BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tujuan
penelitian adalah menemukan teori. Hasil proses penelitian adalah teori. Teori
membuat manusia mempunyai ilmu pengetahuan.
Mencari teori-teori konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai
landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian merupakan
langkah kedua setelah masalah penelitian
dirumuskan. Setiap penelitian yang
kita laksanakan haruslah berlandaskan pada teori yang sesuai dengan topik atau
permasalahan yang kita teliti agar penelitian yang kita lakukan mempunyai dasar
yang kuat dan tidak sekedar asal-asalan. Penelitia kuantitatif mejadikan teori
sebagai paduan arah penelitian. Dalam teori, peneliti kuatitatif mendalami
variabel agar dapat melakukan pengumpulan data sehubungan dengan variabel da
menemuka kerangka argumentasi uuk menjelaskan logika hubungan
variabel-variabel. Oleh karena itu, dalam penelitian kuantitatif, teori menjadi
titik tolak dan sekaligus tujuan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif?
2.
Bagaimana merumuskan hipotesis dalam penelitian kuantitatif?
C.
Tujuan Pembahasan Masalah
1.
Mengetahui kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif.
2.
Megetahui langkah merumuskan hipotesis dalam penelitian
kuantitatif.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori
Setiap
penelitian selalu meggunakan teori. Teori adalah serangkaian
asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proporsi untuk menerangkan suatu
fenomena secara sistematis dengan cara merumuska hubunga antar konsep
(Kerlinger, 1973). Teori merupaka himpunan konsep, definisi, dan proporsi yang
berkaitan satu sama lain secara sistematis dan yang dikemukakan untuk
menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta-fakta) (Cooper & Emory, 1995).
Secara prinsip
kedua Pengertian tersebut hampir sama, yakni bahwa teori mengandung tiga hal.
(1) teori adalah serangkaian proporsi antar konsep yang saling berhubungan, (2)
teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena dengan cara menentukan
hubungan antar konsep, (3) teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara
menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana
bentuk hubungannya.[1]
Labovitz
dan Hagedorn juga menambahkan bahwa teori
merupakan anggapan dasar (rationale) yang menentukan bagaimana dan mengapa
variabel dan pernyataan-pernyataan relasional tertentu saling terkait.
Misalnya, mengapa variabel bebas X (independent variable X) mempengaruhi
atau berpengaruh terhadap variabel Y. Teori akan memberikan penjelasan mengenai
prediksi tersebut. Dengan demikian, teori digunakan untuk menjelaskan sebuah
model atau seperangkat konsep dan proposisi yang sesuai dengan kejadian
yang sebenarnya atau sebagai dasar melakukan suatu tindakan yang terkait
dengan sebuah peristiwa tertentu.
Merriam
mengelompokkan teori kedalam tiga jenis. Pertama, Grounded Theory, menjelaskan kategori besar fenomena dan
paling banyak ditemukan di ilmu pengetahuan alam. Kedua, Middle Range Theory, termasuk antara hipotesa pekerjaan
kecil kehidupan sehari-hari dan teori besar secara keseluruhan. Ketiga, Substantive Theory, terbatas
pada suatu masalah tertentu.
Esensi
(inti) definisi teori ialah bahwa teori itu haruslah menjelaskan adanya
hubungan antarvariabel yang satu dengan variable yang lain. Hubungan
antarvariabel itu harus memperlihatkan sifat ilmiah teori yaitu sifat logis dan
bukti empiris.oleh karena itu, suatu teori ilmiah harus menjelaskan hubungan
logis antarvariabel dan hubungan logis tersebut harus dapat dibuktikan secara
empiris.
Mark membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini
berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakann antara lain:
1. Teori yang deduktif, memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan
atau pikiran spekulatif tertentu kearah data akan diterangkan.
2. Teori yang induktif, cara menerangkan adalah dari data ke arah teori.
3. Teori yang fungsional, disini nampak suatu interaksi pengaruh antara data
dan perkiraan teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum
bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau
sistem Pengertian ini diperleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus
dapat diuji kebenarannya, bila tidak ia bukan suatu teori.[2]
B.
Kedudukan Teori Dalam Penelitian Kuantitatif
Posisi teori dalam penelitian kuantitatif adalah menjadi faktor yang sangat penting dalam proses
penelitian itu sendiri, teori digunakan untuk menuntun peneliti menemukan
masalah, menemukan hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan metodologi dan
menemukan alat analisis data. Selain itu, teori juga digunakan untuk
mengidentifikasi hubungan antar variabel.Penelitian kuantitatif meyederhanakan
kompleksitas gejala degan mereduksi ke dalam ukuran yang dapat ditangani dan
diukur. Ukuran dari gejala yang dapat ditangani dan diukur. Ukuran dari gejala yang ditangani dan diukur
itu dikenal sebagai variabel. Dalam penelitian kuantitatif variable dan
hubungannya nampak dari rumusan
masalahnya. Variable adalah hal pokok yang dipersoalkan dalam penelitian
kuantitatif. Seluruh kegiatan penelitian, termasuk dalam pengembangan teori,
akan memusatkan pengkajiannya terhadap variable. Oleh karenanya teori yang
dikembangkan dalam penelitian kuantitatif adalah mengenai variable dan hubungannya. Teori aka memandu
ke arah pengumpulan data variable dan perumusan dugaan sementara
jawaban
atas pertanyaan penelitian yang merupakan hubungan variabel.
Dalam penelitian kuantitatif, teori dikembangkan sebagai usaha
mencari jawaban pertanyaan penelitian. Usaha pencarian jawaban pertanyaan
penelitian dengan mengembangkan teori
akan menghasilkan dua hal. Pertama, teori memberikan pemahaman terhadap
variabel-variabel yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Pemahaman
terhadap variabel-variabel diperluka sebagai panduan untuk mengumpulkan data.
Data-data tentang variabel kemudian akan digunakan untuk melakukan pembuktian
secara empirik atas kebenaran dari hipotetik teori. Jawaban pertanyaan
penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengujian meggunakan data-data
empirik akan mengkonfirmasi kebenaran hipoteik teori dengan pembuktian empiris.
Kedua, pengembangan teori diperlukan untuk memperoleh panduan dalam pengujian
dengan mengajukan hipotesa yang kebenarannya tenatif dan berlaku pada tingkat
teoritik. Kebenaran sementara yang diajukan dalam pernyataan hipotesis itu
kemudian akan diuji meggunakan data yang dikumpulkan secara empiris. Kebenaran
manusia tidak pernah merupakan kebenaran mutlak. Tiap penemuan akan disusul
dengan satu batas ketidaktahuan baru. Bila batas itu diatasi maka ilmuwan akan
menemukan ketidaktahun baru yang lebih tinggi. Pencarian kebenaran tidak akan
berakhir. Tidak ada masalah yang dapat diselesaikan dengan tuntas. Tindakan
yang terbaik adalah mendapatkan kesimpulan sementara didasarkan pada teori
(Jasin, 1987). Kedudukan teori sebagai sumber hipotesis dan panduan pengumpul
data.[3]
1.
Teori sebagai sumber hipotesis
Dalam
penelitian kuantitatif, teori mejadi sumber bagi pengajuan hipotesis. Teori
menjadi premis-premis dasar yang menjadi landasan penyusunan kerangka berpikir.
Kerangka berpikir menjadi landasan bagi peneliti untuk mengajukan dugaan
kebenaran hipoesis. Kebenaran hipotesis masih bersifat dugaan yang masih harus
diuji dengan menggunakan data-data empiris. Hipotesis merupakan kebenaran pada
tingkat teori yang sementara diterima sambil menunggu dilakukan pegujian
data-data yang dikumpulkan. Hipotesis dugaan
diajukan berdasarkan argumentasi kebenaran yang dibangun dalam keragka
berpikir merupakan kesimpulan kebenaran yang ditarik secara logis dari
teori-teori sebagai premis. Dalam hubungan ini maka dapat dikatakan bahwa teori
merupakan sumber hipotesis.[4]
2.
Teori sebagai panduan pegumpul data
Teori
merupakan paduan dalam pengumpulan data. Pemanduan pengumpulan data dilakukan
dengan mengarahkan pada pengembangan instrument alat ukur yang akan digunakan
untuk mengumpulkan data. Dalam mengarahkan pengembangan alat ukur, teori
membantu memberika definisi mengenai variabel yang hendak dikumpulkan datanya.
Definisi konsep dilakukan dengan memindahkan teori ke dalam bangunan konsep
yang digunakan dalam penelitian. Untuk kepentingan pengukuran, definisi konsep diubah
mejadi definisi operasional sehingga indikator perilaku yang mecerminkan
kepemilikan variabel telah nampak. Kisi-kisi instrument dirancang sesuai dengan
definisi operasional. Kisi-kisi instrumen merupakan perencanaan untuk
penyusunan butir-butir instrumen alat ukur. Butir-butir instrumen yang akan
menjadi alat ukur pengumpulan data dituliskan berdasarkan kisi-kisi instrumen.
Sebelum butir-butir instrument alat ukur digunakan untuk megumpulka data.,
dilakukan terlebih dahulu uji coba untuk melihat mutunya. Selanjutnya data
dikumpulkan dengan cara melakukan pengukuran dengan menggunakan butir-butir
instrument alat ukur yang telah dituliskan dan diuji coba. Misalnya : sebuah
penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar. Penelitian melibatkan dua variabel yaitu motivasi belajar dan
prestasi belajar, sehingga pengukuran pengumpulan data dilakukan atas kedua
variabel
Gambar 1. Bagan Alur Pengambilan
Data
|
|
Data
penelitian merupakan hasil pengukuran terhadap responden pada kedua variabel
tersebut. Contoh fiktif data lima orang responden yang diukur pada kedua
variabel tersebut dapat disajikan seperti pada table berikut:
Data fiktif responden yang diukur pada
variabel motivasi belajar da prestos belajar:
NO
|
Responden
|
Motvasi Belajar (X)
|
Prestasi Belajar (Y)
|
1
|
A
|
45
|
60
|
2
|
B
|
70
|
90
|
3
|
C
|
50
|
75
|
4
|
D
|
65
|
85
|
5
|
E
|
40
|
55
|
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori mengarahka pengumpulan data dengan
cara memberikan definisi yang jelas mengenai variabel yang hendak diukur, baik
berupa definisi konseptual maupun operasional.
C.
Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian
sistematis tentang teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan
variabel yang diteliti. Teori yangdigunakan bukan sekedar pendapat dari
pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang betul-betul telah teruji
kebenarannya secara empiris. Jumlah kelompok teori yang perlu dideskripsikan
tergantung pada luasnya permasalahan dan pada jumlah variable yang diteliti.
Kalau variable yang diteliti ada enam, maka jumlah teori yang dikemukakan juga
ada enam.
Deskripsi teori berisi tentang penjelasan terhadap variable-variabel yang
diteliti melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari
berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap
hubungan antar variabelyang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Pendeskripsian teori akan memberikan gambaran apakah peneliti menguasai
teori dan kontek yang diteliti atau tidak. Langkah-langkah untuk
dapat melakukan pendeskripsian teori
adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan nama variable yang diteliti, dan jumlah
variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan
(buku, kamus, ensiklopedi, journal ilmiah, laporan penelitian, Skripsi, Tesis,
Disertasi)
yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan
setiap variable yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang
relevan dengan setiap variable yang akan diteliti (untuk referensi yang
berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang
digunakan, tempat penelitian, sample sumber data, teknik pengumpulan data,
analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).
4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada
setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain,
dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan
variable yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkandan buatlah rumusan
dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari
berbagai sumber kedalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber
bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan
teori harus dicantumkan.
D.
Merumuskan Hipotesis
1.
Pengertian hipotesis
Good dan scates
(1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang
dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta
yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai
petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya.
Trealese (1960)
memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan semnatara dari suatu
fakta yang dapat diamati. Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah
pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel.[5]
Apabila peneliti telah mendalami permasalahan
penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat
suatu teori sementara, yang kebenarannya masih perlu di uji (di bawah
kebenaran). Inilah hipotesis peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis.
Peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan
hipotesis.
Terhadap hipotesis
yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap dua hal yakni :[6]
a.
Menerima keputusan seperti apa
adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian).
b.
Mengganti hipotesis seandainya
melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya
hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Untuk mengetahui
kedudukan hipotesis antara lain :[7]
a. Perlu diuji
apakah ada data yang menunjuk hubungan variabel penyebab dan variabel akibat.
b. Adakah
data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada ,memang ditimbulkan oleh penyebab
itu.
c. Adanya
data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan
akibat tersebut.
d. Apabila
ketiga hal tersebut dapat dibuktikan , maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai
kedudukan yang kuat dalam penelitian.
G.E.R
brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi :
a. Penelitian
menghitung banyaknya sesuatu
b. Penelitian
tentang perbedaan
c. Penelitian
hubungan.
2.
Kegunaan hipotesis
Kegunaan
hipotesis antara lain:[8]
1)
Hipotesis memberikan penjelasan
sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam
suatu bidang.
2)
Hipotesis memberikan suatu
pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian.
3)
Hipotesis memberikan arah kepada
penelitian.
4)
Hipotesis memberikan kerangka untuk
melaporkan kesimpulan penyelidikan
3.
Jenis-jenis hipotesis
Ada
dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian antara lain :
1) Hipotesis
kerja atau alternatif ,disingkat Ha, hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan
antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan
hipotesis kerja
a)
Jika... Maka...
b)
Ada perbedaan
antara... Dan... Dalam...
c)
Ada pengaruh...
Terhadap...
2) Hipotesis
nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis ini menyatakan tidak ada
perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap
variabel Y
Rumusannya:
a) Tidak ada perbedaan antara...
Dengan... Dalam...
b) Tidak ada pengaruh... terhadap...
Saran untuk memperoleh hipotesis:
1. Hipotesis induktif
Dalam prosedur induktif, penelitian
merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi dari hubungan-hubungan yang
diamati
2. Hipotesis deduktif
Dalam hipotesis ini, peneliti dapat
memulai penyelidikan dengan memilih salah satu teori yang ada dibidang yang
menarik minatnya,setelah teori dipilih, ia lalu menarik hipotesis dari teori ini.
4.
Menggali dan merumuskan hipotesis
1) Mempunyai
banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak
membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang
dilaksanakan.
2) Mempunyai
kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta
hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
3) Mempunyai
kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuaia
dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Good dan scates memberikan beberapa
sumber untuk menggali hipotesis :
1)
Ilmu pengetahuan dan
pengertian yang mendalam tentang ilmu
2)
Wawasan serta
pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan
3)
Imajinasi dan
angan-angan
4)
Materi bacaan dan literatur
5)
Pengetahuan
kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang diselidiki.
6)
Data yang tersedia
7)
kesamaan.
Sebagai kesimpulan , maka beberapa
petunjuk dalam merumuskan hipotesis dapat diberikan sebagai berikut :
1) Hipotesis
harus dirumuskan secara jelas dan padat serta spesifik
2) Hipotesis
sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaraif dan berbentuk pernyataan.
5. Menguji hipotesis
Sesudah hipotesis dirumuskan ,
hipotesis tersebut kemudian diuji secara empiris dan tes logika. Untuk menguji
suatu hipotesis ,peneliti harus :[10]
1) Menarik
kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi yang akan dapat diamati apabila
hipotesis tersebut benar.
2) Memilih
metode-metode penelitian yang mungkin pengamatan , eksperimental, atau prosedur
lain yang diperlakukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat tersebut terjadi
atau tidak.
3) Menerapkan
metode ini serta mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan
apakah hipotesis tersebut didukung oleh data
atau tidak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori adalah
suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem Pengertian ini
diperleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji
kebenarannya, bila tidak ia bukan suatu teori.
Kedudukan teori sebagai sumber hipotesis dan panduan pengumpul
data. Dalam penelitian kuantitatif, teori mejadi sumber bagi pengajuan
hipotesis. Teori menjadi premis-premis dasar yang menjadi landasan penyusunan
kerangka berpikir. Kerangka berpikir menjadi landasan bagi peneliti untuk
mengajukan dugaan kebenaran hipotesis.
Hipotesis adalah sebuah taksiran
atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat
menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan
digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya. Dalam merumuskan
hipotesis, peneliti harus 1) mempunyai banyak informasi tentang masalah yang
ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada
hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.2) mempunyai kemampuan
untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal
yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.3) mempunyai
kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuaia
dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Muslich dan Iswati, Sri, Buku
Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif (Surabaya : AUP, 2009)
Sugiyono, Metode Penelitian
Pendidikan Pendekata Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D (Bandung Alfabeta, 2012)
Purwanto, Metodologi Penelitian
Kuantitatif utuk Psikologi dan Pendidikan (Yogyakarta :Pustaka Pelajar,
2010)
Furchon, Arief, Pengantar
Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,1982)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktika, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997)
Nazir, Moh, Metode Penelitian, ,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003)
Faisal,
Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1982)
[1]
Muslich Anshori dan Sri Iswati, buku ajar metodologi penelitian kuantitatif
(Surabaya : AUP, 2009) hlm. 7
[2]
Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekata kuantitatif, kualitatif, dan R
& D (Bandung Alfabeta, 2012) hlm.80
[3]
Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif utuk Psikologi dan Pendidikan
(Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 136
[4] Ibid,
hlm.138
[5] Arief
Furchon, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,1982)
hlm. 126
[6] Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktika, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997) hlm. 72
[7] Ibid,
hlm.73
[8] Moh.Nazir,
Metode Penelitian, , (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 151
[9] Ibid,
hlm. 133
[10] Sanapiah
Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1982) hlm. 19
terima kasih .. bermamfaat sekali buat saya
BalasHapus