Rabu, 01 Oktober 2014

PENGERTIAN KEBUDAYAAN ISLAM



I.                   PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Islam adalah ideologi agama yang paling cocok dengan logika, paling tegas di dalam keyakinan prinsip Ke-Esaan Tuhan dan paling jelas dalam menemukan kemuliaan zat yang Maha Tinggi dan Maha Mulia. Kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa telah diajarkan oleh para Nabi Allah, mulai Nabi Adam Saw hingga penutup kesempurnaan agama langit yaitu Nabi Muhammad Saw. Wahyu merupakan pilar dan pondasi utama kenabiaan dan sekaligus hal yang paling penting dalam agama-agama langit.[1]
Islam adalah jendela bagi manusia Muslim untuk melihat alam. Islam tidak membiarkan manusia Muslim menjadi panik dalam pencarian-pencariannya tentang sikap yang harus diambil dalam kehidupannya, namun ia telah menggariskan sebuah sikap yag realistis dan logis dan menuntutnya untuk berpegang teguh dengannya. Adakalanya dengan pendidikan membuat sesuatu dari sesuatu tanpa daya tarik internal di dalam yang disebut ”sesuatu”.[2] Sebagai contoh: alam bagi seorang Muslim dalam perspektif Islam adalah medan yang harus digelutinya dengan proses historis dan kosmis sesuai kehendak Allah SWT.[3]
Kebangkitan dan pencerahan yang dilakukan Nabi merupakan fakta sejarah yang memiliki pengaruh mendalam bagi manusia. Jika gerakan para Nabi sepanjang sejarah tidak pernah terjadi, maka kondisi dunia tidak akan seperti saat ini. Kebangkitan dan pencerahan yang tulus tidak mungkin dapat diselewengkan oleh penipu. Mencari dan memperoleh pengetahuan mengenai masa silam akan menghasilkan pencerahan dan kepuasaan intelektual.[4] Pengkajian tentang kebudayaan Islam dan peradaban umat Islam merupakan hal yang patut dihargai.
Salah satu cahaya keemasan yang paling dekat dengan kita adalah sejarah Nabi Muhammad Saw. Merupakan fakta tentang orang yang memiliki pengaruh di seluruh dunia nomor satu. Beliau menyebarkan Islam sendirian di Mekkah yang saat itu penduduknya jahiliyah dan kemudian berubah menjadi masyarakat berakhlak.[5] Adapun Islam berada di tangan Rasulullah Saw memegang peranan dalam persoalan-persoalan dunia dan mulai besar sejak masa-masa hidup Rasulullah Saw. Bahkan menguasai pembentukan prinsip-prinsip yang mempengaruhi politik dunia dan masih mempengaruhi kebudayaan serta peradaban Islam di dunia.
Sebagai tambahan bagi tanda-tanda dari Al-Qur’an, Nabi Muhammad juga telah menyebutkan beberapa misi kenabiannya. Pada suatu saat ia berkata: “Aku diutus tiada lain untuk menyempurnakan akhlak manusia”. Dan dalam kesempatan lain beliau mengulangi kata-kata ini tiga kali,”Aku  diutus untuk memberi pengajaran”[6]
B.  Rumusan Masalah.
Di dalam makalah ini akan dikemukakan beberapa segi pokok tentang Islam sebagai ideologi agama dan kebudayaan masyarakat Islam. Maka rumusan masalah yang dibuat sebagai berikut:
1.    Apa pengertian kebudayaan Islam?
2.    Bagaimana keadaan masyarakat Islam?
3.    Bagaimana krisis kebudayaan Islam?
4.    Bagaimana bangunnya dunia Islam?
C.  Tujuan Masalah.
Berdasarkan beberapa rumusan masalah di atas maka tujuan dari pembahasan ini adalah:
1.    Untuk mengetahui pengertian kebudayaan Islam.
2.    Untuk mengetahui masyarakat Islam.
3.    Untuk mengetahui krisis kebudayaan Islam.
4.    Untuk mengetahui bagaimana bangunnya dunia Islam.






II.                PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kebudayaan Islam.
Kebudayaan berasal dari kata "budi" dan "daya", kemudian digabungkan menjadi "budidaya" yang artinya upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu agar menjadi lebih baik dan memberi manfaat bagi kehidupan. Lalu diberi imbuhan "ke" dan "an" menjadi kebudidayaan atau disingkat menjadi kebudayaan.[7] Jadi, kebudayaan adalah upaya yang dilakukan umat manusia untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu, baik yang sudah ada maupun yang belum ada agar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Menurut Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia. Sebagian para ahli mengartikan kebudayaan kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks[8] Dengan demikian kebudayaan berkaitan dengan aspek kehidupan manusia yang menyeluruh baik material maupun non material.
Sebagian para ahli mengartikan kebudayaan kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks[9] Dengan demikian kebudayaan berkaitan dengan aspek kehidupan manusia yang menyeluruh baik material maupun non material.
Ada 3 bentuk kebudayaan dalam perwujudan sebagai berikut:
1.    Wujud sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan. Kebudayaan ini dapat disebut sebagai adapt istiadat yang menunjukan bahwa budaya mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan, dan perbuatan manusia dalam masyrakat sebagai sopan santun.
2.    Wujud kebudayaan  sebagai aktivitas dan tindakan manusia dalam masyarakat.Wujud ini dapat disebut sistem social karena menyangkut tindakan dan kelakuan manusia.
3.    Wujud ini berupa interaksi masyarakat dan aktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.Wujud kebudayaan sebagai benda dan hasil karya manusia.
Wujud ini bersifat fisik atau karya benda yang sifatnya paling konkret dari hal-hal kecil hingga hal yang besar, seperti candi borobudur, kain batik, dan lain sebagainya.
Islam menurut etimologi berasal dari bahasa arab, salima yang artinya selamat dan aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa, menyerah diri, ketundukan dan kepatuhan.[10] Islam juga memiliki arti berserah diri.[11]  Dengan melakukan aslama orang itu akan selamat dunia akhirat.[12] Kata Islam adalah nama yang diberikan oleh Allah Swt ditunjukan pada ayat Al-Quran yaitu:
¨bÎ) šúïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 $tBur y#n=tF÷z$# šúïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# žwÎ) .`ÏB Ï÷èt/ $tB ãNèduä!%y` ÞOù=Ïèø9$# $Jøót/ óOßgoY÷t/ 3 `tBur öàÿõ3tƒ ÏM»tƒ$t«Î/ «!$#  cÎ*sù ©!$# ßìƒÎŽ|  É>$|¡Ïtø:$# ÇÊÒÈ  
Artinya:  Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Menurut Geezt, agama adalah suatu sistem simbol yag bertindak untuk menetapkan dorongan hati dan motivasi kuat, menembus, dan bertahan lama pada manusia dengan cara memformulasikan berbagai konsep tentang suatu tatanan umum dari yang hidup dan mewarnai konsep-konsep ini dengan aura faktualitas sehingga (dorongan hati dan motivasi itu tampak sangat realistik.[13] Dari interpretasi Geertz terdapat pada asumsi bahwa agama sebagai suatu sistem budaya yang mengandung konsep-konsep tentang suatu tatanan umum keberadaan yang penting bagi orang-orang beriman dalam suatu komunitas agama tertentu. Adapun prinsip-prinsip penting agama Islam adalah (1) percaya bahwa Sang Pencipta itu Esa atau tunggal, tak berwujud, Maha Kuasa, Penyayang dan Pengasih; (2) kedermawanan dan persaudaraan antar umat manusia; (3) menundukkan hawa nafsu; (4) bersyukur kepada Sang Pemberi segala kebaikan; dan (5) pertanggungjawaban manusia atas perbuatannya di akhirat.[14]
B.  Keadaan Masyarakat Islam.
Salah satu kekayaan sejarah peradaban Islam adalah mengenal keadaan masyarakat Islam, peradaban dan pemikiran umat manusia. Membahas sejarah Islam sangatlah luas dan kompleks. Islam hadir di tengah masyarakat Jahiliyyah melalui Nabi Muhammad Saw. Islam selanjutnya menyebar dengan peran keluarga dan para sahabat. Kemudian setelah itu muncul dinasti-dinasti al-Khulafa ar-Rasyidun. Al-Khulafa Ar-Rasyidun adalah Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Ustman, dan Sayyidina Ali yang menjadi penguasa tertinggi bagi umat Islam setelah Nabi Muhammad Saw wafat. Mereka berhasil membuat peradaban dan kekuatan politik yang menandingi kekuatan. Yang saat itu, yaitu Bizantium dan Persia.
Akan tetapi ada perselisihan umat Islam yang terbesar yaitu masalah kekhalifahan/kepemimpinan setelah Nabi Saw wafat. Perselisihan ini mengakibatkan pertumpahan darah dalam Islam, yang sebelumnya belum pernah terjadi. Dapat dipastikan, perselisihan tidak akan terjadi apabila Nabi Saw masih hidup. Beliau akan selalu membimbing manusia ke jalan yang lurus.[15]
Bahkan di masa hidup Nabi Muhammad Saw penentangan terhadap beliau dikisahkan melalui peristiwa Usamah bin zaid. Saat itu Farwah bin Umar Al-Judzami, kepala daerah Ma’an yang diangkat Kaisar Romawi, memeluk agama Islam. Mengetahui hal itu, para penguasa Romawi sangat marah dan membunuh dengan kepalanya dipancung, lalu diletakkan di sebuah mata air bernama Alfa’ di Palestina. Mengetahui kejadian tersebut, Rasulullah SAW segera menyiapkan pasukan. Sebagai panglima perang, diangkatlah Usamah bin Zaid bin Haritsah. Kala itu usianya baru 18 tahun. Beberapa sahabat sempat mempertanyakan keputusan tersebut. Apalagi, turut serta dalam pasukan itu para sahabat senior semisal Umar bin Khathab, Abu Ubaidah bin Jarrah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, Amru bin Nufail, dan lainnya. Mendengar desas-desus yang seolah menyepelekan kemampuan Usamah itu, Umar bin Khathab segera menemui Rasulullah. Beliau sangat marah, lalu bergegas mengambil sorbannya dan keluar menemui para sahabat yang tengah berkumpul di Masjid Nabawi. Setelah memuji Allah dan mengucapkan syukur, beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, aku mendengar pembicaraan mengenai pengangkatan Usamah? Demi Allah, seandainya kalian menyangsikan kepemimpinannya, berarti kalian menyangsikan juga kepemimpinan ayahnya, Zaid bin Haritsah.”.“Demi Allah, Zaid sangat pantas memegang pimpinan, begitu juga dengan putranya, Usamah. Kalau ayahnya sangat aku kasihi, maka putranya pun demikian. Mereka adalah orang yang baik. Hendaklah kalian memandang baik mereka berdua. Mereka juga adalah sebaik-baik manusia di antara kalian.”[16]

Peristiwa ini menunjukkan penurunan kebudayaan masyarakat Islam bahwa ketaatan kepada pemimpin (dalam hal ini Nabi) berkurang, apalagi kejadian ini terjadi di saat masa-masa akhir kehidupan Nabi Muhammad yang seharusnya nilai ketaatan kepada seorang pemimpin tertanam sempurna pada setiap sahabat-sahabat Nabi Saw.
Selain itu sejarah peradaban Islam memiliki jejak-jejak emas seperti penerjemahan kitab-kitab kuno para filosof Yunani pada masa dinasti Abbasiah yang saat itu dikuasai oleh Harun Ar-Rasyid dan al-Ma'mun. Selain itu ilmu pengetahuan dikembangkan oleh universitas Fatimiah di Cairo (Dar al-Hikmah), serta melaui Umayyah II di Cordova. Kemudian setelah jatuhnya Bagdad 656 H/1258 M ketika banyak ulama berhijrah ke Timur sebagai pelarian dari ancaman pembantaian Mongol. Penduduk wilayah Pantai Utara mengenal Islam berkat kedatangan mereka dan para pedagang Muslim yang datang mencari stabilitas dan keamanan. Perjalanan Islam dilanjutkan melalui imperium baru melalui tiga dinasti yang mana ilmu pengetahuan dipusatkan di Trans Oxiana (Chaghtai), Sarai Baru (Golden Horde) dan Tabriz (Ilkhan)[17]
Selain kejayaan dan sumbangsih ilmu pengetahuan dari manusia yang diberikan untuk peradaban Islam, konflik yang menyedihkan bagi keluarga Nabi dengan kepentingan bermadzhab karena perbedaan aliran yang sangat kental. Menurut Tonybee, Islam memiliki dua saudara kembar yaitu masyarakat Iran dan Arab. Hal ini diungkapkan tentang kerkuasanya khalifah Usmani terhadap negara-negara Arab. Perpecahan agama bukanlah penyebab timbulnya perbedaan antar kedua masyarakat. Walaupun Islam terpecah menjadi dua golongan, Ahlusunnah dan Syi'ah, tetapi perpecahan ini tidak pernah sama di setiap periodenya. [18]
Dengan perpecahan masyarakat Arab Islam dan masyarakat Iran Islam, telah merobek-robek hati masyarakat Iran Islam, ketika madzhab Syi'ah Iran berkuasa pada permulaan abad ke enam belas Masehi, hingga madzhab ini menjadi poros dan dasar pokok masyarakat Iran yang beragama Islam,(yang meluas ke timur dan ke barat dari Afghanistan hingga Anatolia), dengan membiarkan madzhab Ahlusunnah berkuasa di samping poros ini, yakni di ujung-ujung negeri Iran dan negeri Arab hingga ke selatan dan ke barat.[19]  
Perpecahan masyarakat Islam menjadi Syiah Ahlulbait dan Ahlussunnah terjadi pasca wafat Nabi Muhammad Saw. Tanpa disadari, para musuh berusaha mengubur atau menjauhkan keluarga Nabi yaitu Ahlulbait dari manusia dan sejarah.[20] Maka sebagian kelompok tak ingin sejarah Ahlulbait diangkat dan dibicarakan yang sebenarnya, karena hal ini akan menghadapi sebuah kekuatan agenda politik duniawi tertentu. Pihak ini sadar betul, jika sejarah ini dibuka maka kepalsuan legitimasi atau landasan yang selama ini dijadikan instrument akan mengancam eksistensi mereka.[21]
Dengan dapat dipastikan bahwa konsep yang disajikan oleh Rasul sejak awal sudah didukung oleh kepemimpinan Imam Ali sebagai sosok satu-satunya di tengah masyarakat Islam yang mampu memainkan peran sebagai pengganti Rasul dan membenahi keusakan dan kekurangan yang diwariskan ketiga khalifah sebelumnya. Rasa hormat dan simpati tulah yang mendorong hati masyarakat menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya setelah Usman bin Affan tewas terbunuh. Rasa cinta itu bukan lahir dari karakter spiritual maupun politik. Seharusnya keyakinan terhadap pemimpin adalah kelanjutan dari keimanan kepada Rasulullah.[22] 
Jika saja manusia mau belajar sejarah dan memahaminya dengan menggunakan akal pikiran yang jernih, maka perbedaan itu tidaklah terjadi. Sebagaimana yang dituliskan oleh mufasir kontemporer M. Quraish Shihab bahwa manusia memiliki akal yang berpotensi mengantarkan seseoramg untuk berpikir tentang persoalan hal ini diperkuat dengan hadist Nabi Muhammad Saw bahwa: " Agama adalah akal, dan tidak ada (tidak dianggap ber)agama jika tidak memiliki akal. Selanjutnya yang harus dipahami bahwa tidak semua ajaran Islam harus diyakini hanya dengan akal saja. Yang dimaksud adalah jika ajaran Islam dapat dijangkau dan dipahami oleh nalar, maka itu adalah hal yang perlu didudukkan. [23]

C.  Krisis kebudayaan Islam.
Telah dipaparkan di atas mengenai krisis-krisis yang dialami Islam pada saat kehidupan Nabi hingga akhir hayat beliau. Saat ini Islam mulai masuk pada babak berikutnya yaitu Islam di masa modern sekitar abad 18-20 M yang mengalami masa kemunduran.
Saat itu dunia Islam kalah dan disingkirkan oleh Eropa dengan semangat gold, glory dan gospel. Semangat penjajah Eropa bangkit untuk mengulangi kejayaan saat menakhlukkan Islam melalui perang salib. [24] Lain halnya dengan pendapat Toynbee, bahwa dunia Islam jatuh di tangan Barat dan Kaisar Rusia, karena Eropa berusaha mengulangi kejayaan mereka saat ditakhlukkan Islam pada perang Salib.[25] Hemat pemakalah bahwa, kaum muslimin terlalu bangga dengan kemajuan-kemajuan dan kemenangan-kemenangan nenek moyang di masa keemasan. Dan tidak perhatian pada Laut Tengah dan lalai menghancurkan belenggu musuh di leher mereka, sehingga Eropa yang yang sedang bangkit menguasai Laut Tengah dan menguasai sedikit demi sedikit wilayah kekuasaan Islam. Hingga akhirnya Islam dianggap kalah karena memiliki wilayah sedikit di Timur.
Periode kemunduran Islam ini di mulai saat perjanjian Caltouiz, 26 Januari 1699 M antara Turki Usmani dengan Austria, Rusia, Polandia, Venesia, dan Inggris. Perjanjian itu melumpuhkan Turki Usmani menjadi negara kecil karena hanya menguasai beberapa negara di Hongaria yaitu Valmartia dan Maria. Sejak saat itulah krisis abad modern dimulai.[26]
Perubahan politik membawa Islam menjadi lumpuh. Khalifah Abbasyiah runtuh. Ahli sejarah membuktikan bahwa terjadi pula kemunduran dunia keilmuan Islam karena faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah karena kekalahan umat Islam dalam perang Salib yang berkepanjangan (Hitti hanya menyebutkan antara tahun 1144-1270);  dan adanya serangan sangat dahsyat dari bela tentara mongol di bawah komando Jengis Khan (1155-1227) dan cucunya Hulagu Khan (1217-1265). Kemudian faktor internal adalah semakin memudarnya tali persaudaraaan umat dan munculnya fanatisme golongan.[27]
Sementara Eropa menguasai seluruh negara Islam, Belanda menjajah Indonesia, Inggris mengkondolisasi, kerajaan di India dan Afrika (Afrika Timur, Afrika Barat dan Nigeria). Di sisi lain, agama dan kebudayaan hukum Islam masih dipertahankan, akan tetapi pemikiran-pemikiran baru bermunculan dengan pengaruh ide-ide Eropa. Pada abad 18 M, orang Eropa sudah memiliki kesadaran renaissance yang tinggi, sedangkan Turki Usmani mengalami kemorosotan moral dan korupsi, sehingga negara Barat menyebutnya Sickman of Europe.[28]
Kedatangan Eropa ke dunia Islam menyadarkan para khalifah Usmani untuk mengadakan pertahanan dan perubahan. Tak lama Kerajaan Usmani lenyap menjadi Republik Turki yang indenpenden tanpa kekhalifahan lagi. Kebijaksanaan baru yaitu menciptakan tentara baru yang dilatih Eropa, administrasi, perpajakan diperluas, hukum baru dikeluarkan, memonopoli barang-barang tertentu, memproklamirkan reformasi di bidang keamanan, dan mengontrol semua kegiatan ekonomi. Pada saat itu Turki telah mengalami penyempitan wilayah karena kehilangan negara penting seperti Balkan dan kerajaan Rumania. Lalu pecahlah perang Dunia I, Turki bergabung dengan Jerman dan Bulgaria, sedang Italia, Jepang, China dan Amerika menjadi lawan Turki. Kemudian Turki dan sekutu kalah, maka Eropa lepas menjadi negara merdeka. Berdasarkan perjanjian Versai 1919, Hijaz tetap menjadi negara merdeka, Syam dan Lebanon milik Perancis, Inggris memiliki mandate atas Palestina, Trans Jordan dan Irak.[29]
Jika memperhatikan kejadian tersebut dapat dikatakan abad ke 19 sampai 20 M, hampir seluruh dunia Islam berada di kolonia Barat, kecuali Hijaz, Afganistan dan Persia. Sedangkan negara yang mayoritas Islam dari Maroko hingga Merauke (Indonesia) menjadi "sapi perahan" bagi negara kolonial untuk memakmurkan dunia barat.[30]
Menurut Abdul Qadim Zallum, sebab-sebab kemerosotan umat Islam ada beberapa hal yang paling menonjol, yaitu:
a.    Transfer filsafat-filsafat India, Persia dan Yunani, serta adanya upaya sebagian kaum muslimin untuk mengkompromikannya dengan umat Islam, walau terdapat perbedaan mendasar di antara keduanya.
b.    Adanya manipulasi ajaran Islam oleh orang-orang yang membenci Islam. Baik berupa ide-ide atau hukum-hukum yang sebenarny a tidak bersumber dari Islam, dengan tujuan merusak citra Islam dan menjauhkan kaum muslimin.
c.    Diabaikannya bahsa arab dalam memahami dan melaksanakan ajaran Islam pada abad ke tujuh Hijriyah.
d.   Serangan gelombang misionaris dan orientalis dalam bidang budaya, menyusul serangan politis dari negara Barat.[31]
D.  Bangunnya Dunia Islam.
Sejak datangnya Islam, bangsa Arab yang berpusat di Mekkah yang terletak pada jalur strategis perdagangan natara Laut Tengah dengan samudra Hindia, dikenal sebagai pedangang. Suku Quraisy, hadir dengan mengukuhkan dan mengatur budaya dagang dengan tuntunan-tuntunannya. Antara lain dengan mengecam riba, mendorong investasi, memberlakukan zakat-infak, menganjurkan penghematan dan melarang kecuranga apalagi penipuan dan sebagainya.[32]

Upaya mengembalikan kekuatan Islam dikenal dengan gerakan pembaharuan yang didiorong dua faktor yaitu: [33]
1.    Pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang menyebabkan kemunduran Islam.
2.    Menimba gagasan-gagasan baru dan ilmu pengetahuan dari Barat. Karena gerakan ini telah masuk dunia politik dan Islam bukan hanya agama semata melainkan suatu kebudayaan dan peradaban yang utuh.
Saat itu Muhammad bin Abdul Wahab berusaha membangkitkan dan memperbaiki jiwa Islam untuk menggapai kemegahan dan kebesaran di masa lalu. Setelah wafat pada tahun 1787, ia digantikan oleh Sa'ud muridnya yang pandai dan cakap dalam mensejahterakan rakyatnya. Pada dasarnya gerakan wahabi semata-mata ingin memperbaiki kepincangan, perbuatan tahayul dan kembali ke Islam Sejati. Segala bid'ah, macam tafsir, pengagungan wali, sesajen dan mistik dilarang keras.[34] Tauhid Islam diajarkan serba kesederhanaan tanpa kompromi. Dan Al-Qur'an ditafsirkan secara harfiah, yang dianggap satu-satunya pedoman tingkah laku manusia. Salat, puasa dan ibadah lainnya dilakukan secara sungguh-sungguh. Cara hidup sederhana dilaksanakan dengan melarang berpakaian sutera, makan mewah, rokok, kopi, bahkan seni bangunan keagamaanpun dianggap tabu. Karena itulah kaum Wahabi membongkar kubah kuburan Rasul yang dianggap menjadi penyembahan berhala. Jadi jelaslah walaupun memiliki moral yang tinggi tapi memiliki pandangan yang sangat picik.[35]
Khurafat, tahayul dan bid’ah bukan hanya terjadi di masa setelah kenabian, bahkan di setiap periode kenabian kebiasaan mistik, penyembahan berhala, sihir, meramalkan nasib dan lainnya telah mendarah daging pada masyarakat Arab jahiliyah. Islam datang membawa ajaran tauhid menuju Tuhan Sejati yaitu Allah Swt. Segala macam kegiatan itu dilarang keras karena dapat menyebabkan lumpuhnya keimanan kepada Allah Swt. Bahwa kekuatan Islam berasal dari kekuatan keimanan kepada Allah Swt dan Nabi –Nya.

Akan tetapi jika Islam hanya mengandalkan pengajaran keagamaan saja, ia juga akan kehilangan kekuasaan politik. Beberapa mengecam dengan menunjuk gerakan Wahabi sebagai bukti bahwa agama Islam tidak akan berkembang dan maju menurut keadaan masa dan tidak sejalan dengan kemajuan zaman. Sekiranya jika seseorang yang berpikiran cerdas dan bijaksana, tentunya cita-cita itu benar bahwa kita harus memegang prinsip kebenaran Islam. Akan tetapi perlu diketahui  bahwa dunia semakin berkembang dan maju menuntut seseorang berpikiran terbuka dan memandang di segala sisi.
Menurut Dr. Jeffrey Lang, muslim Amerika yang merupakan professor Matematika di Universitas Kansas, berdasarkan pengalaman atas gagasannya mendirikan negara Islam di Amerika. Ide pertama adalah negara Islam (al-dawlah al-islamiyah) yang bermula menjalankan syariat Islam dalam konteks social politik umat Islam kontemporer. Kedua, negara negara Islam ditunjang konsep klasik dar al-islam dan dar al-harb. Dunia ini dibagi dua. Satu bagian diperintah ajaran Islam dan satunya bukan dengan ajaran Islam.[36]
Formulasi hukum ini tidak ada sangkut pautnya; negara islam diperintahkan kaum muslim dengan syariat Islam sedangkan dar al-harb negara bukan dengan syariat Islam yang mana harus ditundukkan dengan jalan, kalau perlu, penakhlukkan supaya tunduk di bawah pemerintahan Islam. Menurut teori ini, keadaan perang dan kerusuhan akan terjadi terus menerus antara muslim dan non muslim. Sehingga di kalangan akademis dan media Barat memperlihatkan karakter Islam yang keras dan suka perang.
Kita tinggalkan Dr. Lang dan kembali memahami pemerintahan sistem kekhalifahan yang menerapkan sistem syariat Islam. Kita tidak mungkin menerapkan kembali sistem kekhalifahan, kita aplikasikan sistem kekhalifahan dengan negara modern.  Bahwa Politik Ilahiyah dan Politik Negara harus sesuai dengan ajaran Islam dan jika ada politik negara yang tidak sesuai dengan Politik Ilahiyyah, maka harus dihapus dan ditinggalkan. Sehingga kebudayaan Islam dan peradaban umat muslim sedunia bisa dijalankan dengan pemerintahan Islam yang ideal.

Negara Islam sesungguhnya bukanlah ide yang asing. Dalam literatur ilmu politik klasik kita mengenal Thomas Aquinas "raja skolastik". Pernah merumuskan negara dalam kerangka politik keagamaan. Inti dasarnya adalah eksistensi negara bersumber dari kodrat manusia. Hukum kodrat adalah hukum dasar moral yang mencerminkan hukum kebijaksanaan Ilahi. Hukum positif sebagai hukum buatan manusia hanyalah sah sejauh berdasarkan hukum kodrat. Jadi, tindakan legislatif negara hanya legitim asal sesuai dengan norma-norma moral.[37]
III.             PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.    Kebudayaan Islam merupakan agama sebagai suatu sistem budaya yang mengandung konsep-konsep tentang suatu tatanan umum keberadaan yang penting bagi orang-orang beriman dalam suatu komunitas agama tertentu.
2.    Krisis umat Islam diuraikan dalam kejadian-kejadian yang telah diuraikan bahwa negara dan kebudayaan Islam telah dijajah oleh negara Barat dan Eropa. Hal ini di karenakan factor militer, ekonomi, politik yang menurun. Selain itu pengetahuan umat muslim masih stagnasi, cenderung pada sikap fatalistis dan suasana tahayul dan khurafat.
3.    Makalah ini berusaha menyajikan berbagai data dan fakta yag terjadi dalam perjalan sejarah peradaban Islam sebagai gambaran umum profil peradaban Islam, guna menjadi muqadimah dalam penelitian dan pembahasan luasnya khazanah peradaban Islam. Makalah ini sengaja tidak menyimpulkan atau condong terhadap data dan fakta tertentu, namun sebagaimaa judulnya adalah profil umum tentang peradaban kebudayaan Islam.
4.    Menurut hemat pemakalah ketika kita membicarakan profil kebudayaan Islam, maka yang terlintas adalah sejarah Islam itu sendiri. Dan ketika kita membicarakan sejarah Islam, maka disana akan kita akan dapati berbagai literatur sumber-sumber dan fakta-fakta sejarah yang sangat menarik dikaji dan sifatnya tidak akan ada selesainya. Karena berdasarkan pemaparan data-data diatas, pemakalah menyimpulkan bahwa profil peradaban Islam sebenarnya belumlah selesai sampai saat ini. Dan fakta-fakta sejarah peradaban Islam di masa lalu sampai saat ini menunjukkan kaya dan luasnya khazanah peradaban Islam. Dan ini juga berarti bahwa kerberagaman fakta sejarah tersebut juga menjadi bekal bagi kemajuan dan kesempurnaan peradaban Islam di masa yang akan datang.
Akhirnya, pemakalah memohon maaf atas kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Dan pemakalah memohon saran dan masukan dari yang telah membaca makalah ini khususnya kepada dosen Pembimbing. Agar kekurangan dan kesalahan yang sama tidak akan terulang dikesempatan yang akan datang. Wallahu a’lam bi ash-shawab

DAFTAR RUJUKAN
1.      Abdul Qaim Zallum. Mengenal Gerakan Islam di Timur Tengah Hizbut Tahrir. Jakarta:al-Khilafa
2.      Al-Chaidar. 1419 H. Reformasi Prematur Jawaban Islam terhadap Reformasi Total.Darul Falah
3.      Alwi Shihab. 2009. Antara Tasawuf Suni & Tasawuf Salafi, Akar Tasawuf di Indonesia. Cinere: Pustaka IIMAN.
4.      Elly Setiadi. 2006. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
5.      F.R. Ankersmit.1987. Refleksi tentang Sejarah. Pendapat-pendapat Modern tentang Filsafat Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia.
6.      Fuad Muhammad Shibel. 1977. Hadharatul Islam Fi Dirasati Toynbee Lit Tarikh.(diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Kebudayaan Islam MenurutTinjauan  Toynbee) Jakarta: Bulan Bintang.
7.      Ibrahim Amini. 2007. Wahyu Dar Adyan Asman.( diterjemahkan : Our Religi). Jakarta: Al-Huda.
8.      Jalaluddin Rakhmat. 2006. Islam dan Pluralisme, Akhlak Al-Quran Menyikapi Perbedaan.Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
9.      Javad Beheshti. My Symbol (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: My Symbol: Muhammad Jati Diriku). Jakarta: Al-Huda
10.  L. Stoddard. 1966. The New World of Islam (diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Dunia Baru Islam)
11.  M. Abdul Karim. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogjakarta: Pustaka Book Publisher.
12.  M. Quraish Shihab. 2007. Logika Agama Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal dalam Islam. Jakarta: Lentera Hati.
13.  M. Zainuddin. 2011. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam.Yogjakarta: Naila Pustaka
14.  Muhammad Bagir Sadr.2010. Bahts Haulal Walayah (diterjemahkan: Kepemimpinan Pasca Nabi). Jakarta: Al-Huda
15.  Nasruddin Razak. 1983. Dienul Islam.Bandung: PT. Al-Ma'arif.
16.  Rasul Ja’farian. 2009. History of The Caliphs; From The Death of The Messenger to The Decline of The Umayyad Dynasty (terjemahan bahasa Indonesia : Sejarah Islam oleh: Ilyas Hasan). Jakarta: PT.Lentera Basritama.
17.  Saed Zomaezam. Al-Imam al-Husain Shaghil ad-Dunya (diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: 10 Hari Yang Menggentarkan Dunia, Ucapan dan Komentar Tokoh Dunia For Husein The Martyr Of Karbala.). Jakarta: Papyrus Publishing.
18.  Studi Islam Sunan Ampel. 2005. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel
19.  Syed Ameer Ali. 2008. The Spirit Of Islam (terjemahan bahasa Indonesia oleh Margono&Kamilah). Yogyakarta: Penerbit Navila.
20.  Ali As-Salus. 1997. Aqidah Al-Imamah ‘inda As-Syiah Al-Isna Asyariyah (diterjemahkan: Imamah dan Khilafah dalam Tinjauan Syar’i). Jakarta: Gema Insani Press.
21.  Syekh Z.A Qurbani Lahiji. 2011. Imam Ali’s First Treatise on The Islamic Ethics and Education (diterjemahkan:Risalah Sang Imam). Jakarta:Penerbit Al-Huda
22.  http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/11/m701se-kisah-sahabat-nabi-usamah-bin-zaid-panglima-terakhir-rasulullah-1



[1] Ibrahim Amini.2007.Wahyu Dar Adyan Asman.(diterjemahkan: Our Religi). Jakarta: Al-Huda. Hal: 2
[2][2] Syekh ZA QurbaniLahiji. Imam Ali’s First Treatise on The Islamic Ethics and Education (diterjemahkan:Risalah Sang Imam). Hal: 21
[3]  Rasul Ja’farian. 2009. History of The Caliphs; From The Death of The Messenger to The Decline of The Umayyad Dynasty (terjemahan bahasa Indonesia : Sejarah Islam). Jakarta: PT.Lentera Basritama. Hal.xii
[4] F.R. Ankersmit.1987.Refleksi tentang Sejarah. Pendapat-pendapat Modern tentang Filsafat Sejarahh. Jakarta: PT. Gramedia. Hal: 374
[5] Studi Islam Sunan Ampel. 2005. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel. Hal: 217
[6] Javad Beheshti. My Symbol (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: My Symbol: Muhammad Jati Diriku). Jakarta: Al-Huda. Hal: 23-24
[9] Elly Setiadi. 2006. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Hal: 28
[10] Ibn Mandzur (630-717 H). Lisanul ‘Arobi. Jilid 12. H, 293 (dalam Markaz Al-buhuts Al-kumbiyutiriyah Lil ‘Ulum Al-Islamiyah atau lebih di kenal dengan The Computer Research Center of Islamic Science (CRCIS) yang didirikan tahun 1410 H/ 1989 M, dibawah bimbingan Ayatullah Sayyid Ali Khamene’i)
[11] Mahmud Yunus. Kamus Arab-Indonesia. 1990. Jakarta: hidayakarya Agung. h, 177
[12] Drs. Nasruddin Razak. 1983. Dienul Islam.Bandung: PT. Al-Ma'arif. Hal:56
[14] Syed Ameer Ali. 2008. The Spirit Of Islam (terjemahan bahasa Indonesia oleh Margono&Kamilah). Yogyakarta: Penerbit Navila. Hal:158
[15] Ali As-Salus. 1997. Aqidah Al-Imamah ‘inda As-Syiah Al-Isna Asyariyah (diterjemahkan: Imamah dan Khilafah dalam Tinjauan Syar’i). Jakarta: Gema Insani Press. Hal: 16-17
[16] http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/11/m701se-kisah-sahabat-nabi-usamah-bin-zaid-panglima-terakhir-rasulullah-1
[17]  M. Abdul Karim. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogjakarta: Pustaka Book Publisher. Hal: 8
[18] Fuad Muhammad Shibel,1977. Hadharatul Islam Fi Dirasati Toynbee Lit Tarikh.( diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Kebudayaan Islam MenurutTinjauan  Toynbee) Jakarta: Bulan Bintang. Hal:32
[19]  Ibid
[20] Saed Zomaezam. Al-Imam al-Husain Shaghil ad-Dunya (diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: 10 Hari Yang Menggentarkan Dunia, Ucapan dan Komentar Tokoh Dunia For Husein The Martyr Of Karbala.). Jakarta: Papyrus Publishing. Hal: 8
[21] Ibid Hal. 7-8
[22] Muhammad Bagir Sadr.2010. Bahts Haulal Walayah (diterjemahkan: Kepemimpinan Pasca Nabi). Jakarta: Al-huda. Hal:109-110
[23] M. Quraish Shihab. 2007. Logika Agama Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal dalam Islam. Jakarta: Lentera Hati. Hal: 89.
[24] M. Abdul Karim. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogjakarta: Pustaka Book Publisher. Hal: 341
[25] Fuad Muhammad Shibel,1977. Hadharatul Islam Fi Dirasati Toynbee Lit Tarikh.(diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Kebudayaan Islam MenurutTinjauan  Toynbee) Jakarta: Bulan Bintang. Hal:51
[26] M. Abdul Karim. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogjakarta: Pustaka Book Publisher. Hal: 341
[27]M. Zainuddin. 2011. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam.Yogjakarta: Naila Pustaka. Hal: 122
[28]Ibid. Hal: 344
[29]Ibid. Hal:352
[30] M. Abdul Karim. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogjakarta: Pustaka Book Publisher. Hal: 354
[31] Abdul Qaim Zallum. Mengenal Gerakan Islam di Timur Tengah Hizbut Tahrir. Jakarta:al-Khilafa. Hal:14
[32] Alwi Shihab. 2009. Antara Tasawuf Suni & Tasawuf Salafi, Akar Tasawuf di Indonesia. Cinere: Pustaka IIMAN. Hal:301
[33]Ibid. Hal: 357
[34] L. Stoddard. 1966. The New World of Islam (diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Dunia Baru Islam) . Jakarta. Hal:31
[35] L. Stoddard. 1966. The New World of Islam (diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Dunia Baru Islam) . Jakarta. Hal: 34.
[36] Jalaluddin Rakhmat. 2006. Islam dan Pluralisme, Akhlak Al-Quran Menyikapi Perbedaan.Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. Hal: 204.
[37] Al-Chaidar. 1419 H. Reformasi Prematur Jawaban Islam terhadap Reformasi Total.Darul Falah. Hal:264

Tidak ada komentar:

Posting Komentar