I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Islam adalah ideologi
agama yang paling cocok dengan logika, paling tegas di dalam keyakinan prinsip
Ke-Esaan Tuhan dan paling jelas dalam menemukan kemuliaan zat yang Maha Tinggi
dan Maha Mulia. Kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa telah diajarkan oleh para
Nabi Allah, mulai Nabi Adam Saw hingga penutup kesempurnaan agama langit yaitu
Nabi Muhammad Saw. Wahyu merupakan pilar dan pondasi utama kenabiaan dan
sekaligus hal yang paling penting dalam agama-agama langit.[1]
Islam adalah
jendela bagi manusia Muslim untuk melihat alam. Islam tidak membiarkan manusia
Muslim menjadi panik dalam pencarian-pencariannya tentang sikap yang harus
diambil dalam kehidupannya, namun ia telah menggariskan sebuah sikap yag
realistis dan logis dan menuntutnya untuk berpegang teguh dengannya. Adakalanya
dengan pendidikan membuat sesuatu dari sesuatu tanpa daya tarik internal di
dalam yang disebut ”sesuatu”.[2]
Sebagai contoh: alam bagi seorang Muslim dalam perspektif Islam adalah medan
yang harus digelutinya dengan proses historis dan kosmis sesuai kehendak Allah
SWT.[3]
Kebangkitan
dan pencerahan yang dilakukan Nabi merupakan fakta sejarah yang memiliki
pengaruh mendalam bagi manusia. Jika gerakan para Nabi sepanjang sejarah tidak
pernah terjadi, maka kondisi dunia tidak akan seperti saat ini. Kebangkitan dan
pencerahan yang tulus tidak mungkin dapat diselewengkan oleh penipu. Mencari
dan memperoleh pengetahuan mengenai masa silam akan menghasilkan pencerahan dan
kepuasaan intelektual.[4]
Pengkajian tentang kebudayaan Islam dan peradaban umat Islam merupakan hal yang
patut dihargai.
Salah satu
cahaya keemasan yang paling dekat dengan kita adalah sejarah Nabi Muhammad Saw. Merupakan fakta tentang orang yang memiliki
pengaruh di seluruh dunia nomor satu. Beliau menyebarkan Islam sendirian di
Mekkah yang saat itu penduduknya jahiliyah dan kemudian berubah menjadi
masyarakat berakhlak.[5]
Adapun Islam berada di tangan Rasulullah Saw memegang peranan dalam
persoalan-persoalan dunia dan mulai besar sejak masa-masa hidup Rasulullah Saw.
Bahkan menguasai pembentukan prinsip-prinsip yang mempengaruhi politik dunia
dan masih mempengaruhi kebudayaan serta peradaban Islam di dunia.
Sebagai
tambahan bagi tanda-tanda dari Al-Qur’an, Nabi Muhammad juga telah menyebutkan
beberapa misi kenabiannya. Pada suatu saat ia berkata: “Aku diutus tiada lain
untuk menyempurnakan akhlak manusia”. Dan dalam kesempatan lain beliau
mengulangi kata-kata ini tiga kali,”Aku
diutus untuk memberi pengajaran”[6]
B. Rumusan
Masalah.
Di dalam
makalah ini akan dikemukakan beberapa segi pokok tentang Islam sebagai ideologi
agama dan kebudayaan masyarakat Islam. Maka rumusan masalah yang dibuat sebagai
berikut:
1. Apa
pengertian kebudayaan Islam?
2. Bagaimana
keadaan masyarakat Islam?
3. Bagaimana krisis
kebudayaan Islam?
4. Bagaimana
bangunnya dunia Islam?
C. Tujuan
Masalah.
Berdasarkan
beberapa rumusan masalah di atas maka tujuan dari pembahasan ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengertian kebudayaan Islam.
2. Untuk
mengetahui masyarakat Islam.
3. Untuk
mengetahui krisis kebudayaan Islam.
4. Untuk
mengetahui bagaimana bangunnya dunia Islam.
II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kebudayaan Islam.
Kebudayaan
berasal dari kata "budi" dan "daya", kemudian digabungkan
menjadi "budidaya" yang artinya upaya untuk menghasilkan dan
mengembangkan sesuatu agar menjadi lebih baik dan memberi manfaat bagi
kehidupan. Lalu diberi imbuhan "ke" dan "an" menjadi kebudidayaan
atau disingkat menjadi kebudayaan.[7] Jadi, kebudayaan adalah upaya yang dilakukan
umat manusia untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu, baik yang sudah ada
maupun yang belum ada agar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Menurut
Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh
manusia. Sebagian para ahli mengartikan kebudayaan kemungkinan besar sangat
dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan
bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan
yang lebih kompleks[8] Dengan demikian kebudayaan berkaitan dengan
aspek kehidupan manusia yang menyeluruh baik material maupun non material.
Sebagian para ahli mengartikan kebudayaan
kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu
teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang
sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks[9]
Dengan demikian kebudayaan berkaitan dengan aspek kehidupan manusia yang
menyeluruh baik material maupun non material.
Ada 3 bentuk kebudayaan dalam perwujudan sebagai
berikut:
1.
Wujud
sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan
peraturan. Kebudayaan ini dapat disebut sebagai adapt istiadat yang menunjukan
bahwa budaya mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada
tindakan, kelakuan, dan perbuatan manusia dalam masyrakat sebagai sopan santun.
2.
Wujud
kebudayaan sebagai aktivitas dan
tindakan manusia dalam masyarakat.Wujud ini dapat disebut sistem social karena
menyangkut tindakan dan kelakuan manusia.
3.
Wujud
ini berupa interaksi masyarakat dan aktivitas masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari.Wujud kebudayaan sebagai benda dan hasil karya manusia.
Wujud ini bersifat fisik atau karya benda yang
sifatnya paling konkret dari hal-hal kecil hingga hal yang besar, seperti candi
borobudur, kain batik, dan lain sebagainya.
Islam menurut
etimologi berasal dari bahasa arab, salima yang artinya selamat dan aslama
yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa, menyerah diri,
ketundukan dan kepatuhan.[10]
Islam juga memiliki arti berserah diri.[11]
Dengan melakukan aslama orang itu
akan selamat dunia akhirat.[12]
Kata Islam adalah nama yang diberikan oleh Allah Swt ditunjukan pada ayat
Al-Quran yaitu:
¨bÎ) úïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 $tBur y#n=tF÷z$# úïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# wÎ) .`ÏB Ï÷èt/ $tB ãNèduä!%y` ÞOù=Ïèø9$# $Jøót/ óOßgoY÷t/ 3 `tBur öàÿõ3t ÏM»t$t«Î/ «!$# cÎ*sù ©!$# ßìÎ| É>$|¡Ïtø:$# ÇÊÒÈ
Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai)
disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah
diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Menurut Geezt,
agama adalah suatu sistem simbol yag bertindak untuk menetapkan dorongan
hati dan motivasi kuat, menembus, dan bertahan lama pada manusia dengan cara
memformulasikan berbagai konsep tentang suatu tatanan umum dari yang hidup dan
mewarnai konsep-konsep ini dengan aura faktualitas sehingga (dorongan hati dan
motivasi itu tampak sangat realistik.[13]
Dari interpretasi Geertz terdapat pada asumsi bahwa agama sebagai suatu sistem
budaya yang mengandung konsep-konsep tentang suatu tatanan umum keberadaan yang
penting bagi orang-orang beriman dalam suatu komunitas agama tertentu. Adapun
prinsip-prinsip penting agama Islam adalah (1) percaya bahwa Sang Pencipta itu
Esa atau tunggal, tak berwujud, Maha Kuasa, Penyayang dan Pengasih; (2)
kedermawanan dan persaudaraan antar umat manusia; (3) menundukkan hawa nafsu;
(4) bersyukur kepada Sang Pemberi segala kebaikan; dan (5) pertanggungjawaban
manusia atas perbuatannya di akhirat.[14]
B. Keadaan Masyarakat
Islam.
Salah satu
kekayaan sejarah peradaban Islam adalah mengenal keadaan masyarakat Islam,
peradaban dan pemikiran umat manusia. Membahas sejarah Islam sangatlah luas dan
kompleks. Islam hadir di tengah masyarakat Jahiliyyah melalui Nabi Muhammad
Saw. Islam selanjutnya menyebar dengan peran keluarga dan para sahabat.
Kemudian setelah itu muncul dinasti-dinasti al-Khulafa ar-Rasyidun. Al-Khulafa Ar-Rasyidun
adalah Sayyidina Abu
Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Ustman, dan Sayyidina Ali yang menjadi penguasa tertinggi bagi
umat Islam setelah Nabi Muhammad Saw wafat. Mereka berhasil membuat peradaban dan
kekuatan politik yang menandingi kekuatan. Yang saat itu,
yaitu Bizantium dan Persia.
Akan tetapi ada perselisihan umat Islam yang terbesar yaitu masalah
kekhalifahan/kepemimpinan setelah Nabi Saw wafat. Perselisihan ini
mengakibatkan pertumpahan darah dalam Islam, yang sebelumnya belum pernah
terjadi. Dapat dipastikan, perselisihan tidak akan terjadi apabila Nabi Saw
masih hidup. Beliau akan selalu membimbing manusia ke jalan yang lurus.[15]
Bahkan di masa hidup
Nabi Muhammad Saw penentangan terhadap beliau dikisahkan melalui peristiwa
Usamah bin zaid. Saat itu Farwah bin Umar Al-Judzami, kepala daerah Ma’an yang
diangkat Kaisar Romawi, memeluk agama Islam. Mengetahui hal itu, para penguasa Romawi
sangat marah dan membunuh dengan kepalanya dipancung, lalu diletakkan di
sebuah mata air bernama Alfa’ di Palestina. Mengetahui kejadian tersebut,
Rasulullah SAW segera menyiapkan pasukan. Sebagai panglima perang, diangkatlah
Usamah bin Zaid bin Haritsah. Kala itu usianya baru 18 tahun. Beberapa sahabat sempat mempertanyakan
keputusan tersebut. Apalagi, turut serta dalam pasukan itu para sahabat senior
semisal Umar bin Khathab, Abu Ubaidah bin Jarrah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Said
bin Zaid, Amru bin Nufail, dan lainnya. Mendengar desas-desus yang seolah
menyepelekan kemampuan Usamah itu, Umar bin Khathab segera menemui Rasulullah.
Beliau sangat marah, lalu bergegas mengambil sorbannya dan keluar menemui para
sahabat yang tengah berkumpul di Masjid Nabawi. Setelah memuji Allah dan mengucapkan syukur,
beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, aku mendengar pembicaraan mengenai
pengangkatan Usamah? Demi Allah, seandainya kalian menyangsikan
kepemimpinannya, berarti kalian menyangsikan juga kepemimpinan ayahnya, Zaid
bin Haritsah.”.“Demi Allah,
Zaid sangat pantas memegang pimpinan, begitu juga dengan putranya, Usamah.
Kalau ayahnya sangat aku kasihi, maka putranya pun demikian. Mereka adalah
orang yang baik. Hendaklah kalian memandang baik mereka berdua. Mereka juga
adalah sebaik-baik manusia di antara kalian.”[16]
Peristiwa ini menunjukkan penurunan kebudayaan masyarakat Islam bahwa
ketaatan kepada pemimpin (dalam hal ini Nabi) berkurang, apalagi kejadian ini
terjadi di saat masa-masa akhir kehidupan Nabi Muhammad yang seharusnya nilai
ketaatan kepada seorang pemimpin tertanam sempurna pada setiap sahabat-sahabat
Nabi Saw.
Selain itu sejarah peradaban Islam memiliki jejak-jejak emas seperti
penerjemahan kitab-kitab kuno para filosof Yunani pada masa dinasti Abbasiah
yang saat itu dikuasai oleh Harun Ar-Rasyid dan al-Ma'mun. Selain itu ilmu pengetahuan dikembangkan oleh
universitas Fatimiah di Cairo (Dar al-Hikmah), serta melaui Umayyah II
di Cordova. Kemudian setelah jatuhnya Bagdad 656 H/1258 M ketika banyak ulama
berhijrah ke Timur sebagai pelarian dari ancaman pembantaian Mongol. Penduduk
wilayah Pantai Utara mengenal Islam berkat kedatangan mereka dan para pedagang
Muslim yang datang mencari stabilitas dan keamanan. Perjalanan Islam
dilanjutkan melalui imperium baru melalui tiga dinasti yang mana ilmu
pengetahuan dipusatkan di Trans Oxiana (Chaghtai), Sarai Baru (Golden Horde)
dan Tabriz (Ilkhan)[17]
Selain
kejayaan dan sumbangsih ilmu pengetahuan dari manusia yang diberikan untuk
peradaban Islam, konflik yang menyedihkan bagi keluarga Nabi dengan kepentingan
bermadzhab karena perbedaan aliran yang sangat kental. Menurut Tonybee,
Islam memiliki dua saudara kembar yaitu masyarakat Iran dan Arab. Hal ini
diungkapkan tentang kerkuasanya khalifah Usmani terhadap negara-negara Arab.
Perpecahan agama bukanlah penyebab timbulnya perbedaan antar kedua masyarakat.
Walaupun Islam terpecah menjadi dua golongan, Ahlusunnah dan Syi'ah, tetapi
perpecahan ini tidak pernah sama di setiap periodenya. [18]
Dengan
perpecahan masyarakat Arab Islam dan masyarakat Iran Islam, telah merobek-robek
hati masyarakat Iran Islam, ketika madzhab Syi'ah Iran berkuasa pada permulaan
abad ke enam belas Masehi, hingga madzhab ini menjadi poros dan dasar pokok
masyarakat Iran yang beragama Islam,(yang meluas ke timur dan ke barat dari
Afghanistan hingga Anatolia), dengan membiarkan madzhab Ahlusunnah berkuasa di
samping poros ini, yakni di ujung-ujung negeri Iran dan negeri Arab hingga ke
selatan dan ke barat.[19]
Perpecahan
masyarakat Islam menjadi Syiah Ahlulbait dan Ahlussunnah terjadi pasca wafat
Nabi Muhammad Saw. Tanpa disadari, para musuh berusaha mengubur atau menjauhkan
keluarga Nabi yaitu Ahlulbait dari manusia dan sejarah.[20]
Maka sebagian kelompok tak ingin sejarah Ahlulbait diangkat dan
dibicarakan yang sebenarnya, karena hal ini akan menghadapi sebuah kekuatan
agenda politik duniawi tertentu. Pihak ini sadar betul, jika sejarah ini dibuka
maka kepalsuan legitimasi atau landasan yang selama ini dijadikan instrument
akan mengancam eksistensi mereka.[21]
Dengan dapat
dipastikan bahwa konsep yang disajikan oleh Rasul sejak awal sudah didukung
oleh kepemimpinan Imam Ali sebagai sosok satu-satunya di tengah masyarakat
Islam yang mampu memainkan peran sebagai pengganti Rasul dan membenahi keusakan
dan kekurangan yang diwariskan ketiga khalifah sebelumnya. Rasa hormat dan
simpati tulah yang mendorong hati masyarakat menyerahkan tampuk kepemimpinan
kepadanya setelah Usman bin Affan tewas terbunuh. Rasa cinta itu bukan lahir
dari karakter spiritual maupun politik. Seharusnya keyakinan terhadap pemimpin
adalah kelanjutan dari keimanan kepada Rasulullah.[22]
Jika saja
manusia mau belajar sejarah dan memahaminya dengan menggunakan akal pikiran
yang jernih, maka perbedaan itu tidaklah terjadi. Sebagaimana yang dituliskan
oleh mufasir kontemporer M. Quraish Shihab bahwa manusia memiliki akal yang
berpotensi mengantarkan seseoramg untuk berpikir tentang persoalan hal ini
diperkuat dengan hadist Nabi Muhammad Saw bahwa: " Agama adalah akal,
dan tidak ada (tidak dianggap ber)agama jika tidak memiliki akal. Selanjutnya
yang harus dipahami bahwa tidak semua ajaran Islam harus diyakini hanya dengan
akal saja. Yang dimaksud adalah jika ajaran Islam dapat dijangkau dan dipahami
oleh nalar, maka itu adalah hal yang perlu didudukkan. [23]
C. Krisis
kebudayaan Islam.
Telah dipaparkan di atas mengenai krisis-krisis yang dialami Islam pada
saat kehidupan Nabi hingga akhir hayat beliau. Saat ini Islam mulai masuk pada
babak berikutnya yaitu Islam di masa modern sekitar abad 18-20 M yang mengalami masa kemunduran.
Saat itu dunia
Islam kalah dan disingkirkan oleh Eropa dengan semangat gold, glory dan
gospel. Semangat penjajah Eropa bangkit untuk mengulangi kejayaan saat
menakhlukkan Islam melalui perang salib. [24]
Lain halnya dengan pendapat Toynbee, bahwa dunia Islam jatuh di tangan Barat
dan Kaisar Rusia, karena Eropa berusaha mengulangi kejayaan mereka saat ditakhlukkan
Islam pada perang Salib.[25]
Hemat pemakalah bahwa, kaum muslimin terlalu bangga dengan kemajuan-kemajuan dan kemenangan-kemenangan nenek moyang di masa keemasan. Dan tidak perhatian pada Laut Tengah dan lalai menghancurkan belenggu musuh di leher mereka, sehingga
Eropa yang yang sedang bangkit menguasai Laut Tengah dan menguasai sedikit demi
sedikit wilayah kekuasaan Islam. Hingga akhirnya Islam dianggap kalah karena
memiliki wilayah sedikit di Timur.
Periode kemunduran
Islam ini di mulai saat perjanjian Caltouiz, 26 Januari 1699 M antara Turki
Usmani dengan Austria, Rusia, Polandia, Venesia, dan Inggris. Perjanjian itu
melumpuhkan Turki Usmani menjadi negara kecil karena hanya menguasai beberapa
negara di Hongaria yaitu Valmartia dan Maria. Sejak saat itulah krisis abad
modern dimulai.[26]
Perubahan
politik membawa Islam menjadi lumpuh. Khalifah Abbasyiah runtuh. Ahli sejarah
membuktikan bahwa terjadi pula kemunduran dunia keilmuan Islam karena faktor
internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah karena kekalahan umat Islam
dalam perang Salib yang berkepanjangan (Hitti hanya menyebutkan antara tahun
1144-1270); dan adanya serangan sangat
dahsyat dari bela tentara mongol di bawah komando Jengis Khan (1155-1227) dan
cucunya Hulagu Khan (1217-1265). Kemudian faktor internal adalah semakin
memudarnya tali persaudaraaan umat dan munculnya fanatisme golongan.[27]
Sementara
Eropa menguasai seluruh negara Islam, Belanda menjajah Indonesia, Inggris
mengkondolisasi, kerajaan di India dan Afrika (Afrika Timur, Afrika Barat dan
Nigeria). Di sisi lain, agama dan kebudayaan hukum Islam masih dipertahankan,
akan tetapi pemikiran-pemikiran baru bermunculan dengan pengaruh ide-ide Eropa.
Pada abad 18 M, orang Eropa sudah memiliki kesadaran renaissance yang
tinggi, sedangkan Turki Usmani mengalami kemorosotan moral dan korupsi,
sehingga negara Barat menyebutnya Sickman of Europe.[28]
Kedatangan
Eropa ke dunia Islam menyadarkan para khalifah Usmani untuk mengadakan pertahanan
dan perubahan. Tak lama Kerajaan Usmani lenyap menjadi Republik Turki yang
indenpenden tanpa kekhalifahan lagi. Kebijaksanaan baru yaitu menciptakan
tentara baru yang dilatih Eropa, administrasi, perpajakan diperluas, hukum baru
dikeluarkan, memonopoli barang-barang tertentu, memproklamirkan reformasi di
bidang keamanan, dan mengontrol semua kegiatan ekonomi. Pada saat itu Turki telah
mengalami penyempitan wilayah karena kehilangan negara penting seperti Balkan
dan kerajaan Rumania. Lalu pecahlah perang Dunia I, Turki bergabung dengan
Jerman dan Bulgaria, sedang Italia, Jepang, China dan Amerika menjadi lawan
Turki. Kemudian Turki dan sekutu kalah, maka Eropa lepas menjadi negara
merdeka. Berdasarkan perjanjian Versai 1919, Hijaz tetap menjadi negara
merdeka, Syam dan Lebanon milik Perancis, Inggris memiliki mandate atas
Palestina, Trans Jordan dan Irak.[29]
Jika
memperhatikan kejadian tersebut dapat dikatakan abad ke 19 sampai 20 M, hampir
seluruh dunia Islam berada di kolonia Barat, kecuali Hijaz, Afganistan dan
Persia. Sedangkan negara yang mayoritas Islam dari Maroko hingga Merauke
(Indonesia) menjadi "sapi perahan" bagi negara kolonial untuk
memakmurkan dunia barat.[30]
Menurut Abdul
Qadim Zallum, sebab-sebab kemerosotan umat Islam ada beberapa hal yang paling
menonjol, yaitu:
a. Transfer
filsafat-filsafat India, Persia dan Yunani, serta adanya upaya sebagian kaum
muslimin untuk mengkompromikannya dengan umat Islam, walau terdapat perbedaan
mendasar di antara keduanya.
b. Adanya
manipulasi ajaran Islam oleh orang-orang yang membenci Islam. Baik berupa
ide-ide atau hukum-hukum yang sebenarny a tidak bersumber dari Islam, dengan
tujuan merusak citra Islam dan menjauhkan kaum muslimin.
c. Diabaikannya
bahsa arab dalam memahami dan melaksanakan ajaran Islam pada abad ke tujuh
Hijriyah.
d. Serangan
gelombang misionaris dan orientalis dalam bidang budaya, menyusul serangan
politis dari negara Barat.[31]
D. Bangunnya Dunia
Islam.
Sejak
datangnya Islam, bangsa Arab yang berpusat di Mekkah yang terletak pada jalur
strategis perdagangan natara Laut Tengah dengan samudra Hindia, dikenal sebagai
pedangang. Suku Quraisy, hadir dengan mengukuhkan dan mengatur budaya dagang
dengan tuntunan-tuntunannya. Antara lain dengan mengecam riba, mendorong
investasi, memberlakukan zakat-infak, menganjurkan penghematan dan melarang
kecuranga apalagi penipuan dan sebagainya.[32]
Upaya
mengembalikan kekuatan Islam dikenal dengan gerakan pembaharuan yang didiorong
dua faktor yaitu: [33]
1. Pemurnian
ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang menyebabkan kemunduran Islam.
2. Menimba
gagasan-gagasan baru dan ilmu pengetahuan dari Barat. Karena gerakan ini telah
masuk dunia politik dan Islam bukan hanya agama semata melainkan suatu
kebudayaan dan peradaban yang utuh.
Saat itu
Muhammad bin Abdul Wahab berusaha membangkitkan dan memperbaiki jiwa Islam
untuk menggapai kemegahan dan kebesaran di masa lalu. Setelah wafat pada tahun
1787, ia digantikan oleh Sa'ud muridnya yang pandai dan cakap dalam
mensejahterakan rakyatnya. Pada dasarnya gerakan wahabi semata-mata ingin
memperbaiki kepincangan, perbuatan tahayul dan kembali ke Islam Sejati. Segala
bid'ah, macam tafsir, pengagungan wali, sesajen dan mistik dilarang keras.[34]
Tauhid Islam diajarkan serba kesederhanaan tanpa kompromi. Dan Al-Qur'an
ditafsirkan secara harfiah, yang dianggap satu-satunya pedoman tingkah laku
manusia. Salat, puasa dan ibadah lainnya dilakukan secara sungguh-sungguh. Cara
hidup sederhana dilaksanakan dengan melarang berpakaian sutera, makan mewah,
rokok, kopi, bahkan seni bangunan keagamaanpun dianggap tabu. Karena itulah
kaum Wahabi membongkar kubah kuburan Rasul yang dianggap menjadi penyembahan
berhala. Jadi jelaslah walaupun memiliki moral yang tinggi tapi memiliki
pandangan yang sangat picik.[35]
Khurafat, tahayul dan bid’ah bukan hanya terjadi di masa setelah kenabian,
bahkan di setiap periode kenabian kebiasaan mistik, penyembahan berhala, sihir,
meramalkan nasib dan lainnya telah mendarah daging pada masyarakat Arab
jahiliyah. Islam datang membawa ajaran tauhid menuju Tuhan Sejati yaitu Allah
Swt. Segala
macam kegiatan itu dilarang keras karena dapat menyebabkan lumpuhnya keimanan kepada Allah
Swt. Bahwa kekuatan Islam berasal dari kekuatan keimanan kepada Allah Swt dan
Nabi –Nya.
Akan tetapi jika Islam hanya mengandalkan pengajaran keagamaan saja, ia juga akan kehilangan kekuasaan
politik. Beberapa mengecam dengan menunjuk gerakan Wahabi sebagai bukti bahwa
agama Islam tidak akan berkembang dan maju menurut keadaan masa dan tidak
sejalan dengan kemajuan zaman. Sekiranya
jika seseorang yang berpikiran cerdas dan bijaksana, tentunya cita-cita itu
benar bahwa kita harus memegang prinsip kebenaran Islam. Akan tetapi perlu
diketahui bahwa dunia semakin berkembang
dan maju menuntut seseorang berpikiran terbuka dan memandang di segala sisi.
Menurut Dr.
Jeffrey Lang, muslim Amerika yang merupakan professor Matematika di Universitas
Kansas, berdasarkan pengalaman atas gagasannya mendirikan negara Islam di
Amerika. Ide pertama adalah negara Islam (al-dawlah al-islamiyah) yang
bermula menjalankan syariat Islam dalam konteks social politik umat Islam
kontemporer. Kedua, negara negara Islam ditunjang konsep klasik dar al-islam
dan dar al-harb. Dunia ini dibagi dua. Satu bagian diperintah ajaran
Islam dan satunya bukan dengan ajaran Islam.[36]
Formulasi
hukum ini tidak ada sangkut pautnya; negara islam diperintahkan kaum muslim
dengan syariat Islam sedangkan dar al-harb negara bukan dengan syariat
Islam yang mana harus ditundukkan dengan jalan, kalau perlu, penakhlukkan
supaya tunduk di bawah pemerintahan Islam. Menurut teori ini, keadaan perang
dan kerusuhan akan terjadi terus menerus antara muslim dan non muslim. Sehingga
di kalangan akademis dan media Barat memperlihatkan karakter Islam yang keras
dan suka perang.
Kita
tinggalkan Dr. Lang dan kembali memahami pemerintahan sistem kekhalifahan yang
menerapkan sistem syariat Islam. Kita tidak mungkin menerapkan kembali sistem
kekhalifahan, kita aplikasikan sistem kekhalifahan dengan negara modern. Bahwa Politik Ilahiyah dan Politik Negara
harus sesuai dengan ajaran Islam dan jika ada politik negara yang tidak sesuai
dengan Politik Ilahiyyah, maka harus dihapus dan ditinggalkan. Sehingga
kebudayaan Islam dan peradaban umat muslim sedunia bisa dijalankan dengan
pemerintahan Islam yang ideal.
Negara Islam
sesungguhnya bukanlah ide yang asing. Dalam literatur ilmu politik klasik kita
mengenal Thomas Aquinas "raja skolastik". Pernah merumuskan negara
dalam kerangka politik keagamaan. Inti dasarnya adalah eksistensi negara
bersumber dari kodrat manusia. Hukum kodrat adalah hukum dasar moral yang
mencerminkan hukum kebijaksanaan Ilahi. Hukum positif sebagai hukum buatan
manusia hanyalah sah sejauh berdasarkan hukum kodrat. Jadi, tindakan legislatif
negara hanya legitim asal sesuai dengan norma-norma moral.[37]
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebudayaan
Islam merupakan agama sebagai suatu sistem budaya yang mengandung konsep-konsep
tentang suatu tatanan umum keberadaan yang penting bagi orang-orang beriman
dalam suatu komunitas agama tertentu.
2. Krisis umat
Islam diuraikan dalam kejadian-kejadian yang telah diuraikan bahwa negara dan
kebudayaan Islam telah dijajah oleh negara Barat dan Eropa. Hal ini di
karenakan factor militer, ekonomi, politik yang menurun. Selain itu pengetahuan
umat muslim masih stagnasi, cenderung pada sikap fatalistis dan suasana tahayul
dan khurafat.
3. Makalah ini
berusaha menyajikan berbagai data dan fakta yag terjadi dalam perjalan sejarah
peradaban Islam sebagai gambaran umum profil peradaban Islam, guna menjadi muqadimah
dalam penelitian dan pembahasan luasnya khazanah peradaban Islam. Makalah ini
sengaja tidak menyimpulkan atau condong terhadap data dan fakta tertentu, namun
sebagaimaa judulnya adalah profil umum tentang peradaban kebudayaan Islam.
4. Menurut hemat
pemakalah ketika kita membicarakan profil kebudayaan Islam, maka yang terlintas
adalah sejarah Islam itu sendiri. Dan ketika kita membicarakan sejarah Islam,
maka disana akan kita akan dapati berbagai literatur sumber-sumber dan
fakta-fakta sejarah yang sangat menarik dikaji dan sifatnya tidak akan ada
selesainya. Karena berdasarkan pemaparan data-data diatas, pemakalah
menyimpulkan bahwa profil peradaban Islam sebenarnya belumlah selesai sampai
saat ini. Dan fakta-fakta sejarah peradaban Islam di masa lalu sampai saat ini
menunjukkan kaya dan luasnya khazanah peradaban Islam. Dan ini juga berarti
bahwa kerberagaman fakta sejarah tersebut juga menjadi bekal bagi kemajuan dan
kesempurnaan peradaban Islam di masa yang akan datang.
Akhirnya,
pemakalah memohon maaf atas kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Dan
pemakalah memohon saran dan masukan dari yang telah membaca makalah ini
khususnya kepada dosen Pembimbing. Agar kekurangan dan kesalahan yang sama
tidak akan terulang dikesempatan yang akan datang. Wallahu a’lam bi
ash-shawab
DAFTAR RUJUKAN
1.
Abdul Qaim Zallum. Mengenal Gerakan Islam
di Timur Tengah Hizbut Tahrir. Jakarta:al-Khilafa
2.
Al-Chaidar.
1419 H. Reformasi Prematur Jawaban Islam terhadap Reformasi Total.Darul
Falah
3.
Alwi Shihab. 2009. Antara Tasawuf Suni
& Tasawuf Salafi, Akar Tasawuf di Indonesia. Cinere: Pustaka IIMAN.
4.
Elly Setiadi. 2006. Ilmu Sosial Budaya
Dasar. Jakarta: Kencana.
5.
F.R.
Ankersmit.1987. Refleksi tentang Sejarah. Pendapat-pendapat Modern tentang
Filsafat Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia.
6.
Fuad Muhammad
Shibel. 1977. Hadharatul Islam Fi Dirasati Toynbee Lit Tarikh.(diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia: Kebudayaan Islam MenurutTinjauan Toynbee) Jakarta: Bulan Bintang.
7.
Ibrahim
Amini. 2007. Wahyu Dar Adyan Asman.( diterjemahkan : Our Religi).
Jakarta: Al-Huda.
8.
Jalaluddin
Rakhmat. 2006. Islam dan Pluralisme, Akhlak Al-Quran Menyikapi Perbedaan.Jakarta:
PT. Serambi Ilmu Semesta.
9.
Javad Beheshti. My Symbol (diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia: My Symbol: Muhammad Jati Diriku). Jakarta:
Al-Huda
10. L. Stoddard. 1966. The New World of Islam (diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia: Dunia Baru Islam)
11. M. Abdul Karim. 2009. Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam. Yogjakarta: Pustaka Book Publisher.
12. M. Quraish Shihab. 2007. Logika Agama
Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal dalam Islam. Jakarta: Lentera Hati.
13. M.
Zainuddin. 2011. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam.Yogjakarta:
Naila Pustaka
14. Muhammad
Bagir Sadr.2010. Bahts Haulal Walayah (diterjemahkan: Kepemimpinan
Pasca Nabi). Jakarta: Al-Huda
15. Nasruddin Razak. 1983. Dienul Islam.Bandung:
PT. Al-Ma'arif.
16. Rasul Ja’farian. 2009. History of The
Caliphs; From The Death of The Messenger to The Decline of The Umayyad Dynasty
(terjemahan bahasa Indonesia : Sejarah Islam oleh: Ilyas Hasan). Jakarta:
PT.Lentera Basritama.
17. Saed Zomaezam. Al-Imam al-Husain Shaghil
ad-Dunya (diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: 10 Hari Yang
Menggentarkan Dunia, Ucapan dan Komentar Tokoh Dunia For Husein The Martyr Of
Karbala.). Jakarta: Papyrus Publishing.
18. Studi
Islam Sunan Ampel. 2005. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan
Ampel
19. Syed Ameer Ali. 2008. The Spirit Of Islam
(terjemahan bahasa Indonesia oleh Margono&Kamilah). Yogyakarta: Penerbit
Navila.
20. Ali As-Salus. 1997. Aqidah Al-Imamah ‘inda As-Syiah Al-Isna Asyariyah (diterjemahkan:
Imamah dan Khilafah dalam Tinjauan Syar’i). Jakarta: Gema Insani
Press.
21. Syekh
Z.A Qurbani Lahiji. 2011. Imam Ali’s First Treatise on The Islamic Ethics
and Education (diterjemahkan:Risalah Sang Imam). Jakarta:Penerbit
Al-Huda
22. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/11/m701se-kisah-sahabat-nabi-usamah-bin-zaid-panglima-terakhir-rasulullah-1
[2][2] Syekh ZA QurbaniLahiji. Imam Ali’s First Treatise on The Islamic
Ethics and Education (diterjemahkan:Risalah Sang Imam). Hal: 21
[3] Rasul Ja’farian. 2009. History of The
Caliphs; From The Death of The Messenger to The Decline of The Umayyad Dynasty
(terjemahan bahasa Indonesia : Sejarah Islam). Jakarta: PT.Lentera
Basritama. Hal.xii
[4] F.R.
Ankersmit.1987.Refleksi tentang Sejarah. Pendapat-pendapat Modern tentang
Filsafat Sejarahh. Jakarta: PT. Gramedia. Hal: 374
[6] Javad
Beheshti. My Symbol (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: My
Symbol: Muhammad Jati Diriku). Jakarta: Al-Huda. Hal: 23-24
[10] Ibn Mandzur (630-717 H). Lisanul
‘Arobi. Jilid 12. H, 293 (dalam Markaz Al-buhuts Al-kumbiyutiriyah Lil
‘Ulum Al-Islamiyah atau lebih di kenal dengan The Computer Research
Center of Islamic Science (CRCIS) yang didirikan tahun 1410 H/ 1989 M,
dibawah bimbingan Ayatullah Sayyid Ali Khamene’i)
[11] Mahmud Yunus. Kamus
Arab-Indonesia. 1990. Jakarta: hidayakarya Agung. h, 177
[14] Syed
Ameer Ali. 2008. The Spirit Of Islam (terjemahan bahasa Indonesia oleh
Margono&Kamilah). Yogyakarta: Penerbit Navila. Hal:158
[15] Ali As-Salus. 1997. Aqidah Al-Imamah ‘inda As-Syiah Al-Isna Asyariyah (diterjemahkan:
Imamah dan Khilafah dalam Tinjauan Syar’i). Jakarta: Gema Insani
Press. Hal: 16-17
[16] http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/11/m701se-kisah-sahabat-nabi-usamah-bin-zaid-panglima-terakhir-rasulullah-1
[17] M. Abdul Karim. 2009. Sejarah Pemikiran dan
Peradaban Islam. Yogjakarta: Pustaka Book Publisher. Hal: 8
[18] Fuad
Muhammad Shibel,1977. Hadharatul Islam Fi Dirasati Toynbee Lit Tarikh.( diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia: Kebudayaan Islam MenurutTinjauan Toynbee) Jakarta: Bulan Bintang. Hal:32
[20] Saed
Zomaezam. Al-Imam al-Husain Shaghil ad-Dunya (diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia: 10 Hari Yang Menggentarkan Dunia, Ucapan dan Komentar Tokoh Dunia
For Husein The Martyr Of Karbala.). Jakarta: Papyrus Publishing. Hal: 8
[22] Muhammad Bagir
Sadr.2010. Bahts Haulal Walayah (diterjemahkan: Kepemimpinan Pasca
Nabi). Jakarta: Al-huda. Hal:109-110
[23] M.
Quraish Shihab. 2007. Logika Agama Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal
dalam Islam. Jakarta: Lentera Hati. Hal: 89.
[24] M.
Abdul Karim. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogjakarta:
Pustaka Book Publisher. Hal: 341
[25] Fuad
Muhammad Shibel,1977. Hadharatul Islam Fi Dirasati Toynbee Lit Tarikh.(diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia: Kebudayaan Islam MenurutTinjauan Toynbee) Jakarta: Bulan Bintang. Hal:51
[26] M.
Abdul Karim. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogjakarta:
Pustaka Book Publisher. Hal: 341
[27]M.
Zainuddin. 2011. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam.Yogjakarta:
Naila Pustaka. Hal: 122
[28]Ibid. Hal: 344
[29]Ibid. Hal:352
[30] M.
Abdul Karim. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogjakarta:
Pustaka Book Publisher. Hal: 354
[31] Abdul Qaim
Zallum. Mengenal Gerakan Islam di Timur Tengah Hizbut Tahrir. Jakarta:al-Khilafa.
Hal:14
[32] Alwi Shihab.
2009. Antara Tasawuf Suni & Tasawuf Salafi, Akar Tasawuf di Indonesia.
Cinere: Pustaka IIMAN. Hal:301
[34] L.
Stoddard. 1966. The New World of Islam (diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia: Dunia Baru Islam) . Jakarta. Hal:31
[35] L.
Stoddard. 1966. The New World of Islam (diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia: Dunia Baru Islam) . Jakarta. Hal: 34.
[36] Jalaluddin
Rakhmat. 2006. Islam dan Pluralisme, Akhlak Al-Quran Menyikapi Perbedaan.Jakarta:
PT. Serambi Ilmu Semesta. Hal: 204.
[37] Al-Chaidar.
1419 H. Reformasi Prematur Jawaban Islam terhadap Reformasi Total.Darul
Falah. Hal:264
Tidak ada komentar:
Posting Komentar