Senin, 16 Juni 2014

DAKWAH DAN CINTA



DAKWAH
Q.S. Yusuf [12]: 108.

ö@è% ¾ÍnÉ»yd þÍ?ŠÎ6y (#þqãã÷Šr& n<Î) «!$# 4 4n?tã >ouŽÅÁt/ O$tRr& Ç`tBur ÓÍ_yèt6¨?$# ( z`»ysö6ßur «!$# !$tBur O$tRr& z`ÏB šúüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÊÉÑÈ  
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik".[1]

Dalam ayat ini Allah memerintahkan utusannya (Nabi Muhammad SAW) bagi jin dan manusia, untuk memberitahu mereka baw ini adalah jalannya, yaitu dakwah kepada kesaksian bahwa tidak ada illah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah yang Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya.[2]
A.  Pengertian Dakwah
Dakwah menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yakni  دَعَا– يَدْعُوْا – دَعْوَةً (da’a - yad’u - da'watan).[3] Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai “ajakan kepada Islam. Kata da’a dalam al-Quran, terulang sebanyak 5 kali, sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata dakwah terulang sebanyak 4 kali.
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau Ad-Dakwah Al-Islamiyah.
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis, dari Mesir, Kisra dari Persia (iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).
1.    Macam-Macam Dakwah.
a.      Dakwah Fardiah
Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).
b.      Dakwah Ammah
Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato).
Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-soal dakwah.
c.       Dakwah bil-Lisan
Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.
d.      Dakwah bil-Haal
Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.
Pada saat pertama kali Rasulullah SAW tiba di kota Madinah beliau mencontohkan Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
e.       Dakwah bit-Tadwin
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.
Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada".
f.       Dakwah bil Hikmah
Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
Dalam kitab Al-Hikmah Fi Al Dakwah Ilallah Ta'ala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain:
1)   Adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur’an dan Injil.
2)   Memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan
3)   Ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
4)   Obyek kebenaran(al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal
5)   Pengetahuan atau ma'rifat.
2.    Hadits Tentang Dakwah.
1.    عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ  رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا, أَنَّ رَسُوْ لَ اللهِ صَلَّى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَعَثَ مُعَاذًا إِلَى اليَمَنِ;  قَالَ إَنَّكَ تَأْتِي قَوْماً مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَاتَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةُ أَنْ لَاإِلَهَ إَلَّااللهُ  ]وَفِي رِوَا يَةٍ : إِلىَ أَنْ يُوَحِّدُولله[  فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ;  فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَواتٍ فِي كُّلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ  ,فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ  ;فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةٍ تُؤْ خَذُمِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلىَ فُقَرَائِهِمْ  ,فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ ;  فَإِياَكَ وَكَرَئِمَ أَمْوَالِهِمْ واَتَّقِ دَعْوَةِ المظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ [4]
[[رواه البخاري ومسلم
a.    Terjemahannya
Dari ibnu Abbas R.A Sesungguhnya “Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam mengutusku, beliau bersabda: “Sungguh kamu akan mendatangi orang-orang ahli kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang harus kamu sampaikan kepada mereka adalah syahadat La Ilaha Ill Alloh (dalam riwayat yang lain disebutkan “supaya mereka mentauhidkan Alloh), jika mereka mematuhi apa yang kamu dakwahkan, maka sampaikan kepada mereka bahwa Alloh telah mewajibkan kepada mereka sholat lima waktu dalam sehari semalam, jika mereka telah mematuhi apa yang telah kamu sampaikan, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Alloh telah mewajibkan kepada mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka dan diberikan pada orang-orang yang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka, dan takutlah kamu dari doanya orang-orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak ada tabir penghalang antara doanya  dan Alloh. (H.R. Bukhori dan Muslim).
b.   Kosa Kata (Mufradat)
Artinya
Arab
Artinya
Arab
Ahli kitab
أَهْلِ الْكِتَابِ
Tatkala
لَمَّا
Mengesakan Allah
يُوْحِّدولله
Mengutus
بَعَثَ
Mentaatimu
أَطَاعُوْكَ
Ke
إِليَ
Mewajibkan
أَفْتَرَضَ
Dari
مِنْ
Maka ajari mereka
فَأْعْلِمْهُمْ
Sesungguhnya engkau
إَنَّكَ
Atas mereka
عَلَيْهِمْ
Mendatangi
تأَتيِ
Orang yang kaya dari mereka
أَغْنِيَاءِهِمْ
Suatu kaum
قَوْماً
Orang miskin dari mereka
فُقَرَاءِهِمْ
Kepadanya
إِلَيْهِ
Maka takutlah
فَأِيَاكَ
Sesungguhnya
أَنَّ
Do’a orang yang teraniyaya
دَعْوَةِ الْمَظْلُوْمِ
Maka Sesungguhnya
فَإِنَّهُ
Pembatas/batas 
حِجَابٌ
Tidak ada
لَيْسَ
c.    Kandungan Hadits.

1)        Dakwah kepada La Ilaha Illallah adalah jalannya orang orang yang setia mengikuti Rasulullah s.a.w.
2)        Peringatan akan pentingnya ikhlas (dalam berdakwah semata mata kerana Allah), sebab kebanyakan orang kalau mengajak kepada kebenaran, justeru mereka mengajak kepada (kepentingan) dirinya sendiri.
3)        Mengerti betul akan apa yang didakwahkan adalah termasuk kewajipan.
4)        Termasuk bukti kebaikan tauhid, bahawa tauhid itu mengagungkan Allah.
5)        Bukti kejelekan syirik, bahawa syirik itu merendahkan Allah.
6)        Termasuk hal yang sangat penting adalah menjauhkan orang Islam dari lingkungan orang orang musyrik, agar tidak menjadi seperti mereka, walaupun dia belum melakukan perbuatan syirik.
7)        Tauhid adalah kewajipan pertama.
8)        Tauhid adalah yang harus didakwahkan pertama kali sebelum mendakwahkan kewajipan yang lain termasuk sholat.
9)        Pengertian "supaya mereka mentauhidkan Allah" adalah pengertian syahadat.
10)    Seseorang terkadang termasuk ahli kitab, tapi ia tidak tahu pengertian syahadat yang sebenarnya, atau ia memahami namun tidak mengamalkannya.
11)    Peringatan akan pentingnya sistem pengajaran dengan bertahap.
12)    Iaitu dengan diawali dari hal yang sangat penting kemudian yang penting dan begitu seterusnya.
13)    Salah satu sasaran pembahagian zakat adalah orang fakir.
14)    Kewajipan orang yang berilmu adalah menjelaskan tentang sesuatu yang masih diragukan oleh orang yang belajar.
15)    Dilarang mengambil harta yang terbaik dalam penarikan zakat.
16)    Menjaga diri dari berbuat dzolim terhadap seseorang.
17)    Pemberitahuan bahawa do'a orang yang teraniaya itu dikabulkan.
18)    Diantara bukti tauhid adalah ujian yang dialami oleh Rasulullah s.a.w. dan para sahabat, seperti kesulitan, kelaparan mahupun wabah penyakit.[5]
d.   Pelajaran Dari Hadits Diatas.

Dari Hadits yang berisi kisah yang agung ini meliputi beberapa hal penting untuk dicermati dan pelajaran yang sangat berharga yang mencakup:
1)      Urgensi Dakwah.
Sesungguhnya pengutusan Muadz ibnu Jabal ke Negeri Yaman oleh Rasulullah SAW ini terdapat pelajaran tentang ketegaran dan kesabaran dalam mengemban tugas mulia tersebut; yang Pertama adalah bahwa Mua’dz pasti akan meninggalkan orang yang paling dicintainya, orang yang paling dekat dengannya, yang senantiasa beliau iringi, dimana Mu’adz shalat bersama beliau SAW, mendengarkan sabda-sabda dan nasihat-nasihat darinya Nabi SAW. Kedua bahwa diutusnya Muadz ibnu Jabal dimana beliau pasti akan menempuh safar (perjalanan ) yang cukup panjang. Ketiga, bahwa perjalanan yang akan ditempuh sudah pasti menegangkan dan melelahkan dengan melalui medan alam yang keras. dan Keempat, bahwa sudah pasti nanti beliau akan menghadapi tantangan dari musuh-musuh Islam, atau orang-orang yang benci kepada dakwah Ilallah.
2)      Ushul Ad-Dakwah.
Dasar-dasar dalam berdakwah, disebutkan dalam hadits ini ketika Nabi SAW berwasiat kepada Muadz, yang pertama kali beliau sampaikan kepada Mu’adz adalah masalah Tauhid, bukan yang selainnya (seperti perkara akhlak, tazkiyatunnufus atau mengajarkan bagaimana metode berdakwah dengan cara berdagang misalnya), akan tetapi sekali lagi wasiat Rasulullah SAW adalah menyeru manusia agar mentauhidkan Allah, inilah dakwah yang menjadi prioritas utama, kemudian setelah beriman dengan keimanan yang benar kepada Allah SWT, lalu mempersaksikan bahwasanya Muhammad SAW adalah utusan Allah. Setelah beriman dan mentaati Allah, maka juga harus meyakini dan mentaati Rasulullah sebagai ikutan dan panutan dalam kehidupan seorang muslim, selanjutnya perintah untuk menegakkan shalat. Rasulullah SAW tidak menyuruh kepada perkara yang lain selain melaksanakan shalat, sebagai kewajiban yang sangat agung dan tinggi kedudukannya, selanjutnya perintah untuk menunaikan zakat. kesemuanya ini semata-mata wahyu dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW.







CINTA
Q. S. Ali-Imron [3] : 31.
ö@è% bÎ) óOçFZä. tbq7Åsè? ©!$# ÏRqãèÎ7¨?$$sù ãNä3ö7Î6ósムª!$# öÏÿøótƒur ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRèŒ 3 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÊÈ  
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[6]
               
                Ayat yang mulia ini menghukumi setiap orang yang mengaku mencintai Allah, namun ia tidak menempuh jalan Muhammad SAW, bahwa pengakuannya itu dusta hingga ia mengikuti syari’at Muhammad dan agama Nabawi dalam setiap ucapan dan perbuatannya.[7]
B.  Pengertian Cinta
Menurut kamus ilmiyah bahasa Indonesia, cinta adalah kasih sayang, rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya.[8] Sedangan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta itu hampir sama dengan kasih, sehingga kata cinta dapat dikatakan lebih memperkuat rasa kasih sayang, oleh karena itu, cinta dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepda seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Cinta bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa, yang dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan tanggungjawab. Dalam cinta tersimpul pula rasa kasih sayang dan kemesraan, belas kasihan dan pengabdian. Cinta yang disertai dengan tanggungjawab menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan, antara manusia dengan Tuhan.
Cinta adalah perasaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri. Dan terpautnya hati orang yang mencintai pada pihak yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang selalu menampilkan keceriaan.
Cinta dalam pengertian seperti ini merupakan perasaaan mendasar dalam diri manusia, yang tidak bisa terlepas dan merupakan sesuatu yang essensial. Dalam banyak hal, cinta muncul untuk mengontrol keinginan ke arah yang lebih baik dan positif. Hal ini dapat terjadi jika orang yang mencintai menjadikan cintanya sebagai sarana untuk meraih hasil yang baik dan mulia guna meraih kehidupan sebagaimana kehidupan orang-orang pilihan dan suci serta orang-orang yang bertaqwa dan selalu berbuat baik.
1.    Macam-Macam Tingkatan Cinta
Didalam kitab suci Al-Qur’an ditemui fenomena cinta yang bersembunyi dalam jiwa manusia, cinta memiliki 3 tingkatan, yaitu: cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, cinta kepada orang tua dan sesama dan cinta kepada harta benda karena Allah SWT.[9]
a.    Cinta tingkat tinggi adalah cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah, yang dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan RasulNya. Apabila seorang taat beribadah, menurut perintah Tuhan, dan menjauhi larangan-Nya, maka orang itu mempunyai cinta kasih kepada Tuhan penciptanya.
b.   Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, suami/istri, kerabat serta lingkungan karena Allah SWT.
Diantara penjelasan cinta tingkat kedua ini Ibnu Qoyyim Al-Jauziah memberikan jalan yakni:
1)   Cinta sayang antar orang tua dan anak. Orang tua yang memperhatikan dan memenuhi kebutuhan anaknya, berarti mempunyai rasa cinta kasih terhadap anak. Mereka selalu mengharapkan agar anaknya menjadi orang baik dan berguna dikemudian hari.
2)   Cinta anatara pria dan wanita. Seseorang pria menaruh perhatian terhadap seorang gadis dengan perilaku baik, lemah lembut, sopan, apalagi memberikan seuntai mawar merah, berarti ia menaruh cinta kasih terhadap gadis itu.
3)   Cinta antar sesama manusia. Apabila seorang sahabat berkunjung kerumah kawannya yang sedang sakit dan membawa obat kepadanya, berarti bahwa sahabat itu menaruh cinta kasih terhadap kawannya yang sedang sakit itu.
4)   Cinta kasih manusia terhadap lingkungannya. Apabila seseorang menciptakan taman yang indah, memelihara taman pekarangan, tidak menebang kayu di hutan seenaknya, menanam tanah gundul dengan teratur, tidak berburu hewan dengan semena-mena atau dikatakan bahwa orang itu menaruh cinta kasih atau menyayangi lingkungan hidupnya.
c.    Cinta tingkat rendah adalah cinta yang lebih mengutamakan harta dan tempat tinggal.
yaitu, cinta yang menomorduakan Allah SWT dan RasulNya. Cinta yang motifnya karena ingin mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya, baik dalam bentuk kedudukan, harta, pengajaran dan bimbingan, ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang seperti itu akan hilang bersama hilangnya apa-apa yang ingin didapatnya dari orang yang dicintai. Yakinlah bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu akan meninggalkanmu ketika dia telah mendapat apa yang diinginkannya darimu.
Sedangkan menurut Ulama Ibnu Qayim Al-Jauziah, macam tingkatan cinta ada tiga, yaitu:
a.      Cinta atas dasar harapan mendapat sesuatu
Yaitu ketika seorang yang mencintai kekasihnya karena menginginkan sesuatu dari kekasihnya itu. Dan sesuatu yang diinginkannya itu biasanya berujud materi. Seorang wanita biasanya mudah tergoda dengan materi. Cinta seperti ini adalah tingkatan cinta yang paling rendah. Jika keinginannya tidak terpenuhi maka kadar cinta pecinta golongan ini sontak turun tajam. Bahkan kemudian hatinya terisi oleh bibit-bibit kejengkelan, kebencian dan kemarahan. Sehingga bila akumulasi harapan-harapannya yang tak terpenuhi itu sudah sedemikian besar, seringkali berujung pada perselisihan, bahkan perpisahan.
b.      Cinta atas dasar mengharap Ridho yang dicintai.
Cinta seperti ini lebih tinggi tingkatannya dari yang pertama. Yaitu mencintai kekasih karena semata mengharap ridhonya. Orang yang memiliki cinta tingkat kedua ini akan melakukan apapun secara sukarela dengan tujuan agar kekasih mendapatkan kebahagiaan. Agar kekasih memperoleh kesenangan. Agar kekasih terhindar dari marabahaya.
c.       Cinta atas dasar mengharap ridho Allah sekaligus ridho kekasih
iniah cinta sejati.
Inilah cinta tertinggi. Pada cinta jenis kedua (mengharap ridho kekasih), adakalanya orang tersebut melakukan sesuatu dengan tulus namun apa yang dilakukannya itu tidak diridhoi oleh Allah, sang pencipta cinta.
2.    Hadits Tentang Cinta kepada Rasulullah SAW.
حَدَّثَنَا مُحمَّدُ بْنُ المثَنَّى وَابْنُ بَشَارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حدثنا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ  قَتَادَة يَحْدُثُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدَكُمْ حَتىَّ أَكُوْنُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلِدِهِ وَوَالَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
[صحيح اللأ مام مسلم]                                                                                                                             
a.    Terjemahannya
Diceritakan oleh Muhammadibn Al Mutsanna wa ibn Basyar ia berkata,diceritakan oleh Muhammad ibn Ja’far diceritakan oleh Syu’bah ia berkata aku mendengar Qotadah meriwayatkan dari An-Naas bin Malik ia berkata Rasulullah SAW bersabda tidak beriman diantara salah satu diantara kalian, sehingga Aku (Rasulullah SAW) lebih ia ciantai dari kedua orang tuanya, dan anak-anaknya dan sekalian manusia.
(H.R. Muslim).











b.   Kosa kata.

Artinya
Arab
Artinya
Arab
Aku mendengar
سَمِعْتُ
Berkata
قَالَ
Tidak beriman
لاَيُؤْمِنُ
Dari/dengan
عَنْ
Diceritakan
حَدَّثَنَا 
Tidak
لاَ
Salah seorang kalian
أَحَدُكُمْ
Sehingga
حَتَّ
Ia cintai
أَحَبَّ
Aku
أَكُوْنُ
Anak-anaknya
وَلِدِهِ
kepadanya
إِلَيْهِ
Dan sekalian manusia
وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
Kedua orang tuanya
وَوَالَدِهِ

c.    Isi Kandungan Hadits.
1)      Kesempurnaan iman hanya dengan meletakkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW di atas cintanya kepada orang tua, anak dan sekalian manusia.
2)      Hadits ini menerangkan betapa pentingnya rasa cinta kepada Rasulullah SAW.
3)      Kalau cinta kepada Rasulullah SAW sudah tertanam niscaya sudah pasti rasa cinta kepada orang tua, anak-anak dan sesama muslim akan ada.
d.   Pelajaran yang Bisa Diambil Dari Hadits Diatas.
1)   Sesungguhnya Orang-Orang Beriman Bersaudara.
Sebagaimana Allah SWT Berfirman;
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷ƒuqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.[10]

Di ayat lain Allah SWT Berfirman;
(#qßJÅÁtGôã$#ur È@ö7pt¿2 «!$# $YèÏJy_ Ÿwur (#qè%§xÿs? 4 (#rãä.øŒ$#ur |MyJ÷èÏR «!$# öNä3øn=tæ øŒÎ) ÷LäêZä. [ä!#yôãr& y#©9r'sù tû÷üt/ öNä3Î/qè=è% Läêóst7ô¹r'sù ÿ¾ÏmÏFuK÷èÏZÎ/ $ZRºuq÷zÎ) ÷LäêZä.ur 4n?tã $xÿx© ;otøÿãm z`ÏiB Í$¨Z9$# Nä.xs)Rr'sù $pk÷]ÏiB 3 y7Ï9ºxx. ßûÎiüt6ムª!$# öNä3s9 ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷/ä3ª=yès9 tbrßtGöksE ÇÊÉÌÈ  
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.[11]

3.    Hadits Tentang Cinta Kepada Sesama Mahluk.
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسْ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى  اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ[12]  
[[رواه البخاري ومسلم
Terjemahan
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah SAW dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.  (Riwayat Bukhori dan Muslim).

a.    Kosa kata

Artinya
Arab
Artinya
Arab
Moga-moga Allah meridhoi
رَضِيَالله عَنْهُ
Dari
عَنْ
Utusan Allah
رَسُوْلِ الله
Pembantu
خَادِمُ
Dari Nabi
عَنِ النَّبِيِّ
Berkata
قَالَ
Salah satu dari kalian
أَحَدُكُمْ
Tidak beriman
لاَيُؤْمِنُ
Ia mencintai
يُحِبَّ
Sehingga
حَتَّى
Dia mencintai
يُحِبُّ
Saudaranya
لأَخِيْهِ
Dirinya sendiri
لِنَفْسِهِ
Apa
مَا


b.   Isi Kandungan Hadits.

1)      Seorang mu’min dengan mu’min yang lainnya bagaikan satu jiwa, jika dia mencintai saudaranya maka seakan-akan dia mencintai dirinya sendiri.
2)      Menjauhkan perbuatan hasad (dengki) dan bahwa hal tersebut bertentangan dengan kesempurnaan iman.
3)      Iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
4)      Anjuran untuk menyatukan hati.

c.    Pelajaran yang terdapat dalam hadits

1)        Anjuran saling mencintai dan menolong antar sesama manusia.
2)        Toleransi, menjauhi permusuhan dan berpecah belahan.
Allah SWT berfirman;

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( Ÿwur (#qÝ¡¡¡pgrB Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è­/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& Ÿ@à2ù'tƒ zNóss9 ÏmŠÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷d̍s3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ  
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.[13]

3)   Kesempuraan iman seseorang dilihat dari kecintaannya kepada sesamanya.
Para ulama berkata bahwa “tidak beriman” yang dimaksudkan ialah imannya tidak sempurna karena bila tidak dimaksudkan demikian, maka berarti seseorang tidak memiliki iman sama sekali bila tidak mempunyai sifat seperti itu. Maksud kalimat “mencintai saudaranya” adalah mencintai hal-hal kebajikan atau hal yang mubah. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat imam Nasa’i yang berbunyi:
Sampai ia mencintai kebaikan untuk saudaranya seperti mencintainya untuk dirinya sendiri”.
Abu ‘Amr bin Shalah berkata: “Perbuatan semacam ini terkadang dianggap sulit sehingga tidak mungkin dilakukan seseorang. Padahal tidak demikian, karena yang dimaksudkan ialah bahwa seseorang imannya tidak sempurna sampai ia mencintai kebaikan untuk saudaranya sesama muslim seperti mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan sesuatu hal yang baik bagi diriya, misalnya tidak berdesak-desakkan di tempat ramai atau tidak mau mengurangi kenikmatan yang menjadi milik orang lain. Hal-hal semacam itu sebenarnya gampang dilakukan oleh orang yang berhati baik, tetapi sulit dilakukan orang yang berhati jahat.
4)   Memperlakukan orang lain seperti memperlakukan dirinya sendiri.
Abu Zinad berkata : “Secara tersurat Hadits ini menyatakan hak persaman, tetapi sebenarnya manusia itu punya sifat mengutamakan dirinya, karena sifat manusia suka melebihkan dirinya. Jika seseorang memperlakukan orang lain seperti memperlakukan dirinya sendiri, maka ia merasa dirinya berada di bawah orang yang diperlakukannya demikian. Bukankah sesungguhnya manusia itu senang haknya dipenuhi dan tidak dizhalimi? Sesungguhnya iman yang dikatakan paling sempurna ketika seseorang berlaku zhalim kepada orang lain atau ada hak orang lain pada dirinya, ia segera menginsafi perbuatannya sekalipun hal itu berat dilakukan.
Diriwayatkan bahwa Fudhail bin ‘Iyadz, berkata kepada Sufyan bin ‘Uyainah: “Jika anda menginginkan orang lain menjadi baik seperti anda, mengapa anda tidak menasihati orang itu karena Allah. Bagaimana lagi kalau anda menginginkan orang itu di bawah anda?” (tentunya anda tidak akan menasihatinya).
Sebagian ulama berpendapat: “Hadits ini mengandung makna bahwa seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu tubuh. Oleh karena itu, ia harus mencintai saudaranya sendiri sebagai tanda bahwa dua orang itu menyatu”. Seperti tersebut pada Hadits lain yang artinya, Orang-orang mukmin laksana satu tubuh, bila satu dari anggotanya sakit, maka seluruh tubuh turut mengeluh kesakitan dengan merasa demam dan tidak bisa tidur malam hari”.

4.    Hadits Tentang Cinta Kepada Kezuhudan.
عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ .[14]
[حديث حسن رواه ابن ماجة وغيره بأسانيد حسنة]
a.    Terjemahannya
            Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi radhiallahuanhu dia berkata : Seseorang mendatangi Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau berkata : Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda: Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia.
(Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad hasan) .

b.   Kosa kata.

Artinya
Arab
Artinya
Arab
Maka berkata
فَقَالَ
Telah berkata
قَا لَ
Tunjukkan padaku
دُلَّنِيْ
Telah datang
جَاءَ
Sebuah amal
عَمَلٍ
Wahai (harf nida’)
يَا
Mengamalkannya
عَمِلْتُهُ
Seseorang
رَجُلٌ
Aku dicintai Allah
أَحَبَّنِيَ الله
Ke
إِلىَ
Dicintai Manusia
أَحَبَّنِيْ النَّاسُ
Atas
عَلىَ
Suhudlah
إِزْهَدْ
Apabila
إِذَ
Engkau dicintai Allah
يُحِبُّكَ اللهُ
Pada dunia
فِي الدُّنْيَا


c.    Isi Kandungan Hadits.

1)      Menuntut kecukupan terhadap dunia adalah perkara wajib, sedang zuhud adalah tidak adanya keter-gantungan dan terpusatnya perhatian  terhadapnya .
2)      Bersikap qanaah terhadap rizki yang halal dan ridho terhadapnya serta bersikap ‘iffah dari perbuatan haram dan hati-hati terhadap syubhat.
3)      Jiwa yang merasa cukup dan iffah serta berkorban dengan harta dan jiwa di jalan Allah merupakan hakekat zuhud.

d.   Pelajaran yang terdapat dalam hadits  
1)   Kehidupan di dunia hanya sementara dan sebentar.
Ketahuilah sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Al-Khafi mengenai cinta kepada kezuhudan Allah SWT Berfirman;
ó>ÎŽôÑ$#ur Mçlm; Ÿ@sV¨B Ío4quŠptø:$# $u÷R9$# >ä!$yJx. çm»oYø9tRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# xÝn=tG÷z$$sù ¾ÏmÎ/ ÛV$t6tR ÇÚöF{$# yxt7ô¹r'sù $VJϱyd çnrâõs? ßx»tƒÌh9$# 3 tb%x.ur ª!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« #·ÏtGø)B ÇÍÎÈ   ãA$yJø9$# tbqãZt6ø9$#ur èpuZƒÎ Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# ( àM»uŠÉ)»t7ø9$#ur àM»ysÎ=»¢Á9$# îŽöyz yZÏã y7În/u $\/#uqrO îŽöyzur WxtBr& ÇÍÏÈ  
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.[15]

2)   Menahan diri dari memperbanyak harta dunia dan bersikap zuhud.
Rasulullah SAW menganjurkan supaya menahan diri dari memperbanyak harta dunia dan bersikap zuhud. Beliau: bersabda yang artinya, “Jadilah kamu di dunia ini laksana orang asing atau pengembara”. Sabda beliau pula :“Cinta kepada dunia menjadi pangkal segala perbuatan dosa”. Sabda beliau ;“Orang yang zuhud dari segala kesenangan dunia menjadikan hatinya nyaman di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang yang mencintai dunia hatinya menjadi resah di dunia dan di akhirat”.


$tBur ÍnÉ»yd äo4quysø9$# !$u÷R$!$# žwÎ) ×qôgs9 Ò=Ïès9ur 4 žcÎ)ur u#¤$!$# notÅzFy$# }Îgs9 ãb#uquptø:$# 4 öqs9 (#qçR$Ÿ2 šcqßJn=ôètƒ ÇÏÍÈ  
“Dan Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat Itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”[16]

3)   Orang yang tinggal di dunia ini adalah tamu dan kekayaan yang di tangannya adalah pinjaman.
Bahwa orang yang tinggal di dunia ini adalah tamu dan kekayaan yang di tangannya adalah pinjaman. Sedangkan tamu itu akan pergi dan barang pinjaman harus dikembalikan. Dunia ini bekal yang bisa digunakan oleh orang baik dan orang jahat. Dunia ini dibenci oleh orang yang mencintai Allah, tetapi dicintai oleh para penggemar dunia. Maka siapa yang bergabung bersama pecinta dunia, dia akan dibenci oleh pecinta Allah. Allah telah menjelaskannya dalam Al-Qur’an;
ãNä39ygø9r& ãèO%s3­G9$# ÇÊÈ   4Ó®Lym ãLänöã tÎ/$s)yJø9$# ÇËÈ   žxx. šôqy tbqßJn=÷ès? ÇÌÈ   §NèO žxx. t$ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÍÈ   žxx. öqs9 tbqßJn=÷ès? zNù=Ïæ ÈûüÉ)uø9$# ÇÎÈ  
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.[17]
Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.[18]

4)   Menjauhkan diri dari menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain.
Beliau menasihatkan kepada penanya agar menjauhkan diri dari menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain. Jika seseorang ingin dicintai lalu meninggalkan kecintaannya kepada dunia, maka mereka tidak mau berebut dan bermusuhan hanya karena mengejar kesenangan dunia. Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai cita-citanya, maka Allah akan menyatukan kemauannya, hatinya dijadikan merasa kaya dan dunia datang kepadanya dengan memaksa. Sedangkan barang siapa yang bercita-cita mendapatkan dunia, maka Allah menjadikan kemauannya berantakan, kemiskinan senantiasa membayang di pelupuk matanya, dan dunia hanya didapatnya sekadar apa yang telah ditaqdirkan baginya”.
Orang yang beruntung yaitu orang yang memilih kenikmatan abadi daripada kehancuran yang ternyata adzabnya tiada habis-habisnya.

























DAFTAR RUJUKAN

Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman, 2006, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir.

Bahjat, Ahmad, 2002, Hakekat Cinta dan Kasih Sayang dalam Agama, Bandung: Pustaka Hidayah.

Bisri Adib & Munawwir A. Fatah, 1999, Kamus Al-Bisri; Arab-Indonesia, Indonesia-Arab, Surabaya: Pustaka Progresif.

Darmawan, Hendro, dkk,  2013, Kamus Ilmiyah Populer Lengkap, Yogyakarta: Jaka Tirtana.

Departemen Agama RI, 2010, AL-HIKMAH  Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro.

ibn Abdul Wahab, Muhammad, 1429, Kitab Tahuhid, Madinah: madar- wathon.
Jamaluddin, 2006, Tarihul Hadits Rasulullah, Dar-El Khutubi.

Nawawi, Imam, Arbainnawaiyah, Hadits 13, ( shoft ware).


[1] Departemen Agama RI, AL-HIKMAH  Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2010), hlm. 248.
[2] Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2006), hlm. 689.
[3] Adib Bisri & Munawwir A. Fatah, Kamus Al-Bisri; Arab-Indonesia, Indonesia-Arab, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999), hlm. 198.
[4] Muhammad ibn Abdul Wahab, Kitab Tahuhid, (Madinah: madar- wathon, 1429), hlm. 20.
[5] Muhammad ibn Abdul Wahab, Kitab Tahuhid, (Madinah: Madar- Wathon, 1429), hlm. 20-24.

[6] Departemen Agama RI, AL-HIKMAH  Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2010), hlm. 54.
[7] Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Op Cit,  hlm. 150.
[8] Hendro Darmawan, dkk,  Kamus Ilmiyah Populer Lengkap, (Yogyakarta: Jaka Tirtana, 2013), hlm. 78.
[9] Ahmad Bahjat, Hakekat Cinta dan Kasih Sayang dalam Agama, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), hlm. 23.
[10] Q.S. Al-Hujurat [49] : 10.
[11] Q.S. Ali Imron [3] : 103.
[12]Imam Nawawi, Arbainnawaiyah, Hadits 13, ( shoft ware), hlm. 24.
[13] Q.S Al-Hujurat [49]: 12.
[14] Jamaluddin Tarihul Hadits Rasulullah, (Dar-El Khutubi, 2006), hlm. 63
[15] Q.S. Al-Khfi [18]: 45-46.
[16] Q.S. Al-Ankabut [29]: 64.
[17] Maksudnya: Bermegah-megahan dalam  soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.
[18] Q.S. Al-Takhasur [102]: 1-5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar