BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi
adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat
kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia
adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling
terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat
berhubungan dengan orang lain
dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh dan isyarat
yang banyak dimengerti oleh suku bangsa).
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem
dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat
dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun
tidur sampai manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa dipastikan sebagian
besar dari kegiatan kehidupan kita mengunakan komunikasi.
Manusia adalah
makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lain, baik itu dengan sesama,
adat istiadat, norma, pengetahuan ataupun budaya di sekitarnya. Dan setiap
manusia sangat membutuhkan itu semua, karena manusia tidak dapat hidup secara
individu, dalam kehidupannya pasti membutuhkan pertolongan dari orang lain. Dan
untuk mewujudkan itu semua diperlukan komunikasi yang baik. Dalam Al-quran
surah al-hujurat ayat 13 disebutkan;
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
Hai manusia,
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.[1]
Tidaklah asing
bagi kita sebagai warga Negara Indonesia dengan adanya perbedaan budaya di
kalangan masyarakat kita ,karena mengingat begitu luasnya wilayah Indonesia.
Hal ini patutlah membuat kita bersukur sebagai warga Negara Indonesia dan bangga akan kekayaan
kebudayaan kita. Pada kenyataanya sering kali kita tidak bisa
menerima atau merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan
yang terjadi akibat interaksi tersebut, seperti masalah perkembangan teknologi,
kebiasan yang berbeda dari seorang teman yang berbeda asal daerah atau
cara-cara yang menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma) dari suatu daerah
ke daerah lain. Oleh karena
itulah penting kiranya dalam makalah ini kita akan membahas mengenai komunikasi
publik relations atau yang disebut komunikasi HUMAS.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah pengertian komunikasi?
2. Apa unsur-unsur komunikasi?
3. Bagaimana efek komunikasi?
4. Bagaimana komunikasi publik Relation, (HUMAS)
C. Tujuan
Pembahasan
1. Memahami pengertian komunikasi
2. Mengetahui unsur-unsur komunikasi
3. Memahami efek komunikasi dan
4. Memahami komunikasi publik Relation, (HUMAS)
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENGERTIAN
KOMUNIKASI
1. Akar Kata Komunikasi
Kata
“komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”,
yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih.[2]
Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya berbagi.[3]
Dalam
literatur lain disebutkan komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau “communicare” yang berarti " membuat
sama" (to make common). Istilah
“communis” adalah istilah yang paling
sering di sebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari
kata kata latin yang mirip Komuniksi
menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan di anut secara
sama.[4]
Dalam hal ini,
yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi
sebagai kata kerja (verb) dalam
bahasa Inggris, “communicate”, berarti
(1) untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan informasi; (2) untuk
membuat tahu; (3) untuk membuat sama; dan (4) untuk mempunyai sebuah hubungan
yang simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun),
“communication”, berarti : (1)
pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi; (2) proses pertukaran
diantara individu-individu melalui simbol-simbol yang sama; (3) seni untuk
mengekspresikan gagasan-gagasan, dan (4) ilmu pengetahuan tentang pengiriman
informasi.[5]
Dari uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi berasal dari akar kata yang maknanya
selalu (1) melibatkan pertukaran simbol atau tanda baik verbal maupun
nonverbal, (2) terbangunnya relasi kebersamaan antara komunikator dengan komunikan.
Simbol atau tanda verbal seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.[6] Sementara simbol atau tanda nonverbal seperti
mimic, gerak-gerik serta suara. Terbangunnya relasi kebersamaan ini bukan
selalu sebagai hubungan yang positif seperti keakraban atau keintiman melainkan
terbentuknya kontak hubungan antara pengirim pesan dengan penerima pesan
melalui simbol atau tanda-tanda tertentu yang bersifat verbal (bahasa) atau nonverbal, lisan,
tertulis dan gambar.
Tabel, 1.1
Contoh bentuk
pesan
|
Verbal
|
Nonverbal
|
Lisan
Tertulis
Gambar
|
Wawancara
Laporan
Uraian suatu adegan
|
Berbicara pelan
Diageram/tata letak
Sketsa suatu adegan
|
Gambar:
kategori-kategori bentuk pesan.[7]
Aplikasi
kontak simbol ini baik dilakukan dengan diri sendiri (intrapersonal) maupun
dengan pihak lain (antarpersonal).
2.
Difinisi Komunikasi Menurut
Para Ahli.
Pawito dan C. Sardjono (1994), mencoba mendefinisikan
komunikasi sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau
dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud
mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya
didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the
channel) dan penerima (the receiver).[8]
Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu
proses berbagi (sharing process).
Schramm menguraikannya sebagai berikut :
Komunikasi
berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis
yang berarti umum (common) atau
bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha
menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes)
dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap.
Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan
para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya
adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian
(pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu.[9]
Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm
tampak lebih cenderung mengarah pada sejauhmana keefektifan proses berbagi
antarpelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness), kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audience)-nya.
Menurutnya, sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan
lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.
Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito mengemukakan
komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi
merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa
para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan
keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara
integral dengan elemen lain.[10]
Sebagai proses, kata Smith, komunikasi sekaligus
bersifat khas dan umum, sempit dan luas dalam ruang lingkupnya. Dirinya
menguraikan :
Komunikasi antarmanusia merupakan
suatu rangkaian proses yang halus dan sederhana. Selalu dipenuhi dengan
berbagai unsur-sinyal, sandi, arti tak peduli bagaimana sederhananya sebuah
pesan atau kegiatan itu. Komunikasi antar manusia juga merupakan
rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia dapat menggunakan beratus-ratus alat
yang berbeda, baik kata maupun isyarat ataupun kartu berlubang baik berupa
percakapan pribadi maupun melalui media massa
dengan audience di seluruh
dunia ketika manusia berinteraksi saat itulah mereka berkomunikasi.[11]
saat orang mengawasi orang lain, mereka melakukan melalui
komunikasi.
(Blake dan Haroldsen, 2003 : 2-3).
Sedangkan, Larry A Samovar, Richard E Porter dan Nemi
C Janin dalam bukunya Understanding
Intercultural Communication mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :
“Communication
is defined as a two way on going, berhaviour affecting process in which one
person (a source) intentionally encodes and transmits a message throught a
channel to an intended audience (receiver) in order to induce a particular
attitude or behaviour” (Purwasito, 2003 : 198).
Dance dan
Larson (dalam Vardiansyah, 2004 : 9) setidaknya telah mengumpulkan 126 definisi
komunikasi yang berlainan. Namun, Dance dan Larson mengidentifikasi hanya ada
tiga dimensi konseptual penting yang mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya
itu, antara lain :
a.
Tingkat
observasi atau derajat keabstrakannya. (a) Definisi bersifat umum, misalnya
definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu
bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. (b) Definisi bersifat khusus,
misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk
mengirimkan pesan militer, perintah dan sebagainya melalui telepon, telegraf,
radio, kurir dan sebagainya.
b.
Tingkat
kesengajaan. (a) Definisi yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya definisi yang
menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi yang memungkinkan suatu
sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari
untuk mempengaruhi perilaku penerima. (b) Definisi yang mengabaikan
kesengajaan, misalnya dari Gode (1959) yang menyatakan komunikasi sebagai
proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau
monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih.
c.
Tingkat
keberhasilan dan diterimanya pesan. (a) Definisi yang menekankan keberhasilan
dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi
adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan saling pengertian. (b)
Definisi yang tidak menekankan keberhasilan dan tidak diterimanya pesan,
misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses transmisi informasi.
Dari
berbagai definisi komunikasi yang ada, Sasa Djuarsa Sendjaja dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mencoba
menjabarkan tujuh definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks
pengertian komunikasi. Definisi-definisi tersebut antara lain:
a.
Komunikasi
adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus
(biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk
perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Definisi ini seperti yang dikemukakan
Hovland, Janis & Kelley (1953).
b.
Komunikasi
adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain.
Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka
dan lain-lain. Komunikasi ini seperti yang dikemukakan Berelson dan Stainer
(1964).
c.
Komunikasi
pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa,
dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom?
With what effect?). Definisi seperti yang dikemukakan Lasswell (1960).
d.
Komunikasi
adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh
seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Definisi ini seperti yang dikemukakan Gode (1959).
e.
Komunikasi
timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian,
bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. Definisi ini
seperti dikemukakan Barnlund (1964).
f.
Komunikasi
adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam
kehidupan. Definisi ini seperti yang disampaikan Ruesch (1957).
g.
Komunikasi
adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi
pikiran orang lainnya. Definisi ini seperti yang dikemukakan Weaver (1949)
(Zubair, 2006).[12]
Sementara Riswandi menyimpulkan beberapa
karakteristik komunikasi berdasar berbagai
definisi yang dikemukakan para ahli, antara lain :
a.
Komunikasi adalah suatu
proses, artinya komunikasi merupakan serangkaian
tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau
sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
b.
Komunikasi adalah suatu
upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi
adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta
sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.
c.
Komunikasi menuntut adanya
partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang
berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan
sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan.
d.
Komunikasi bersifat
simbolis karena dilakukan dengan menggunakan
lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar
manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau
tanda-tanda lainnya.
e.
Komunikasi bersifat
transaksional. Komunikasi pada dasarnya menuntut
dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu
dilakukan secara seimbang atau porsional.
f.
Komunikasi menembus faktor
ruang dan waktu Maksudnya bahwa para pelaku yang
terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama.
Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet,
faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah
dalam berkomunikasi. (Riswandi, 2006).[13]
Jika dilihat sekilas dari ulasan di atas,
kiranya dapat ditarik benang merah bahwa tiap ahli bisa memiliki pandangan
beragam dalam mendefinisikan komunikasi.
Komunikasi terlihat sebagai kata yang abstrak sehingga memiliki banyak
arti. Kenyataannya untuk menetapkan satu definisi tunggal terbukti sulit dan
tidak mungkin terutama jika melihat pada berbagai ide yang dibawa dalam istilah
itu.
Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan
sosial yang bersifat multidisipliner sehingga definisi komunikasi pun menjadi
banyak dan beragam. Dance dan Larson
(1976) telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi,[14]
masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan,
konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya berbagai definisi
komunikasi yang ada sesungguhnya saling melengkapi dan menyempurnakan sejalan
dengan perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri.
B. UNSUR-UNSUR
KOMUNIKASI
Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu
adalah sebagai berikut :
Sender : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang
Encoding : Penyandian,
yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang
Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator
Media : Saluran
komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke pada komunikan
Decoding : Pengawasandian,
yaitu proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan
oleh komunikator kepadanya
Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator
Response : Tanggapan,
seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterima pesan
Feedback : Umpan
balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada
komunikator
Noise : Gangguan
tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya
pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh
komunikator kepadanya.[15]
Table
1.1.
Sender-encoding
–mesage-decoding-receiver
Noise
Feedback-response
Sumber:
ilmu komunikasi, hlm 18.
C. EFEK
KOMUNIKASI
Efek komunikasi adalah dampak yang di ikuti dari
beragam bentuk pesan atau content, komunikasi yang ditransformasikan dalam
interaksi komunikasi atau komunikasi massa. target audience yang menjadi
sasaran media dan saluran politik lainnya.
Efek komunikasi dalam proses dan tindakan politik ada
tiga jenis atau tahap, yaitu :
1.
Kognitif
yaitu efek komunikasi politik yang berlangsung pada level pemikiran.
2.
Afektif
yaitu efek komunikasi pada level emotional/ perasaan/sikap.
Efek
jangka pendek dan panjang
1.
Short tern
efek yaitu efek jangka pendek yang berlangsung pada
individu, group, dan yang bersifat cepat dan sementara. misal : opini mengenai
kasus politik.
D. KOMUNIKASI
dan PUBLIC RELATION (HUMAS)
Istilah “Hubungan Masyarakat” yang disingkat “HUMAS”
sebagai terjemahan dari istilah public relations. Public relations
merupakan metode komunikasi dan objek studi ilmu komunikasi itu menjadi
hubungan masyarakat.[18]
1.
Komunikasi dan HUMAS
sebagai fungsi Manajemen.
a.
Hubungan
ke Dalam
Hubungan ke dalam pada umumnya
adalah hubungan dengan para anggota
bawahan atau karyawan.
b.
Hubungan
ke Luar
Hubungan ke luar pada umumnya
adalah hubungan yang tetap, yakni :
1)
Hubungan
dengan masyarakat sekitar (community relations),
2)
Hubungan
dengan jawatan pemerintah (government relations),
3)
Hubungan
dengan pers (press relations).[19]
Dalam konteks strategi manajemen komunikasi
dengan public relations mempunyai peran yang sangat strategis dalam rangka
membantu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, pemerintah dan pers.
2. Hubungan Masyarakat dan Hubungan
Manusiawi.
Hubungan manusiawi dalam arti
luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi
dan dalam semua bidang kehidupan. Dan hubungan manusia dalam arti sempit adalah
juga interaksi antara seseorang dengan orang lain.
Demikian kata R. F. Maier dalam bukunya, Priciple of
Human Relations. yang dikutip
Rosady Ruslan “Hubungan manusiawi dapat dilakukan
untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian, dan
mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat Manusia”.[20]
Dalam
kegiatan hubungan manusiawi terdapat dua jenis konseling, bergantung pada
pendekatan (approach) yang dilakukan. Kedua jenis konseling tersebut
ialah directive conseling, yakni konseling yang langsung terarah, dan non-directive
conseling, yaitu konseling yang tidak langsung terarah.
3.
Komunikasi Perspektif
Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian
yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita
selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi
yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi
yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada
Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).
Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit
bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk
menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah
juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui
matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah
(perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya
para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak
buku-buku tafsir.
Komunikasi sangat berpengaruh terhadap kelanjutan hidup manusia, baik
manusia sebagai hamba, anggota masyarakat, anggota keluarga dan manusia sebagai
satu kesatuan yang universal. Seluruh kehidupan manusia tidak bisa lepas dari
komunikasi. Dan komunikasi juga sangat berpengaruh terhadap kualitas
berhubungan dengan sesama. Komunikasi Islam adalah proses
penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi
dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada
unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam,dan cara (how),dalam
hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika).
Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam
komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah
(Islam), dan akhlak (ihsan). Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan
Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan
efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip,
atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.
Soal cara (kaifiyah),
dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi
berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah,
prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau
etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum muslim dalam melakukan
komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan
sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
a)
Al-Qur’an
Dalam
berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya
enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai
kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yaitu:
1)
Qaulan Sadida
(perkataan yang benar, jujur);
|·÷uø9ur úïÏ%©!$# öqs9 (#qä.ts? ô`ÏB óOÎgÏÿù=yz ZpÍhè $¸ÿ»yèÅÊ (#qèù%s{ öNÎgøn=tæ (#qà)Guù=sù ©!$# (#qä9qà)uø9ur Zwöqs% #´Ïy ÇÒÈ
Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar.[21]
2)
Qaulan
Baligha (tepat sasaran, komunikatif, to the point, mudah dimengerti);
y7Í´¯»s9'ré& úïÉ©9$# ãNn=÷èt ª!$# $tB Îû óOÎhÎ/qè=è% óÚÌôãr'sù öNåk÷]tã öNßgôàÏãur @è%ur öNçl°; þ_Îû öNÎhÅ¡àÿRr& Kwöqs% $ZóÎ=t/ ÇÏÌÈ
Mereka itu adalah orang-orang
yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah
kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka
Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.[22]
3)
Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik)
uä!$|¡ÏY»t ÄcÓÉ<¨Z9$# ¨ûäøó¡s9 7tnr'2 z`ÏiB Ïä!$|¡ÏiY9$# 4 ÈbÎ) ¨ûäøøs)¨?$# xsù z`÷èÒørB ÉAöqs)ø9$$Î/ yìyJôÜusù Ï%©!$# Îû ¾ÏmÎ7ù=s% ÖÚttB z`ù=è%ur Zwöqs% $]ùrã÷è¨B ÇÌËÈ
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah
seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk[23] dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya[24] dan ucapkanlah
Perkataan yang baik,[25]
4)
Qaulan Karima
(perkataan yang mulia);
4Ó|Ós%ur y7/u wr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$Î) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7t x8yYÏã uy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdxÏ. xsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& wur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJÌ2 ÇËÌÈ
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah"[26] dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.[27]
Dari ayat tersebut jelas bahwa kita diperintahkan
untuk mengucapkan perkataan yang baik atau mulia karena perkataan yang baik dan
benar adalah suatu komunikasi yang menyeru kepada kebaikan dan merupakan bentuk
komunikasi yang menyenangkan.
5)
Qaulan
Layyinan (perkataan yang lembut);
!$t6ydø$# 4n<Î) tböqtãöÏù ¼çm¯RÎ) 4ÓxösÛ ÇÍÌÈ wqà)sù ¼çms9 Zwöqs% $YYÍh©9 ¼ã&©#yè©9 ã©.xtFt ÷rr& 4Óy´øs ÇÍÍÈ
Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun,
Sesungguhnya Dia telah melampaui batas;
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".[28]
Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang
enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya
tidak mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang
yang kasar. Rasullulah selalu bertuturkata dengan lemah lembut, hingga setiap
kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah
kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi
kasar.
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar
berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina,
hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan
jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita.
Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari
kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi. Allah melarang bersikap keras dan kasar dalam
berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil malah
ummat akan menjauh. Dalam berdoa pun Allah memerintahkan agar kita memohon
dengan lemah lembut, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan
suara yang lemahlembut, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas,” (Al A’raaf ayat 55)
6)
Qaulan
Maysura (perkataan yang ringan);
$¨BÎ)ur £`|ÊÌ÷èè? ãNåk÷]tã uä!$tóÏGö/$# 7puH÷qu `ÏiB y7Îi/¢ $ydqã_ös? @à)sù öNçl°; Zwöqs% #YqÝ¡ø¨B ÇËÑÈ
Dan jika
kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu
harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas.[29]
Itulah beberapa ayat al-Qur’an yang menjelaskan secara
umum mengenai komunikasi uang harus di jalankan oleh maniusia pada khususnya.
b)
Al-Hadist.
Di dalam hadits Nabi SAW juga
ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaimana Rasulullah SAW
mengajarkan berkomunikasi kepada kita. Berikut hadits-hadits tersebut:,
Pertama,
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ
خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ . [رواه
البخاري ومسلم]
Dari Abu Hurairah
radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan
Muslim)
Kedua, قل الحق ولو كان مرا qulil haqqa
walaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun pahit rasanya),
Ketiga, لاتقل قبل تفكر
(laa
takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu).
Keempat, Nabi SAW menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya,
“Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang
tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap
sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu
tidak hadir”.
Kelima, selanjutnya Nabi SAW berpesan,
“Sesungguhnya Allah tidak suka kepada
orang-orang…yaitu mereka yang memutar balikan fakta dengan lidahnya seperti
seekor sapi yang mengunyah-ngunyah rumput dengan lidahnya”.
Pesan Nabi SAW tersebut bermakna luas bahwa dalam
berkomunikasi hendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat, kita dengar, dan
kita alami.
Prinsip-prinsip etika tersebut, sesungguhnya dapat
dijadikan landasan bagi setiap muslim, ketika melakukan proses komunikasi, baik
dalam pergaulan sehari-hari, berdakwah, maupun aktivitas-aktivitas lainnya.
BAB III
PENUUP
A. Kesimpulan
1)
Komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain, Melalui penggunaan simbol-simbol
seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Atau bisa
disimpulkan lebih umum, Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada
setiap gerak langkah manusia.
2)
Unsur-unsur komunikasi adalah
sebagai berikut:
(a), Sender , (b), Encoding, (c), Message, (d), Media, (e), Decoding, (f), Receiver, (g), Response, (h), Feedback, dan (i), Noise.
3)
Efek
komunikasi adalah dampak yang di ikuti dari beragam bentuk pesan atau content,
komunikasi yang ditransformasikan dalam interaksi komunikasi atau komunikasi
massa. target audience yang menjadi sasaran media dan saluran politik lainnya.
Diantara efek komunikasi adalah sebagai berikut: (a), Kognitif
yaitu efek komunikasi politik yang berlangsung pada level pemikiran. (b), Afektif yaitu efek komunikasi pada level
emotional/ perasaan/sikap. (c), Efek
Perilaku (behavior) yaitu efek komunikasi politik pada level perilaku.
4)
Hubungan Hubungan Masyarakat” yang disingkat “HUMAS” sebagai
terjemahan dari istilah public relations. Public relations merupakan
metode komunikasi dan objek studi ilmu komunikasi itu menjadi hubungan
masyarakat.
[1]QS. al-Hujuraat, (49): 13.
[2]Muhammad Zamroni, Filsafat Komunikasi,
Pengantar Ontologis, Efistemologis, Aksiologis, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), hlm. 4.
[3]Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan Ke-1 (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 3.
[4]Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 46.; Onong Uchjana Effendy, Dinamika
Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008), hlm.4.; Onong Uchjana
Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2011), hlm.
9.
[5]Tanti Yuniar, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia,
Indonesia- Inggris, (Surabaya: Agung Media, 2007), hlm. 70.
[7]R. Wayne Pace & Done f. Faules, Komunikasi
Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusaan, ( Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 30.
[8]Pawito, dan C Sardjono. Teori-Teori Komunikasi, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1994), hlm. 12.
[9]Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, Cetakan Ke-1. (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006), hlm. 2-3.
[11]Blake Reed H., and Edwin O.
Haroldsen, Taksonomi Konsep Komunikasi. Cetakan Ke-1. Terj. Hasan Bahanan. (Surabaya: Papyrus, 2003),.
[12]Agustina Zubair, “Definisi Komunikasi organisasi” http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi organisasi/, diakses
tanggal 16 September 2014.
[13]Riswandi, “Definisi Komunikasi dan
Tingkatan Proses Komunikasi”, http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi-dan-tingkatan-proses-komunikasi/, diakses tanggal 16
September 2014.
[14]R. Wayne Pace & Done f. Faules, Komunikasi
Organisasi, hlm. 26.
[15]Onong Uchjana Effendy, Ilmu
Komunikasi, hlm. 18-19.; Asep
Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia, Dinamika Islam Politik
Pasca-Orde Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 31.
[18]B. Suryosubroto, Humas dalam Dunia Pendidikan
Suatu Pendekatan Praktis, (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 2001), hlm. 12.
[19]Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar
Public Relations, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 88-89.
[20]Rosady Ruslan, Manajemen Public Relation:
Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.
119.
[23]Yang
dimaksud dengan tunduk di sini ialah berbicara dengan sikap yang menimbulkan
keberanian orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka.
[24]Yang
dimaksud dengan dalam hati mereka ada penyakit Ialah: orang yang mempunyai niat
berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina.
[25]QS.
al-Ahzab, (33): 32.
[26]Mengucapkan kata Ah kepada
orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau
memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
[29]Maksudnya: apabila kamu
tidak dapat melaksanakan perintah Allah seperti yang tersebut dalam ayat 26,
Maka Katakanlah kepada mereka Perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa
lantaran mereka belum mendapat bantuan dari kamu. dalam pada itu kamu berusaha
untuk mendapat rezki (rahmat) dari Tuhanmu, sehingga kamu dapat memberikan
kepada mereka hak-hak mereka. QS. al-Isra’, (17): 28.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar