A. SYERA
Cerita ini berisi
kisah perjalanan hidup seorang gadis desa untuk menggapai mimipi-mimpi masa
kecilnya, mimpi yang harus membawanya keluar dari kehidupan desa lereng
Tambora. Ia harus meninggalkan kelurga tercinta yang bermodalkan tekad dan
cita-citanya. Perjalanan meraih mimpi tak semudah membalilkan telapak tangan
dan tak seindah Gunung tambora dari kejauhan. Banyak lika liku kehidupan yang
akan menghadang langkah kakinya. Hingga
akhirnya dipertemukan dengan seorang pemuda sederhana diusianya yang masih
belia dan polos.Kini cita-cita dan cinta sudah berbaur menjadi satu. Akankah pemuda sederhana mampu membimbing
syera meraih mimipinya atau sebaliknya mengubah cita-citanya hanya menjadi
cinta membuat hari-harinya bagai pelangi namun gerimis air mata ditengah indah
dan semberautnya kisah cinta. Kisah yang menggugah emosi, sakit dan kecewa
mengubah hidupnya seratus delapan
puluh derajat. Jalan cerita dan kata
yang yang gampang dicerna membawa pembaca seakan sebagai tokoh dalam
cerita.Mampukah si gadis desa nan lugu mempertahankan tekadnya untuk menggapai
cita-citanya ditengah langkahnya harus dipertemukan dengan sosok pemuda yang
sederhana, akankah pemuda pujaan hati Syera dapat menggenggam erat tangannya untuk melangkah
bersama mendaki Rinjani dan Tambora, Menikmati mimpi indah bersama untuk
menggapai sebuah cita-cita, mampu membuatnya menjadi wanita yang sempurna?
1. Graduated From Junior High
School( SMP)
(selamat tinggal desaku)
Sinar mentari di upuk timur
sedikit mengurangi dinginya udara pagi desaku, Suara kicauan burung mampu
memecahkan kesunyian itu, dedaunan melambai-lambai seakan bercengkrama tentang kedamaian.Di
sebuah desa terpencil di lereng Tambora yang sangat jauh dari keramaian kehidupan perkotaan. Pagi itu sangat berbeda dengan biasanya, aku mandi
pagi lebih awal, sedih dan gembira
bercampur jadi satu, hingga
meneteskan air mata. Aku harus meninggalkan kedua orang tuaku demi cita- citaku
selama ini. Sebelum keberangkatanku sempat duduk di teras dan memandang Gunung Tambora masih berdiri tegar yang
pernah meletus di tahun 1885 yang mengakibatkan porak porandanya kehidupan
penduduk desa hingga meneggelamkan tiga
kerajaann pada zaman tersebut. Mata haripun tidak pernah terbit selama
satu tahun dan membuat masyarakat bagian
Eropa kelaparan. Aku tersentak bangun
dari lamunan oleh suara ibu memanggil untuk mengemas pakaian yang akan dibawah.
Ditengah kesibukan melipat pakain ku
pandang raut wajah ibu yang nampak sedih dengan kepergianku,mata beningnya
menyimpan sejuta harapan yang lebih baik untuk masa depan anak-anaknya. Hati
ini berbisik
“Siapa
yang akan mengurus ibu kalau aku pergi,memasak,
bantu ayah dan ibu di sawah aku tau ibu
dan ayah tidak akan pernah mengeluh dalam bekerja demi anak-anaknya. Aku orang yang paling beruntung mendapatkan kedua orang
tua seperti mereka. Berkorban demi masa depan anak-anaknya tegar dan
bijaksana”.
Tak
terasa matahari sudah menyengat di tengah padang ilalang, hewan berkeliaran tampak
kehausan, mobil terus melaju menyusuri jalan berdebu yang sangat panjang terkadang sedikit oleng oleh tumpukan kerikil
letusan gunung Tambora beberapa abad yang lalu. Syera itulah nama
panggilanku, aku anak kedua dari lima bersaudara akan tetapi salah satu adekku
telah menghadap ilahi karena penyakit tumor otak yang dideritanya dan aku satu-satunya anak
perempuan dari lima bersaudara. Aku tersadar dalam perjalanan meninggalkan
rumah untuk melanjutkan sekolahnya kekota, menyusuri jalan hingga ratusan kilo
meter pusing dan mual-mual sudah terasa,
maklum aku anak desa yang tak pernah menempuh perjalanan jauh dan tak terbiasa
menggunakan Bus karena biasanya di desa selalu berjalan kaki menuju sekolah
hingga berkilo-kilo meter. Pemandangan pinggir pantai sedikit mengurangi rasa
pusing, sembari teringat suasana rumah yang damai, teringat ibu yang tegar
begitu berhati lembut tapi kemauan yang keras melihat anak-anaknya bersekolah
dan menjadi orang suskses. Ayahku yang
sekolah hanya sampai kelas tiga sekolah dasar sangat mendukungku dalam menuntut
ilmu, meskipun aku sendirian perempuan dari lima bersaudara, kedua orang tua
sangat adil dalam jatah pendidikan. Aku sangat beruntung memiliki kedua orang
tua seperti mereka, walaupun hanya sebagai petani mereka tak pernah putus asa
dalam hal biaya, ayah dan ibuku selalu berprinsip jujur, sungguh-sungguh, Allah
maha adil.
Aku
terbangun dari lamuan atau mungkin tidur nyenyak dari lelah , melihat
pemandangan yang berbeda, setelah 12 jam perjalanan akhinya turun kapal,
terlihat gunung yang sangat indah bersatu dengan lautan seakan tersenyum
mengucap salam selamat datang padaku, Gunung Rinjani salah satu gunung terindah
yang dimiliki Nusa Tenggara Barat setelah Tambora.Kini aku tiba di pulau Lombok
tempatku menimba segudang ilmu demi jembatan menuju cita-citaku.
“Dek
akhirnya kau samapi dengan selamat” !sapa kakSahrul
satu- satunay kakakku. Dia telah
menunggu di pinggir jalan dekat rumah kakek, karena ia telah setahun sekolah
SMA di Lombok,” ya kak tapi sangat meleahkan sepertinya aku tidak ingin
melakukan perjalanan sejauh ini lagi” kak Sahrul menjewer pipiku sambil berkata “ adekku dah besar
sekarang”sembari berjalan kaki kerumah kakek dan akhirnya samapai.
2. In Senior
High School (SMA)
Teng. .
teng . , teng. . . loceng pertanda untuk
mausk sekolah telah terdengar namun bukan untuk masuk kelas akan tetapi untuk
berkumpul dilapangan dalam suasana MOS( Masa Orientasi Siswa). Suasana sekolah saat
ini sangat berbeda, gadis desa yang lugu masuk disekolah kota, persaan
senang sedikit tak percayadiri
menggangguku. Sekolah didesa sangat berbeda dengan dikota.Keramah tamahan
teman- teman sebaya tampak lebih indah dibandingkan sekolah baruku, berjalan
kaki bersama teman sembari menikmati panorama alam jauh lebih indah
dibandingkan duduk diatas angkot yang membuatku pusing dan mual-mual.Hampir
setiap hari berangkat sekolah menggunakan angkot padahal sekolah dengan rumah
kakek tidak terlalu jauh.Suasana belajar yang berbeda, sarana prasarana
disekolah baruku jauh lebih lengkap dibandingkan sekolah menegah pertamaku.
Perjalanan suka duka jauh dari kedua orang tuaku semakin terasa, sepi, rindu
tegur sapa mereka, kangen masakan mereka, ingin ibu membelai rambutku sebelum tidur. Kangen yang sangat pada ayah dan ibu serta suasana rumah membuatku
selalu sedih dalam kesendirian. Setip mobil umum yang lewat aku berharap ada
ibu atau ayah yang datang menjenguk dari kampung namun harapanku tak kunjung
tercapai hingga akhirnya hanya selembar surat ibu titipan untukku. Hubungan
bathin antara ibu dan anak membuat ibuku menggoreskan surat untuku.
27 Januari 2008
Sahrul, Syera . .. . tolong jaga diri kalian
baik-baik nak, raihlah cita-cita kalian jangan sampai sekolah
setengah-setengah. Sekian dari ibumu
Sahmin
Terimakasih, selamat belajar anak-anakku, semoga
kalian menjadi anak yang sukses.
Goresan
do’a dan rasa sayang seorang ibu melalui tulisan singkat, tidak melihat susunan
atau kata-kata surat ibu tapi makna yang tersirat dalam suart mampu membuatku
menagis terharu, ibu bisa menulis surat untukku , aku harus semangat menuntut
ilmu demi cita-cita dan masa depannku, demi ibu dan ayah yang memperjuangkan
anak-anaknya, kerinagtnya yang tak pernah kering bekerja membanting tulang demi
anak-anak tercinta.
Waktu
telah berlalu tak terasa aku sudah duduk dibangku SMA kelas 2 disalah satu
sekolah negeri, entahlah kedua orang tuaku begitu semagat menyekolahkanku
disekolah negeri padahl sempat terlintas dibenakku untuk masuk di sekolah agama
(pondok pesantren), terasa bersyukur dibenakku aku satu-satunya anak perempuan
didesaku yang mau berseolah. Karena rata – rata pemikiran orang tua desaku
bahwa anak perempuan hanya bertugas di dapur, sumur dan kasur. Namun tidak bagi
ayah dan ibuku laki-laki dan perempuan sama-sama berhak mendapatkan pendidikan
yang layak ” hingga setinggi gunung Tambora “ dengan syarat harus jujur dan
semangat kata ayahku. !
Kesepian
terus membuatku terbelenggu, belum juga terbiasa jauh dari kedua orang
tuaku,aku lupa nasehat dan isi pesan surat ibuku, hiburan dari kakakku dan juga sebagai kakak
kelas disekolahku tak mampu menghapus air mata. Aku tidak suka berdiam diri
dirumah, tinggal dirumah kelurga membuatku terikat tak bebas mencari jati diri,
keadaan menumpang dirumah kelurga membuatku tertekan.Aku lebihsuka disekolah, banyak teman, banyak
kegitan hingga tak ada waktu tuk merenung. Hampir semua organisasi disekolah
kuikuti, seperti Teater, PMR, Rohis. Jam keluar main selaluku isi dengan
berkunjung keperpustakaan sekolah sedangkan teman-temanku rame makan kekantin,
aku jarang membwa uang jajan, uangku hanya
cukup untuk membayar angkot pulang dan pergi sekolah cukup dua ribu rupiah
perhari.
Dimasa
putih abu- abu aku sadar sudah beranjak dewasa, benih-benih cinta tumbuh
dihatiku.“Aku jatuh cinta dan dijatuhi cinta”.Anehnya bukan dengan mahasiswa
salah satu universitas swasta yang sering disuruh kakek untuk mengantarku
sekolah di kala tak ada angkot yang notabene jatuh cintaku padaku dan bukan
juga teman sekolah atau kelasku. Tapi dengan seseorang yang seringku dengar
suaranya via telpon dan mengutarakan persaanya yang belum siapku trima dan tak pernah melihat raut wajahnya. Suarnya menghilangkan sedihku, menyejukkan
jiwaku, menetramkan hari- hariku.Jatuh cinta berjuta rasa bergejolak dalam jiwa
serta dunia terasa milik berdua, pepatah cinta konyol yang paling tepat
untukku.Aku tak pernah jatuh cinta dan tak gampang mencintai. Hari- hariku
terasa indah semangat belajarku pun meningkat sembari Penasaran seperti apa dia yang mampu
menaklukan hati yang tak gampang jatuh cinta ini.SYABUNI itulah sepenggal nama
belahan jiwaku, yang kata kakakku dia seorang laki-laki sholeh, mandiri dan
bertanggung jawab yang semakin membuatku menaruh hati padanya ia juga orang
desa sepertiku, rumahnya cukup jauh dari tempat tinggal kakekku kebetulan
kakakku bersahabat dengan sang pujaan hatiku, entahlah akupun tak tau bagaiman
mereka dipertemukan.
Suasana
terasa sunyi, masihku teringat ketika dimeja belajar menyelesaikan tugas
hitungan uang dalam bentuk teory Ekonomi
Akuntasi dari guru sekolah tersentak dan tak sadar air mataku mengalir
membasahi buku jurnalku dikala sms masuk ke inbox HPku dan menganggu konsentrasi belajarku. Hati
bergetar kalou dia sedang sakit dan koma dirumah sakit.Dalam sekejap rasa
kangen dan penasaranku berubah menjadi tangis kesedihan takut kehilangan padal
dia belum menjadi kekasihku.Hari-hariku kembali direlung kesedihan ingin
bertemu dia. Ingin ikut bersama kakakku menjenguknya tapi rasa takutku lebih
besar pada kakak tercintaku. Yang koma dirumah sakit adalah sahabat kakaku
tempat berlabuhnya hatiku namun tak berani
ku ceritakan pada kakak ku atas
hubungan dan perasaanku dengannya.
HP butut
nokia tiba-tiba bordering terjadi percakapan singkat.”Assalamualaikum.
.. Dinda“ dengan suara gemetar dan lemah terdegar ditelingaku. Ku terdiam hanya
air mata yang menetes dialah suara belahan jiwaku, “ waalaikumuslm,
, , gimana keadaanya kanda, dinda selalu
khawatir atas kanda (Kanda dan Dinda panggilan khusus untuk kami
berdua).? “ Alhamdulilah lumayan tapi saran dokter tidak boleh mandi dan banyak berbicara dulu. Tluit. . .tluit. . . . tak ada suara,ku coba telpon “ nomor
yang anda tuju sedang tidak aktif”. Jantung terasa copot namun jelang beberapa jam kakakku pulang dan
mengabrkan bahwa kandaku sudah boleh pulang dari rumah sakit.
3. Berjabat
Tangan dan Tatapan Pertama
Hari-hariku terasa
sedikit tenang dan bercampur deg-degkan karena Kandaku ada janji untuk menemuiku, sudah dua minggu
dia keluar dari rumah sakit, semangat belajarpun kembali. Aku sering tersenyum sendiri dikamar dan
lebih parah lagi ketika berada dikelas. Hari yang ku tunggupun tiba tepat hari
ahad tanggal 4 april 2009 ia hadir dalam wujud nyata, pribadi yang sholeh
dan sederhana, pemuda yang berahlak
mulai mampu menggetrakan jiwa dialah SYABUNI pemuda desa sama sepertiku,anak gunung
yang jauh dari kehidupan modern. Hari- harinya diisi dengan kegitan dipondok
pesantren.Terasa malu, takut, senang bertemu dengannya. Dengan persaan malu aku
persilakan dia masuk dan duduk bersama temannya, secangkir teh
hangat dan opak-opak cukup sebagai jamuannya,dia ditemani kakakku, waktu
itu aku belum berani duduk bersamanya maklum baru pertama bertemu dan akutakut
pada kakakku, entahlah percakapan apa yang terjadi dengan kakakku karena aku diam
dikamar. SMS singkat aku kirim ke HPnya,” Dinda
bahagia bertemu kanda, side yang kecil kan”.? Tak lama diapun membalas “afwan
Dinda, yang kecil bukan kanda tapi temanku, yang kekar dan lebih
besar itu kanda” kedubrak kulemparkan badanku di kasur sama sekali tak berharap tak
ada rasa jika yang bertubuh kekar dan besar itu adalah dia. Aku menagis
sejadi-jadinya. Aku menginginkan laki-laki sederhana itu bukan temannya, mengapa hatiku begitu kuat pada sosok
laki-laki bertubuh ramping itu, rasa menyesal bertemu.Menangis dalam kamar
ingin dia segera pergi. Akan tetapi selang beberapa jam setelah pulang dia
menelpon bahwa yang bertubuh besar dan kekar itu adalah temannya. Dan diperkuat
oleh kakakku.Hatiku terasa damai dan peretmuan pertama ku jadikan sebagai hari
jadianku denganya.
Selang bebrapa
bulan aku bertemu kembali untuk kedua kalinya, kebahagiaan kali ini berbalut
ketidak setujuan seseorang kakak melihat adeknya berpacaran diusia yang masih
belia, semudah membalikkan telapak tangan menyuruhku memutuskan hubungan yang
masih semumur jagung. Dipertuman kedua itu kakaku mengetahwi hubunganku dengan
kekasihku, kado berisi Muknah, al-qur’an serta beberapa lembar fhoto sebagai
pengobat dikala rindu itu datatang dan tak lupa aku selipkan selembar fhotoku
dengan senyum simpul berambut panjang tampa jilbab penutup aurat. Aku gadis
desa terlahir dari kelurga sederhana, pembekalan ilmu agama yang pas-pasan dari
kedua orang tua, apalagi menyuruhku menutup aurat tak pernah terlontar dari
nasehat ibuku, cukup pandai membawa diri dan menjaga diri. Rindu semakin terasa, ia tak ada, Kandaku tak ada kabar ia hilang bagai
ditelan waktu, telpon jarang begitu juga sms
terlebih lagi bertemu. Aku hanya
berteman buku Diarey sebagai teman curhatku dikala malam tiba, rasa rinduku
padanya melanda dikala mata belum terpenjam. Entahlah tak terhitung lagi
bereapa lembar Diarey kugoreskan setiap
malamnya hingga tak sadar goresan kerinduan
berbentuk tulisan puisi hingga luntur oleh tetesan air mata rindu dan
sedihku. Segudang tanda tanya muncul dibenakku yang tergores dalam kertas
curhat diareyku
4
September 2009
PERTANYAAN
DIBENAKKU
Ass…
Kandaku
apa kabar.?
Apa kanda
baik-baik aja.?
Mengapa
kanda menghilang.?
Apa kanda
udah lupa ma dinda.?
Mengapa
kanda ngk balas sms dinda.?
Apa kanda
jadi pindah kuliah.?
Apakah
kanda dipondok atau dirumah.?
Apakah
kanda masih setia ama dinda.?
Kandaku
itu sedikit pertanyaan dibenak dinda.?
Dinda kangen…..
Sedikit catatan
dalam diareyku . . .. . Beruntung ada Mushaf kecil pemebriannya yang selalu
menenmaniku, setiap kali selasai sholat aku selalu sempatkan diri untuk
membacanya, hatipun terasa teduh. selang beberapa hari penantianku tuk
mendengar suaranya tercapai juga tapi bukan kabar bahagia yang aku dengar
melainkan kabar duka, ayahanda Kandaku meniggal dunia pada tanggal 09-09-09,
aku merasa sangat terpukul dan sedih ternyata ia menghilang karena ayahnya
sakit, aku selalu berfikiran negative tentangnya, ternyata ia sedang bersedih,
terasa tak berguna untuknya. Aku takut kehilangan dia, takut ia berhenti
sekolah. Setelah musibah yang menimpanya hubunganku dengan SYABUNI yang
terkadang ku panggil dengan sebutan special “ Kanda” dan aku adalah “ Dinda”,
enetahlah aku sangat suka dipanggil dengan nama itu karena aku merasa sangat
berarti dalam hidupnya, menjadi wanita satu-satunya dalam hatinya. Di telpon
sekali sebulan cukup mengobati rinduku, smspun begitu bertemu sekali atau dua
kali setahun tak mengapa bagiku karena aku juga sadar Kandaku tak punya motor
bahkan bisa menggunakan sepeda motorpun setelah mengenalku namun tak mengurangi
rasa cintaku pada pemuda yang sederhana
yang mampu menaklukan hatiku.
Kesabaran yang tak
pasti membuatku menyerah dengan situasi serba bumerang, tak terasa aku sudah
kelas 3 SMA dan sebentar lagi akan ujian nasional, standar kelulusan yang
tinggi semakin membuatku tak tenang aku butuh motivasi untuk belajar dan
tentunya yang aku harapkan dari kekasihku “ kakandaku”. Kakak yang telah pergi
meninggalkanku tuk melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi Negeri dan kandaku yang menghilang membuatku resah dan
gelisah, rasa pesimis meghadapi ujian membuatku lelah dalam penantian, hingga
pikiran jernih tampak jauh dari pikiraan. Komunikasi yang jarang membuat kami
rengang Kanda terasa telah melupakan
aku, disisi lain kakak kandung tak merestui hubungannku, pikiran terasa tumpang
tindih hingga tak jelas siapa diantara kami yang mengakhiri hubungan yang telah
dibina. Hanya motivasi dari ayah dan bunda yang selalu menemaniku.
4. Perjuangan
Menjadi Seorang Mahasiswi
Ujian
nasional telah usai dan pengumumanpun tiba . Akhirnya aku bukan lagi anak SMA
yang selalu rapi memkai seragam putih abu- abu, yang selalu turun dari angkot
pembwa sayur kangkung menuju pasar, bercampur ikan terkadang membuat aroma tak
sedap pada seragam yang telah rapi dan wangi dari rumah. SMA telah lulus
melanjutkan kebangku kuliah sudah menjadi mimpi besarku tentunya jurusan
idamanku “ Ekonomi Akuntasi” aku seneng pelajaran ekonomi dan penggemar Sri
Muliani menteri Ekonomi Indonesia. Aku ingin sekali seperti beliau menjadi
seorang pakar ekonomi.Masuk kuliah bukan seperti yang aku bayangkan, tes demi
tes telah ku lalui namun tak kunjung lulus, Ekonomi selalu menjadi pilihan,
persaingan yang sangat ketat untuk duduk dibangku kuliah, apalagi Universitas Negeri.
Daftar dan tes hingga berkali kali tak kunjung lulus, impian tuk kuliah jurusan
Ekonomipun pudar, merayap keswastapun
jadi pilihan mengambil jurusan prawat pilihanku akan tetapi nasib mujur
tak juga berpihak padaku tinggi badan tuk menjadi perawat kurang. Bosan rasanya
menjadi calon mahasiswa ingin kembali menjadi SMA tapi motivasi dari ayah dan
bunda terusku dapatkan yang aku ingat “ KANDAKU” ia hilang bagai ditelan bumi,
rindu yang sangat padanya walau bukan menjadi kekasihnya lagi, aku tak kunjung
melupakannya, selalu teringat nasehat sejuknya. Hingga kutulis suara hatiku
untuknya .
Kesedihan sebelum mata terpejam
Waktu
telah berlalu …..
Masih teringat
senyum hangat menyapaku
Namun kini telah berlalu sejenak sebagai sejarah
tempo dulu
Sejarah yang selalu ku ingat dan terukir oleh tinta didalam buku
Terkadang
hati ini tak mamapu tuk menjadi bijaksana
Mengingatnya
meneteskan air mata, mengusik cerita indah yang telah lama dibina
Tangan
ini rela basah mengusap butiran dingin air mata
Aku ingin meneyerah dan pasrah…
Tapi aku malu pada mentari yang tak
pernah bosan bersinar
Pada angin yang selau berdesis, memberi
kesegaran pada setiap yang dilalui
Masih ada senyum
tawa sahabat tercinta
Masih ada ayah bunda menguatkan setiap langkah dan cita-cita
Allah pelindungku, do’a bunda selalu
menyertaiku
Semangat hari ini menentukan masa depan hari esokku.
BY : Syera
Special
untuk orang tersayang
Kandaku.
..
Semabari membalut rinduku padanya aku terus
mencoba mendaftar di salah satu perguruan tinggi negeri untuk terakhir kalinya,
aku pasrah atas nasibku.Namun kali ini
keberuntung berpihak padaku akhirnya akupun lulus mejadi Mahasiswi Perguruan
Tinggi Negeri dengan dilalui kegagalan berkali-kali walau sedikit kecewa bukan
Mahasiswi Ekonomi yang ku idapm-idamkan.
Singkat
cerita, kini aku seorang mahasiswa bahasa inggris, perkuliahan telah dimulai,
teman semakin bayak.Mereka berlomba
–lomba mendekati kakak tingkat sebagai pacarnya tapi aku tak mampu berpaling
dari sosok “Kanda” tiap kali ada moment atau acara seminar selalu kuikuti
berharap ada dia disana memanggil namaku. Uhsss . .. . hanya
mimpi, hanya harapan semua yang tak kunjung tercapai. Hingga suatu hari aku bersama teman kostku
Uhti Eva pergi membeli perabotan kost, setiba diperjalan bertemu dengan
sekelompok mahasiswa sedang aksi, sebuah organisasi islam dan aku yakin diapun
bergabung dalam organisasi tersebut namun tak kunjung ku lihat batang hidung “
Kandaku”. Hiruk pikuk, panas dan ramainya perkotaan sertakan triakan orasi
mahasiswa memundurkan langkahku menghilang . .. . 3 hari kemudian, Tluit. .. .
tluit. . . tluit. . .. HP butut nokiaku berdering. ..
(Assalamualaikum , ,, kaifahaluky dinda? )aku terdiam . .. hatiku bergetar suara
itu tak asing bagiku, suara yang
sangatku nanati, ada kesejukan dalam bathin dikala ia menyapa walau hanya lewat
suara. Senyum simpul diwajahku bagai dilukis dengan kegembiraan.(waalaikumuslm. .. .)alhamdulilah sehat. . . . . . . . kedubrak campus terasa mengelegar . . . berdiri di lantai tiga campus
membuat suaranya tak jelas dengan derasnya angin. Terjadi percakapan, selang
beberapa bulan menyebabkan kami merajut
cinta kembali setelah sekian lama hilang tak ada kabar.
Setahun
dua tahunpun berlalu, bayak sekali rintangan cinta dan perkulihan ku lalui,
cinta yang putus nyambungpun terjadi, semakin besar persaan cinta semakin takut
kehilangan, hingga cemburu yang berlebihan.Pertemuan dan komunikasi yang jarang
membuat hubunganku dengannya semakin renggang, kadang rindu yang berlebihan
berdampak negative atas sikap kami.Aku percaya Kandaku laki-laki yang setia
hanya padaku namun tak jarang pikiran negative membayang diotakku.Cintaku
padanya selalu menjadi bayang-bayang semu yang membuatku selalu memikirkannya.Rasa
kangen tak kunjung terobati. Membayangkan ia menegurku dibelakang, setiap ada
acara seminar atau talkshow aku selalu ikut berharap ada dia disana sekaligus
sebagai motivasi untuk tidak berdiam diri di kost. Aku tau dia seorang pemuda
yang aktif dalam organisai bahkan kegitan sosoial. Hingga suatu hari sebuah
acara besar dicampusku sedang diadakan,diisi oleh seorang pakar politik
sekaligus sebagai Dewan Perwakil Rakyat(DPR),semangat
untuk ikut akan bersama teman-temanku . Duduk dikursi barisan terdepan dan
biasa mendengar langsung materi dari seorang wakil rakyat yamg tinggal kota
metropolitan yang merupakan putra daerah NTB, yang sudah mersakan asam garamnya
kehidupan, semangat bersekolah dan perjuangan. Berharap motivasi dan semangat pemateri tertular padaku. Tak sengaja bola mataku menghadap pintu
masuk, pemuda yangku rindu berdiri didepan pintu, celana hitam, baju merah
ditambah jaket hitam gaya akhi-akhi menambah rasa wibawanya dihatiku, membwa
kotak jajan sedikit membuatnya cangung yang sudah dipersiapkan panitia sembari
mencari tempat duduk. Air mataku menetes bukan karena tak disapa olehnya tapi
bahagia rinduku terobati.Pulang dengan persaan sedikit sedih pertemuan itu
terasa tak sempurna.
Singkat cerita dari perjalananku denganya, kamipun kembali merajut cinta yang
telah kusut. Tak sadar aku sudah duduk disemetr VI dan dua saudaraku sudah
duduk dibangku kuliah, kakSahrulFakultas Hukum sedang menggarap skripsi
adekku dika duduk dibangku kuliah semester 5 Jurusan Pertanian sementara adek
paling terkecil kelas satu SMK Bagian otomotif lombok tengah, itu aratinya beban kedua orang tua
yang hanya sebagai petani semakin berat namun beruntunglah aku kedua orang tua
tetap semangat untuk melihat kami
kuliah. Tak terasa 6 tahun sudah perjalan cintaku temani
kisah rumit putus nyambung. Teringat saat duduk berdua di taman Rektorat
campusku, terasa ia semakin dekat kan menjadi imamku. Aku bangga menjadi
kekasihnya karena setiap perkara ia selalu diskusi denganku, selalu saling
memotivasi, meminta pendapatku, ketika waktu itu ingin menjadi ketua BEM (
Badan Eksekutip Mahsiswa) dicampusnya, maklum kami berbeda kampus, ia disalah
satu Perguruan Tinggi Islam . Semgat selalu kuberikan padanya walau gagal
menjadi ketua BEM pun aku selalu menyemangatinya dan cintaku tak pernah
berkurang.Hingga suatu hari musibah terjadi padaku, aku bertabrakan hingga
menyebabkan aku masuk rumah sakit dan terluka dibagian dimuka. Aku takut ia
berpaling dariku karena aku tak secantik Ahwat dicampusnya, muka tompel namun
alangkah senengnya hatiku yang ia datang
menjengukku hinnga ia bertemu dengan Ibuku yang datang dari kampung untuk kedua
kalinya. Aku sangat seneng karena ibuku merestui hubunganku dengan Kandaku pemuda gunung namun sholeh dan selalu
semangat menuntut ilmu serta pemuda
yang berfikiran dewasa.
Kini ada yang
berubah pada diri ini, balutan busana muslimah mulai menghiasiku, terus belajar
tak melepas hjiab dikala keluar rumah, pribadinya yang sholeh membuatku menjadi
wanita berhijab, belajar ilmu agamapun aku dapatkan darinya. Ia mendororongku untuk masuk salah satu
organisasi islam namun aku tak suka terjun keorganisai yang sama dengannya ,
dalam hal organisasi aku tak ingin sama dengannya, namun demi persaan cintaku
padanya kuluruskan serta ikhlaskan niatku untuk bergabung dengan organisasi
tersebut, rela menginap hingga sakit namun tak mengapa bagiku, sedikit sedih dan kecewa ditempat yang sama Kandaku
sama sekali tak menegurku hanya sebatas
pesan singkat yangku terima,aku merasa sama seperti teman- teman ahwatnya yang
lain. Tapi selalu berusaha berikir positive semua kan baik-baik saja, aku
mengerti diorganisasi ini kommunikasi antara ikhwan dan ahwat sangat dibatasi
apalagi menjalin hubungan cinta yang sangat tidak diperbolehkan namun entahlah bagi kami, pacaran tak mengapa bagiku asal tau
batas dan etika. Selama itu menjadi motivasi dan berdampak positif pada kegiatan kuliah
dan masa depanku.
5. Menjadi Santri Semalam
Tepat
tanggal 23 pebruari merupakan hari yang aku nantikan, rela tidak bertemu
keluarga ketika kuliah libur hanya demi mendampingi Kandaku wisuda. Itulah hari
yang paling indah dalam hidupku, seneng bercampur malu akan bertemu ibunya
ketika mendamingi acara wisudanya. Dengan permohonan maaf yang sanagat aku
tinggalkan adek misannku “ Yuli” di kontrakan demi mendampingi acara
wisudanya. Secara tidak langusng aku perkenalkan Kandaku dengan adek misanku
Yuli, karena adek ku akan melanjutkan kuliah disana setidaknya Kandaku bisa
membantunya disana karena dia lebih berpengalaman yang sudah lama dipondok
sekaligus kuliah dicampus yang akan dituju adekku.
Suasan
pondok pesantren yang sejuk, damai,
ramah tamah menyambutku, sebelumnya aku tidak pernah datang kepondok pesantren
tersebut, suara lantunan ayat suci al-quran dari para santri mampu menggetarkan
hati, kesederhanaan dan kebersamaan tampak dari wajah mereka. Jauh dari orang
tua, jauh dari kemewahan tak membuat mereka patah semangat. Sholat berjamaah,
tidur bersama , makan apa adanya merupakan hal yang sangat menyenagkan dipondok pesantren. Terbesit
penyesalan “ mengapa dulu aku tidak masuk pondok pesantren belajar ilmu agama”
uuhs tak boleh ada penyesalan semuanya sudah diatur insyaallah Kandaku bisa
mnegajariku ilmu agama karena dia dari MTs hingga perguruan tinggi hidup dan
belajar dipondok pesantren.
Aku
merasa menjadi santri semalam, tidur apa adanya bercengkrama dengan teman ahwat
kandaku, bertukar cerita dan pengalaman sekolah dan kuliah duluar sana, di kehidupan bebas tak terikat seperti pondok
pesantern. Mereka tampak takut dengan kehidupan diluar sana, pergaulan yang
bebas bisa menjerumuskan mereka kedalam dunia gelap. Yah memang benar pondok
pesantern sangat bagus untuk menggali ilmu
tak hanya ilmu agama akan tetapi ilmu pengetahuan lainnya. Sementra
diluar pondok pesantren pun bagus asalkan kita biasa menjaga diri dari hal-hal
yang biasa menjerumuskan. Beruntunglah aku memiliki kedua orang tua yamg sudah
menanamkan hidup mandiri, pandai menjaga diri walau berada dimnapun,memiliki
kakak yang selalu menasehati. Pagi telah tiba suasana pondok pesantren yang
indah, memboking kamar mandipun sudah menjadi kebiasaa, ribuan santri wati
untuk beberapa santri tak mengurangi indahnya suasana.Mandi pagipun wajib bagiku karena hari specialku.
Di antar teman ahwat kandaku menuju tempat wisudanya, namun sebelumnya tak lupa
sarapan ditemani kandaku. Jelas sekali kebahagian diraut wajahnya, ia tmapak
gembira dihari wisudanya dan aku pucat pasi serta malu bertemu ibunya, dengan
salam ku sambut ibunya yang baru datang dari gunung” sebutan untuk
rumahnya”. Sarapan bersama ibunya
membuatku nerves tidak tau harus mengawali pembicaraan dari mana untuk
memecahkan kesunyian. Ku beranikan diri untuk menyapa sekedar bertanya suasan
rumahnya, yang jauh dari topic dan situasi hari itu. Tidak seperti yang aku
banyangkan Camer ( Calon Mertua) tampak seneng dan ramah padaku, genggaman tangannya hampir tak pernah lepas
dariku. Hatiku semakin senang. .. .
Acara
pengukuhan kekasihku menjadi seorang
serjana SI Pendidikan Agama Islamapun tiba, ia tampak gagah dan berwibawa dengan
seragam wisudanya dan lucu dengan toganya, raut wajah seorang ibu tampak bangga
melihat anak tercinta wisuda, aku bisa paham itu, sempat terlintas dipikiranku
ia menjadi mertuaku dari suamiku. Uuuups. . . kedubrak suasana pecah dengan
cuaca ruangan yang panas, tak bermaksud mencari perhatian Camer aku lambaikan
kertas di badannya agar tak terlalu panas, air minum aku sungguhkan agar terasa
sejuk. Lega rasanya . .. acara pengukuhanpun
selesai kini menuju masjid pondok pesantren untuk istirahat dan sholat sekaligus makan bersama.
Tak lupa fhoto bersama sebagai kenang-kenangan bersama kelurganya .Indah memang
makan nasi sebungkus beruda dengan ibunya padahal hari itu masih kenyang.Sementra Kanda
duduk disampingku sambil bercerita IPK nya. Tak peduli pakainku kotor duduk
tampa alas yang terpenting aku bahagia.
Bercengkrama dikamar sementra Kandaku karena kamar tetapnya berada dilantai
atas masjid , maklum Kandaku tinggal sekaligus makan disana, namun aku bahagia
menjadi bagian dari hidupnya.
Semua
acra telah usai saatnya pulang, aku diantar pulang oleh Kandaku sementra Ibu
bersama adeknya. Percakapan diperjalananpun terjadi, salah satunya keinginanya
untuk berkunjung menemui kedua orang tuaku dikampung untuk silaturrohim. . . . selang bebrapa
hari setelah wisuda iapun berkunjung
kerumahku dikampung, menepuh perjalan ratusan meter tidak membuatnya menyerah
bertemu kedua orang tuaku, musibah tabrakanpun menimpanya namun bersyukur tak
terlalu parah membuat hatiku lega. Sambutan hangat kedua orang tuaku membuatku
lega bahwa ada lampu hijau untuk mersestui hubunganku dengan SYABUNI kekasihku.
Tak peduli restu dari kakakku yang terpenting kedua orang tuaku, karena pada
akhirnya kakakku akan luluh jika aku menikah setelah serjana dan sukses dengan
siapun itu.
6. Antara
Kakak, Adek dan Kekasihku
Sebulan
setelah acra wisuda dan kepergian
Kandaku kerumah terjadi bumerang antara aku, kandaku dan kakakku. Kakakku
mengetahui bahwa aku datang diacara wisuda Kandaku hingga ia marah besar marah
dan mencaci makiku via telepon , , , tak ada harga diri sebagai seorang adek dan wanita. Masih
teringat jelas di ingatanku kalimat amarah seorang kakak yang sangat menusuk “ Kamu
wanita murahan, bebas dibawa pergi oleh laki-laki, tidak ada gunanya memakai
jilbab karena tabiatmu tak bisa kamu jaga, aku malu punya adek sepertimu, dan
kamu membiarkan dia datang kerumah, untuk apa,? Jika waktunya tiba saya tidak
akan marah tapi dengan syrat kamu jadi orang sukses dulu, aku malu punya adek
perempuan satu-satunya, dan sekarang tolong kirimkan nomor ustadmu( kandaku)” Tak ada salam tak ada pamitan teleponpun mati, pecah tangis
dalam perjalan mati sudah aku, aku takut disuruh pulang dan berhenti kuliah,
dan Kandaku pasti akan kena marah besar
oleh kakaku. Kepergianku keacara wisudnya membawa malapetaka, padahal aku
dan SYABUNI tak pernah berbuat apa-apa,
berjabat tanagnpun tidak, karena aku paham dan yakin kandaku bisa menjagaku
karena ia tulus mencintaiku dan menjagaku.
Kandaku tampak pasrah atas hubunganku, setelah ia
ditelpon kakakku, aku selalu bertanya pada adek misanku Yul yang sudah satu
pondok dengan Kandaku namun berbeda tempat tapi setidaknya satu mahad( tempat
belajar ilmu agama tingkat atas),
keadaanya selaluku tanyakan pada adekku. Dan aku selalu meminta kandaku untuk membantu
adek Yul mengurus kuliahnya nomor HP mereka aku pertukarakan agar mempermudah
komunikasi. Kandaku sedang dilanda masalah hubunganku dengan
terasa berubah, hingga suatu malam adek Yul datang ke kontrakan untuk menginap,
curhat suasan pondok, suasana kuliah semabari kumengerjakan tugas Phonology
dari dosenku, adekku asyik SMS-an aku bertanya ia hanya menjawab dengan
senyuman,saat itu aku kangen dengan Kandaku yang tak ada kabar. Terasa iri
dihatiku melihat adekku sms-an, malam itu aneh sekali adekku tampak bahagia HP
tak pernah diletakkan hingga kekamar mandipun ia bawa, aneh dan heran diri ini
tumben seprti itu. Tiba-tiba HP ku berdering 1 sms from My sweet heart ( nama
kandaku di HP). Lega rasanya kangenku sedikit terobati, ctctctctcttctc... . .
dengan cepat aku membalas sms-nya sembari mengerjakan tugas. Selang beberapa
menit hatiku bergetar dan kaget bunyi sms ke HP adekku sama bunyi kata- katanya
dengan yang masuk ke HP ku karena adek yul membacanya dengan suara pelan.
Konsentrasi pecah, memikirkan hal itu. Adekku asyik sms hingga ia ketiduran
sementara aku pura-pura mengerjakan tugasku, berkali-kali sms masuk ke HPny
hinggaku beranikan diri tuk membacanya, malam yang sunyi berubah menjadi
tangisku mereka sedekat itukah sekarang saling perhatian, air mata tak
terbendung lagi cemburu bergelora dalam hatiku, Yul adeku bukan sainganku, tapi
dia adekku ia tau hubunganku . . . . pagipun tiba berusaha kusembunyikan
persaan serta rahasia hatiku karena tak ingin melihat adekku berfikrian yang
tidak-tidak.
Menjadi
seorang sarjana membuatnya bingung, beban kelurga yang harus ditangung, menetap
dipondok atau pulang kampung membangun desa tercintanya.?Pilihan hidup
membuatnya bingung hingga hubunganku denganya
sedang tidak harmonis pasca pristiwa ditelpon kakakku.Namun aku selalu
berusaha memberikan motivasi semampuku. Hingga ia memutuskan untuk ikut tes
Muqoballah ke Madinah, perasaan sedih jika ia lulus berati akan terjadi
perpisahan yang cukup lama. Namun sekuat hati aku pendam dan berusaha
memberikan motivasi. Namun apa dikata nomor ujiannya tak muncul sedikit lega
tak jadi berpisah namun sedih cita-cita kemadinah tak tercapai. Kandaku kembali
dilanda masalah, ia menghilang tampa kabar, kesedihan melandaku tak tau harus
berbuat apa lagi untuknya selain berdo’a dikala sujudku.
Rindu
yang sangat padanya tak terbendung rasanya, nomor HP nya tak pernah aktif.
Rindu ingin bertemu dengannya, males rasanya jika bertanya pada adek tentang
Kandaku setelah malam itu. Rasa lelah bolak balek pulang kuliah semakin terasa
dikala rinduku tak kunjung terobati. HP ku berdering adek yuliana
menelpon.terjadi percakapan singkat:
Yul :Assalamualaikum. . .. dengan suara sedih…
Waalaikumslm.. . .gimana kabarnya dek.?
Ia
tak menjawab hanya kata maaf dan tangis
yang keluar dari mulut adekku.
Maafkan saya kak, saya tak bermaksud merusak hubungan kakak dengan
akhi SYABUNI,dia bukan saja menduakan kakak tapi juga mentigakan kakakia memilki kekasih lain, salah satu ukhty
dipondokku dan dia juga mengungkapkan persaanya dengan adek. Adek sudah lama tau semenjak masuk pondok tapi aku
takut untuk mengatakanya adek tidak ingin melihat kakak tersakiti olehnya. Tapi
satu hal yang harus kakak ingat, SYABUNI manusia biasa yang punya
hati yang bisa berubah-rubah, ada yang maha pengatur, kakak harus sabar.
Pasrah pada masalah yang terjadi, cinta
dan bingung bertumpang tindih yang mana harus kupercaya.? Kanda yang
sangatku cintai bertahun- tahun atau adekku seorang uztazah
yang selalu sebagai teman berbagi.?
Berbagi kasih sayang seorang ibu, berbagi kasih sayang adek dan kakak,
hingga appaun itu.Tak sanggup rasanya jika kali ini orang yangku cintai harus
kubagi pula. Dua nama dan pemikiran, semua membuatku sedih dan berantakan. Ia
menghilang, kebiasaan burukku rasa curiga dan masalah selaluku pendam, namun
selang beberapa hari aku menelpon kandaku dan menanyakannya prihal cinta yang terbagi ke adek misannku ternyata hanya sebatas canda
yang dilontarkan oleh teman Mahadnya ketika terjadi masalah yang disebabkan
oleh kakakku. Namun mengapa hatiku kecilku begitu sakit ketika kesetiaanku dan
cinta kami harus ternodai oleh kehadiran orang lain. Emosi, kecewa dan
pikiran jernih Nampak jauh dariku. Semua pemberian dari lima tahun yang lalu
termasuk Mushaf kecil yang selalu menemaniku dengan berat hati kukembalikan
melalui teman pondoknya yang kebetulan sebagai teman adek kandungku di
kampusnya. Tak lupa aku selipkan sebagian Diare yang menemaniku
bertahun-tahun untuknya, tak sanggup aku
membuang diare setiaku. Ku mendengar kabar ia tampak sedih dengan sikap
egoisku, mengembalikan pemberian yang sudah diikhlaskan untukku, ia tampak
terpukul bagaikan diludahi akupun
terluka ketika cintaku tak dihargai. Sepertinya emosi dan egois sedang berkuasa
atas cinta kami, ia datang tampa salam pulang tampa permisi hanya untuk
mengembalikan diareyku, dengan mata bengkak karena selalu menangis ku ambil
kembali diarey dan selembar fhotoku yang kuberikan padanyanya lima tahun yang
lalu ketika bertemu dengannya. Bayang-bayang wanita sholehah tak bisa jauh dari pikiranku, mereka satu
kampus, satu organisasi, satu kelas mahad bisa bertemu setiap hari sementara
aku yang bertahun- tahun setia menahan rindu yang tiada tara dikajahuan. Pantaskah
aku untukknya, wanita yang baru belajar berhijab setelah bertemu dengannya,
kering dengan ilmu agama sebagai pendamping seorang sepertinya disuatu hari
nanti.Berfikir, saatnya mengoreksi diri yang hanya bermodalkan emosi dan air
mata.Aku mengerti Kandaku bimbang ketika permasalahan kehidupan menerpanya,
cita-cita dan tangung jawab kelurga yang diembannya, problema keluraganya
membuatnya semberaut.Hingga tak sadar dalam diareyku ku goreskan suara hatiku.
Biarakan aku mencintaimu dalam diam. . .
Hanya bisa
menyapa dalam do’a dikala sujudku
Berusha tersenyum dikejahuan melihatmu bahagia
hingga
Kasat mata
tak mampu melihatmu
Namun hati begitu peka walau berjauhan
Cemburu berlebihan pada teman ahwatmu adalah sisi
negatifku
Aku adalah aku wanita dengan sejuta harapan tuk hari
esok
Wanita yang ingin memotivasimu dengan sejuta
kekuranganku
Ku hanya berusaha dan bero’a karena akupun tak tau
apakah engkau tulang rusukku yang sudah tercatat di lauhul mahfuz?
Menjadi imamku?
Ayah dari anak- anakku kelak?
Biarakan cintaku bersemayam menjadi cerita yang aku
titip dalam hatimu karena hanya aku dan engkau yang tau perjalan suka dan
dukaku
Jika engkau jodohku tuhan kan mempertemukan kita
sebagai kekasih halal
Tuk bahagia dengan iman dan kesederhanaan, , ,,,
Bila kau miliknya tentunya berharap persaan itu
dihapus oleh-Nya.
7. Berharap
Kembali Bertemu
Suasana mulai
dingin, ternyata ia hanya mencintaiku dengan jujur menjelaskan hubungannya
dengan teman ma’hadnya hanya sebentar dan sudah diahiri itupun karena ia waktu
itu terjebak gara-gara mantan pacar akhwat itu yang juga teman kandaku menyuruh
untuk mendekatinya agar tidak putus sekolah.ditengah perasaan kecewa aku sangat
merindukannya, aku mendengar kabar ia akan melanjutkan kuliahnya diluar daerah itu
artinya jarak kami semakin jauh sedikit lega ia akan pergi jauh dari wanita
sholehah yang membuat tak tenang. Pertemuan sebelum ia pergi jauh, ia datang ketika
aku sedang berada diperpustakaan daerah(PUSDA). Pertemuan kali ini sanagat
berbeda, entahlah aku tak mengerti, ia berdiri disampingku, Susana perpustaan
yang sunyi karena orang-orang sedang
serius membaca sementara kami diam seribu bahasa. Aku melangkah keluar menuju
parkiran, suara kakinya mengikuti langkahku,pecahlah suasana, kuungkapkan
kekecewaanku selama ini padanya beruntung air mata dapatku tahan hanya kata
maaf dan janji yang terlontakan dari nafasnya.Hubungan kami kembali normal dan
kami saling memafkan.
Sebulan
telah berlalu, bulan penuh berkah telah tiba,ditengah kekhusukan menjalankan
ibadah puasa selalu terbesit rasa rindu pada kedua orang tuaku dikampung
halaman tentunya pada kekasihku yang sudah jauh pergi malanjutka kuliah
Pascasarjana diluar daerah.Kusibukkan diriku untuk belajar dan semangat kuliah
sembari mengabdi disalah satu Taman kanak- kanak Islam agar tidak terlalu
kesepian. Sikap polos dan ceria anak-anak
sedikit menghibur dari kesepian. Semangat untuk segera menyelesaikan S1
di perguruan tinggi sudah pasti menjadi targetku tentunya masih banyak segudang
cita-cita yang harus ku raih. Berbekal dukungan ayah dan bunda serta do’a
mereka, semangat dan langkah kakiku
tidak akan pernah berhenti sampai disini. Kini aku dan Kandaku memang berjauhan
jauh dari kasat mata namun hati begitu
dekat, mata hati tak boleh buta, masalah
yang pernah terjadi kan kujadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga bahwa
hidup tak selamnya mulus, perjuangan tak selamnaya berhasil, jalan tak
selamanya lurus akan ada namanya kegaglan sebelum berhasil, terjatuh sebelum
bangkit, tikungan sebelum jalan lurus begitu kisah cintaku. Cinta dan kepercayaan
harus ku jaga tentunya bukan tampa
harapan. Berharap bukan saja jadi
kekasih yang memotivasi saat ini namun ku ingin suatu hari nanti ia tempat bersandar dan
berbagi disaat suka maupun duka sebagai penyejuk hatinya dikala ia gundah
gulana hingga kami mampu berlabuh dititik harapan sebagai kekasih halalnya menjadi imam untukku
dan anak-anakku kelak dengan harapan kembali bertemu.
PENULIS
Hirayani, anak ke dua dari
pasangan dua sejoli petani di lereng bukit tambora dompu Nusa Tenggara Barat,
panggilan Hyra, Ani, Culing, Ayani, lahir 3 Mei 1991. Kini sedang menempuh study
di Universitas mataram (UNRAM) jurusan bahas inggris bidang keguruan dan ilmu pendidikan.Sekaligus mengajar di SMP 11 MATARAM.
Alamat cost, Pejeruk Ampenan Mataram.
Wanita dengan Hoby, Menulis, Membaca, Memasak (3M),
bertualangan dialambebas impian Sukses dunia Akherat(SDM).
Karya tulis yang akan di terbitkan
Metode Belajar Berbahasa Inggris yang masih dalam peroses editor. Bagi yang mau
berbagi bisa dihubungi di @Hira081017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar