek.?
Ia tak menjawab hanya kata maaf  dan tangis yang keluar dari mulut adekku.
Maafkan saya kak, saya tak bermaksud merusak hubungan kakak dengan akhi SYABUNI,dia bukan saja menduakan kakak tapi juga mentigakan kakakia memilki kekasih lain, salah satu ukhty dipondokku dan dia juga mengungkapkan persaanya dengan adek. Adek  sudah lama tau semenjak masuk pondok tapi aku takut untuk mengatakanya adek tidak ingin melihat kakak tersakiti olehnya. Tapi satu hal yang harus kakak ingat, SYABUNI manusia biasa yang punya hati yang bisa berubah-rubah, ada yang maha pengatur, kakak harus sabar.
            Pasrah pada masalah yang terjadi, cinta dan bingung bertumpang tindih yang mana harus kupercaya.? Kanda yang sangatku  cintai  bertahun- tahun atau adekku seorang uztazah yang selalu sebagai teman berbagi.?  Berbagi kasih sayang seorang ibu, berbagi kasih sayang adek dan kakak, hingga appaun itu.Tak sanggup rasanya jika kali ini orang yangku cintai harus kubagi pula. Dua nama dan pemikiran, semua membuatku sedih dan berantakan. Ia menghilang, kebiasaan burukku rasa curiga dan masalah selaluku pendam, namun selang beberapa hari aku menelpon kandaku dan menanyakannya prihal cinta yang terbagi  ke adek misannku ternyata hanya sebatas canda yang dilontarkan oleh teman Mahadnya ketika terjadi masalah yang disebabkan oleh kakakku. Namun mengapa hatiku kecilku begitu sakit ketika kesetiaanku dan cinta kami  harus ternodai  oleh kehadiran orang lain. Emosi, kecewa dan pikiran jernih Nampak jauh dariku. Semua pemberian dari lima tahun yang lalu termasuk Mushaf kecil yang selalu menemaniku dengan berat hati kukembalikan melalui teman pondoknya yang kebetulan sebagai teman adek kandungku di kampusnya. Tak lupa aku selipkan sebagian Diare yang menemaniku bertahun-tahun  untuknya, tak sanggup aku membuang diare setiaku. Ku mendengar kabar ia tampak sedih dengan sikap egoisku, mengembalikan pemberian yang sudah diikhlaskan untukku, ia tampak terpukul bagaikan diludahi  akupun terluka ketika cintaku tak dihargai. Sepertinya emosi dan egois sedang berkuasa atas cinta kami, ia datang tampa salam pulang tampa permisi hanya untuk mengembalikan diareyku, dengan mata bengkak karena selalu menangis ku ambil kembali diarey dan selembar fhotoku yang kuberikan padanyanya lima tahun yang lalu ketika bertemu dengannya. Bayang-bayang wanita sholehah  tak bisa jauh dari pikiranku, mereka satu kampus, satu organisasi, satu kelas mahad bisa bertemu setiap hari sementara aku yang bertahun- tahun setia menahan rindu yang tiada tara dikajahuan. Pantaskah aku untukknya, wanita yang baru belajar berhijab setelah bertemu dengannya, kering dengan ilmu agama sebagai pendamping seorang sepertinya disuatu hari nanti.Berfikir, saatnya mengoreksi diri yang hanya bermodalkan emosi dan air mata.Aku mengerti Kandaku bimbang ketika permasalahan kehidupan menerpanya, cita-cita dan tangung jawab kelurga yang diembannya, problema keluraganya membuatnya semberaut.Hingga tak sadar dalam diareyku ku goreskan suara hatiku.
Biarakan aku mencintaimu  dalam diam. . .
 Hanya bisa menyapa dalam do’a dikala sujudku
Berusha tersenyum dikejahuan melihatmu bahagia hingga
 Kasat mata tak mampu melihatmu
Namun hati begitu peka walau berjauhan
Cemburu berlebihan pada teman ahwatmu adalah sisi negatifku
Aku adalah aku wanita dengan sejuta harapan tuk hari esok
Wanita yang ingin memotivasimu dengan sejuta kekuranganku
Ku hanya berusaha dan bero’a karena akupun tak tau apakah engkau  tulang rusukku  yang sudah tercatat di lauhul mahfuz?
Menjadi imamku?
Ayah dari anak- anakku kelak?
Biarakan cintaku bersemayam menjadi cerita yang aku titip dalam hatimu karena hanya aku dan engkau yang tau perjalan suka dan dukaku
Jika engkau jodohku tuhan kan mempertemukan kita sebagai kekasih halal
Tuk bahagia dengan iman dan kesederhanaan, , ,,,
Bila kau miliknya tentunya berharap persaan itu dihapus oleh-Nya.
7.    Berharap Kembali Bertemu
Suasana mulai dingin, ternyata ia hanya mencintaiku dengan jujur menjelaskan hubungannya dengan teman ma’hadnya hanya sebentar dan sudah diahiri itupun karena ia waktu itu terjebak gara-gara mantan pacar akhwat itu yang juga teman kandaku menyuruh untuk mendekatinya agar tidak putus sekolah.ditengah perasaan kecewa aku sangat merindukannya, aku mendengar kabar ia akan melanjutkan kuliahnya diluar daerah itu artinya jarak kami semakin jauh sedikit lega ia akan pergi jauh dari wanita sholehah yang membuat tak tenang. Pertemuan sebelum ia pergi jauh, ia datang ketika aku sedang berada diperpustakaan daerah(PUSDA). Pertemuan kali ini sanagat berbeda, entahlah aku tak mengerti, ia berdiri disampingku, Susana perpustaan yang sunyi karena orang-orang  sedang serius membaca sementara kami diam seribu bahasa. Aku melangkah keluar menuju parkiran, suara kakinya mengikuti langkahku,pecahlah suasana, kuungkapkan kekecewaanku selama ini padanya beruntung air mata dapatku tahan hanya kata maaf dan janji yang terlontakan dari nafasnya.Hubungan kami kembali normal dan kami saling memafkan.
Sebulan telah berlalu, bulan penuh berkah telah tiba,ditengah kekhusukan menjalankan ibadah puasa selalu terbesit rasa rindu pada kedua orang tuaku dikampung halaman tentunya pada kekasihku yang sudah jauh pergi malanjutka kuliah Pascasarjana diluar daerah.Kusibukkan diriku untuk belajar dan semangat kuliah sembari mengabdi disalah satu Taman kanak- kanak Islam agar tidak terlalu kesepian. Sikap polos dan ceria anak-anak  sedikit menghibur dari kesepian. Semangat untuk segera menyelesaikan S1 di perguruan tinggi sudah pasti menjadi targetku tentunya masih banyak segudang cita-cita yang harus ku raih. Berbekal dukungan ayah dan bunda serta do’a mereka, semangat dan  langkah kakiku tidak akan pernah berhenti sampai disini. Kini aku dan Kandaku memang berjauhan jauh dari kasat mata namun hati  begitu dekat, mata hati tak  boleh buta, masalah yang pernah terjadi kan kujadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga bahwa hidup tak selamnya mulus, perjuangan tak selamnaya berhasil, jalan tak selamanya lurus akan ada namanya kegaglan sebelum berhasil, terjatuh sebelum bangkit, tikungan sebelum jalan lurus begitu kisah cintaku. Cinta dan kepercayaan harus ku jaga tentunya bukan  tampa harapan. Berharap bukan saja jadi  kekasih yang memotivasi saat ini namun ku ingin  suatu hari nanti ia tempat bersandar dan berbagi disaat suka maupun duka sebagai penyejuk hatinya dikala ia gundah gulana hingga kami mampu berlabuh dititik harapan  sebagai kekasih halalnya menjadi imam untukku dan anak-anakku kelak dengan harapan kembali bertemu.
 

PENULIS
Hirayani, anak ke dua dari pasangan dua sejoli petani di lereng bukit tambora dompu Nusa Tenggara Barat, panggilan Hyra, Ani, Culing, Ayani, lahir 3 Mei 1991. Kini sedang menempuh study di Universitas mataram (UNRAM) jurusan bahas inggrisbidang keguruan dan ilmu pendidikan.Sekaligus mengajar di SMP 11 MATARAM. Alamat cost, Pejeruk Ampenan Mataram.
Wanita dengan Hoby, Menulis, Membaca, Memasak (3M), bertualangan dialambebas impian Sukses dunia Akherat(SDM).
Karya tulisyang akan di terbitkan Metode Belajar Berbahasa Inggris yang masih dalam peroses editor. Bagi yang mau berbagi bisa dihubungi di herramanieez@yahoo.co.id. handpone 081917496403.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar