DAKWAH
Q.S.
Yusuf [12]: 108.
ö@è% ¾ÍnÉ»yd þÍ?Î6y (#þqãã÷r& n<Î) «!$# 4 4n?tã >ouÅÁt/ O$tRr& Ç`tBur ÓÍ_yèt6¨?$# ( z`»ysö6ßur «!$# !$tBur O$tRr& z`ÏB úüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÊÉÑÈ
Katakanlah:
"Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada
Termasuk orang-orang yang musyrik".[1]
Dalam ayat ini Allah memerintahkan utusannya (Nabi Muhammad SAW) bagi jin
dan manusia, untuk memberitahu mereka baw ini adalah jalannya, yaitu dakwah
kepada kesaksian bahwa tidak ada illah (yang berhak diibadahi dengan benar)
selain Allah yang Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya.[2]
A. Pengertian Dakwah
Dakwah
menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yakni
دَعَا–
يَدْعُوْا – دَعْوَةً (da’a - yad’u - da'watan).[3] Kata dakwah tersebut
merupakan ism masdar dari kata da’a yang
dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai “ajakan kepada
Islam. Kata da’a dalam al-Quran, terulang sebanyak 5 kali,
sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata dakwah terulang
sebanyak 4 kali.
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat
menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah sering
dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam",
sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau Ad-Dakwah
Al-Islamiyah.
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi
cara-cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut,
mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau
pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i"
sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap
Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan
dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan
perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga
raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat
atau risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis, dari Mesir, Kisra dari Persia (iran) dan Raja
Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).
1.
Macam-Macam Dakwah.
a. Dakwah
Fardiah
Dakwah Fardiah
merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang)
atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya
dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib.
Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran,
anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang
sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).
b. Dakwah
Ammah
Dakwah Ammah
merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang
ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media
yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato).
Dakwah Ammah ini
kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada
yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-soal
dakwah.
c. Dakwah
bil-Lisan
Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui
lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). dakwah
jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah
seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan
menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode
dialog dengan hadirin.
d. Dakwah
bil-Haal
Dakwah bil al-Hal
adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si
penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i
(juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri
penerima dakwah.
Pada saat pertama kali Rasulullah SAW tiba di kota Madinah beliau
mencontohkan Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum muhajirin dalam ikatan ukhuwah
Islamiyah.
e. Dakwah
bit-Tadwin
Memasuki zaman
global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui
tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran,
dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.
Keuntungan lain dari
dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah
wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw bersabda,
"Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para
syuhada".
f.
Dakwah bil Hikmah
Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara
yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak
obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa
ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode
pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
Dalam kitab Al-Hikmah
Fi Al Dakwah Ilallah Ta'ala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani
diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain:
1) Adil, ilmu,
sabar, kenabian, Al-Qur’an dan Injil.
2) Memperbaiki
(membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan
3) Ungkapan untuk
mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
4) Obyek kebenaran(al-haq)
yang didapat melalui ilmu dan akal
5) Pengetahuan
atau ma'rifat.
2.
Hadits Tentang Dakwah.
1. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا, أَنَّ رَسُوْ لَ اللهِ صَلَّى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَعَثَ
مُعَاذًا إِلَى اليَمَنِ; قَالَ إَنَّكَ تَأْتِي قَوْماً مِنْ أَهْلِ
الكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَاتَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةُ أَنْ لَاإِلَهَ
إَلَّااللهُ ]وَفِي رِوَا يَةٍ
: إِلىَ أَنْ يُوَحِّدُولله[
فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ
لِذَلِكَ; فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ
عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَواتٍ فِي كُّلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ,فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ ;فَأَعْلِمْهُمْ
أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةٍ تُؤْ خَذُمِنْ أَغْنِيَائِهِمْ
فَتُرَدُّ عَلىَ فُقَرَائِهِمْ ,فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ ; فَإِياَكَ وَكَرَئِمَ
أَمْوَالِهِمْ واَتَّقِ دَعْوَةِ المظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ
اللهِ حِجَابٌ [4]
[[رواه البخاري ومسلم
a.
Terjemahannya
Dari ibnu Abbas R.A Sesungguhnya “Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam mengutusku, beliau
bersabda: “Sungguh kamu akan mendatangi orang-orang ahli kitab (Yahudi dan
Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang harus kamu sampaikan kepada mereka
adalah syahadat La Ilaha Ill Alloh (dalam riwayat yang lain disebutkan “supaya
mereka mentauhidkan Alloh), jika mereka mematuhi apa yang kamu dakwahkan, maka
sampaikan kepada mereka bahwa Alloh telah mewajibkan kepada mereka sholat lima
waktu dalam sehari semalam, jika mereka telah mematuhi apa yang telah kamu
sampaikan, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Alloh telah mewajibkan kepada
mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka dan diberikan
pada orang-orang yang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu
sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka, dan takutlah kamu
dari doanya orang-orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak ada tabir
penghalang antara doanya dan Alloh. (H.R. Bukhori dan Muslim).
b.
Kosa Kata (Mufradat)
Artinya
|
Arab
|
Artinya
|
Arab
|
Ahli kitab
|
أَهْلِ الْكِتَابِ
|
Tatkala
|
لَمَّا
|
Mengesakan Allah
|
يُوْحِّدولله
|
Mengutus
|
بَعَثَ
|
Mentaatimu
|
أَطَاعُوْكَ
|
Ke
|
إِليَ
|
Mewajibkan
|
أَفْتَرَضَ
|
Dari
|
مِنْ
|
Maka ajari mereka
|
فَأْعْلِمْهُمْ
|
Sesungguhnya engkau
|
إَنَّكَ
|
Atas mereka
|
عَلَيْهِمْ
|
Mendatangi
|
تأَتيِ
|
Orang yang kaya dari mereka
|
أَغْنِيَاءِهِمْ
|
Suatu kaum
|
قَوْماً
|
Orang miskin dari mereka
|
فُقَرَاءِهِمْ
|
Kepadanya
|
إِلَيْهِ
|
Maka takutlah
|
فَأِيَاكَ
|
Sesungguhnya
|
أَنَّ
|
Do’a orang yang teraniyaya
|
دَعْوَةِ الْمَظْلُوْمِ
|
Maka Sesungguhnya
|
فَإِنَّهُ
|
Pembatas/batas
|
حِجَابٌ
|
Tidak ada
|
لَيْسَ
|
c.
Kandungan Hadits.
1)
Dakwah kepada “La Ilaha Illallah” adalah jalannya orang orang yang setia
mengikuti Rasulullah s.a.w.
2)
Peringatan akan pentingnya ikhlas (dalam berdakwah semata mata kerana Allah), sebab kebanyakan orang kalau mengajak kepada
kebenaran, justeru mereka mengajak kepada (kepentingan) dirinya sendiri.
3)
Mengerti betul akan apa yang didakwahkan adalah
termasuk kewajipan.
4)
Termasuk bukti kebaikan tauhid, bahawa tauhid
itu mengagungkan Allah.
5)
Bukti kejelekan syirik, bahawa syirik itu merendahkan
Allah.
6)
Termasuk hal yang sangat penting adalah menjauhkan orang
Islam dari lingkungan orang orang musyrik, agar tidak menjadi seperti mereka,
walaupun dia belum melakukan perbuatan syirik.
7)
Tauhid adalah kewajipan pertama.
8)
Tauhid adalah yang harus didakwahkan pertama
kali sebelum mendakwahkan kewajipan yang lain termasuk sholat.
9)
Pengertian "supaya mereka mentauhidkan Allah"
adalah pengertian syahadat.
10)
Seseorang terkadang termasuk ahli kitab, tapi ia tidak
tahu pengertian syahadat yang sebenarnya, atau ia memahami namun tidak
mengamalkannya.
11)
Peringatan akan pentingnya sistem pengajaran
dengan bertahap.
12)
Iaitu dengan diawali dari hal yang sangat
penting kemudian yang penting dan begitu seterusnya.
13)
Salah satu sasaran pembahagian zakat adalah
orang fakir.
14)
Kewajipan orang yang berilmu adalah menjelaskan
tentang sesuatu yang masih diragukan oleh orang yang belajar.
15)
Dilarang mengambil harta yang terbaik dalam
penarikan zakat.
16)
Menjaga diri dari berbuat dzolim terhadap
seseorang.
17)
Pemberitahuan bahawa do'a orang yang teraniaya itu
dikabulkan.
18)
Diantara bukti tauhid adalah ujian yang dialami oleh
Rasulullah s.a.w. dan para sahabat, seperti kesulitan, kelaparan mahupun wabah
penyakit.[5]
d.
Pelajaran
Dari Hadits Diatas.
Dari Hadits yang berisi kisah yang agung ini meliputi
beberapa hal penting untuk dicermati dan pelajaran yang sangat
berharga yang mencakup:
1) Urgensi Dakwah.
Sesungguhnya pengutusan Muadz
ibnu Jabal ke Negeri Yaman oleh Rasulullah SAW ini terdapat pelajaran tentang
ketegaran dan kesabaran dalam mengemban tugas mulia tersebut; yang Pertama
adalah bahwa Mua’dz pasti akan meninggalkan orang yang paling dicintainya,
orang yang paling dekat dengannya, yang senantiasa beliau iringi, dimana Mu’adz
shalat bersama beliau SAW, mendengarkan sabda-sabda dan nasihat-nasihat darinya
Nabi SAW. Kedua bahwa diutusnya Muadz ibnu Jabal dimana beliau pasti
akan menempuh safar (perjalanan ) yang cukup panjang. Ketiga, bahwa
perjalanan yang akan ditempuh sudah pasti menegangkan dan melelahkan dengan
melalui medan alam yang keras. dan Keempat, bahwa sudah pasti nanti
beliau akan menghadapi tantangan dari musuh-musuh Islam, atau orang-orang yang
benci kepada dakwah Ilallah.
2) Ushul Ad-Dakwah.
Dasar-dasar dalam berdakwah,
disebutkan dalam hadits ini ketika Nabi SAW berwasiat kepada Muadz, yang
pertama kali beliau sampaikan kepada Mu’adz adalah masalah Tauhid, bukan yang
selainnya (seperti perkara akhlak, tazkiyatunnufus atau mengajarkan bagaimana
metode berdakwah dengan cara berdagang misalnya), akan tetapi sekali lagi
wasiat Rasulullah SAW adalah menyeru manusia agar mentauhidkan Allah, inilah
dakwah yang menjadi prioritas utama, kemudian setelah beriman dengan keimanan
yang benar kepada Allah SWT, lalu mempersaksikan bahwasanya Muhammad SAW adalah
utusan Allah. Setelah beriman dan mentaati Allah, maka juga harus
meyakini dan mentaati Rasulullah sebagai ikutan dan panutan dalam kehidupan
seorang muslim, selanjutnya perintah untuk menegakkan shalat. Rasulullah SAW tidak menyuruh kepada perkara yang lain selain
melaksanakan shalat, sebagai kewajiban yang sangat agung dan tinggi
kedudukannya, selanjutnya perintah untuk menunaikan zakat. kesemuanya ini
semata-mata wahyu dari Allah SWT kepada
Rasulullah SAW.
CINTA
Q. S. Ali-Imron [3] : 31.
ö@è% bÎ) óOçFZä. tbq7Åsè? ©!$# ÏRqãèÎ7¨?$$sù ãNä3ö7Î6ósã ª!$# öÏÿøótur ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRè 3 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÊÈ
Katakanlah: "Jika
kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[6]
Ayat yang mulia ini
menghukumi setiap orang yang mengaku mencintai Allah, namun ia tidak menempuh
jalan Muhammad SAW, bahwa pengakuannya itu dusta hingga ia mengikuti syari’at
Muhammad dan agama Nabawi dalam setiap ucapan dan perbuatannya.[7]
B.
Pengertian Cinta
Menurut kamus ilmiyah
bahasa Indonesia, cinta adalah kasih sayang, rasa sangat suka (kepada) atau
rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya.[8] Sedangan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian,
arti cinta itu hampir sama dengan kasih, sehingga kata cinta dapat dikatakan lebih memperkuat rasa kasih sayang, oleh karena itu, cinta dapat diartikan sebagai
perasaan suka (sayang) kepda seseorang yang disertai dengan menaruh belas
kasihan.
Cinta bersumber pada
ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa, yang dapat berupa tingkah
laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan tanggungjawab. Dalam cinta tersimpul
pula rasa kasih sayang dan kemesraan, belas kasihan dan pengabdian. Cinta yang
disertai dengan tanggungjawab menciptakan keserasian, keseimbangan, dan
kedamaian antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan, antara
manusia dengan Tuhan.
Cinta adalah perasaan jiwa, getaran hati,
pancaran naluri. Dan terpautnya hati orang yang mencintai pada pihak yang
dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang selalu menampilkan
keceriaan.
Cinta dalam pengertian seperti ini merupakan perasaaan mendasar dalam diri manusia, yang tidak bisa terlepas dan merupakan sesuatu yang essensial.
Dalam banyak hal, cinta muncul untuk mengontrol keinginan ke arah yang lebih baik dan
positif. Hal ini dapat terjadi jika orang yang mencintai menjadikan cintanya
sebagai sarana untuk meraih hasil yang baik dan mulia guna meraih kehidupan sebagaimana
kehidupan orang-orang pilihan dan suci serta orang-orang yang bertaqwa dan selalu berbuat baik.
1. Macam-Macam Tingkatan
Cinta
Didalam kitab suci Al-Qur’an ditemui fenomena cinta yang
bersembunyi dalam jiwa manusia, cinta memiliki 3 tingkatan, yaitu: cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, cinta kepada
orang tua dan sesama dan cinta kepada harta benda karena Allah SWT.[9]
a.
Cinta tingkat tinggi adalah cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah
SAW.
Cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah,
yang dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan RasulNya. Apabila seorang
taat beribadah, menurut perintah Tuhan, dan menjauhi larangan-Nya, maka orang
itu mempunyai cinta kasih kepada Tuhan penciptanya.
b.
Cinta
tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, suami/istri,
kerabat serta lingkungan karena
Allah SWT.
Diantara penjelasan cinta tingkat kedua ini Ibnu Qoyyim Al-Jauziah
memberikan jalan yakni:
1)
Cinta sayang antar orang tua dan anak. Orang tua yang memperhatikan dan memenuhi kebutuhan
anaknya, berarti mempunyai rasa cinta kasih terhadap anak. Mereka selalu
mengharapkan agar anaknya menjadi orang baik dan berguna dikemudian hari.
2)
Cinta anatara pria dan wanita. Seseorang pria menaruh perhatian terhadap seorang gadis
dengan perilaku baik, lemah lembut, sopan, apalagi memberikan seuntai mawar
merah, berarti ia menaruh cinta kasih terhadap gadis itu.
3)
Cinta antar sesama manusia. Apabila seorang sahabat berkunjung kerumah kawannya yang
sedang sakit dan membawa obat kepadanya, berarti bahwa sahabat itu menaruh
cinta kasih terhadap kawannya yang sedang sakit itu.
4)
Cinta kasih manusia terhadap lingkungannya. Apabila seseorang menciptakan taman yang indah,
memelihara taman pekarangan, tidak menebang kayu di hutan seenaknya, menanam
tanah gundul dengan teratur, tidak berburu hewan dengan semena-mena atau
dikatakan bahwa orang itu menaruh cinta kasih atau menyayangi lingkungan
hidupnya.
c.
Cinta
tingkat rendah adalah cinta yang lebih mengutamakan harta dan tempat tinggal.
yaitu, cinta yang menomorduakan Allah SWT dan RasulNya. Cinta yang motifnya karena ingin mendapatkan sesuatu dari
yang dicintainya, baik dalam bentuk kedudukan, harta, pengajaran dan bimbingan,
ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang seperti itu akan hilang bersama hilangnya apa-apa yang ingin
didapatnya dari orang yang dicintai. Yakinlah bahwa orang yang mencintaimu
karena sesuatu akan meninggalkanmu ketika dia telah mendapat apa yang diinginkannya darimu.
Sedangkan
menurut Ulama Ibnu Qayim Al-Jauziah, macam
tingkatan cinta ada tiga, yaitu:
a. Cinta atas dasar harapan
mendapat sesuatu
Yaitu ketika seorang yang mencintai kekasihnya karena
menginginkan sesuatu dari kekasihnya itu. Dan sesuatu yang diinginkannya itu
biasanya berujud materi. Seorang wanita biasanya mudah tergoda dengan materi.
Cinta seperti ini adalah tingkatan cinta yang paling rendah. Jika keinginannya
tidak terpenuhi maka kadar cinta pecinta golongan ini sontak turun tajam.
Bahkan kemudian hatinya terisi oleh bibit-bibit kejengkelan, kebencian dan
kemarahan. Sehingga bila akumulasi harapan-harapannya yang tak terpenuhi itu
sudah sedemikian besar, seringkali berujung pada perselisihan, bahkan
perpisahan.
b. Cinta atas dasar mengharap
Ridho yang dicintai.
Cinta seperti ini lebih tinggi tingkatannya dari yang
pertama. Yaitu mencintai kekasih karena semata mengharap ridhonya. Orang yang
memiliki cinta tingkat kedua ini akan melakukan apapun secara sukarela dengan
tujuan agar kekasih mendapatkan kebahagiaan. Agar kekasih memperoleh
kesenangan. Agar kekasih terhindar dari marabahaya.
c. Cinta atas dasar mengharap
ridho Allah sekaligus ridho kekasih
iniah cinta sejati.
iniah cinta sejati.
Inilah cinta tertinggi. Pada cinta jenis kedua (mengharap
ridho kekasih), adakalanya orang tersebut melakukan sesuatu dengan tulus namun
apa yang dilakukannya itu tidak diridhoi oleh Allah, sang pencipta cinta.
2.
Hadits Tentang
Cinta kepada Rasulullah SAW.
حَدَّثَنَا
مُحمَّدُ بْنُ المثَنَّى وَابْنُ بَشَارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحمَّدُ بْنُ
جَعْفَرٍ حدثنا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَة يَحْدُثُ
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا يُؤْمِنُ أَحَدَكُمْ حَتىَّ أَكُوْنُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلِدِهِ وَوَالَدِهِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
[صحيح اللأ مام مسلم]
[صحيح اللأ مام مسلم]
a.
Terjemahannya
Diceritakan oleh
Muhammadibn Al Mutsanna wa ibn Basyar ia berkata,diceritakan oleh Muhammad ibn
Ja’far diceritakan oleh Syu’bah ia berkata aku mendengar Qotadah meriwayatkan
dari An-Naas bin Malik ia berkata Rasulullah SAW bersabda tidak beriman
diantara salah satu diantara kalian, sehingga Aku (Rasulullah SAW) lebih ia
ciantai dari kedua orang tuanya, dan anak-anaknya dan sekalian manusia.
(H.R. Muslim).
b.
Kosa kata.
Artinya
|
Arab
|
Artinya
|
Arab
|
Aku mendengar
|
سَمِعْتُ
|
Berkata
|
قَالَ
|
Tidak beriman
|
لاَيُؤْمِنُ
|
Dari/dengan
|
عَنْ
|
Diceritakan
|
حَدَّثَنَا
|
Tidak
|
لاَ
|
Salah seorang kalian
|
أَحَدُكُمْ
|
Sehingga
|
حَتَّ
|
Ia cintai
|
أَحَبَّ
|
Aku
|
أَكُوْنُ
|
Anak-anaknya
|
وَلِدِهِ
|
kepadanya
|
إِلَيْهِ
|
Dan sekalian manusia
|
وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
|
Kedua orang tuanya
|
وَوَالَدِهِ
|
c.
Isi Kandungan Hadits.
1)
Kesempurnaan iman hanya dengan meletakkan rasa cinta
kepada Rasulullah SAW di atas cintanya kepada orang tua, anak dan sekalian
manusia.
2)
Hadits ini menerangkan betapa pentingnya rasa cinta
kepada Rasulullah SAW.
3)
Kalau cinta kepada Rasulullah SAW sudah tertanam niscaya
sudah pasti rasa cinta kepada orang tua, anak-anak dan sesama muslim akan ada.
d.
Pelajaran yang Bisa Diambil Dari Hadits Diatas.
1)
Sesungguhnya Orang-Orang
Beriman Bersaudara.
Sebagaimana Allah SWT Berfirman;
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷uqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
Orang-orang beriman itu
Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.[10]
Di ayat lain Allah SWT Berfirman;
(#qßJÅÁtGôã$#ur È@ö7pt¿2 «!$# $YèÏJy_ wur (#qè%§xÿs? 4 (#rãä.ø$#ur |MyJ÷èÏR «!$# öNä3øn=tæ øÎ) ÷LäêZä. [ä!#yôãr& y#©9r'sù tû÷üt/ öNä3Î/qè=è% Läêóst7ô¹r'sù ÿ¾ÏmÏFuK÷èÏZÎ/ $ZRºuq÷zÎ) ÷LäêZä.ur 4n?tã $xÿx© ;otøÿãm z`ÏiB Í$¨Z9$# Nä.xs)Rr'sù $pk÷]ÏiB 3 y7Ï9ºxx. ßûÎiüt6ã ª!$# öNä3s9 ¾ÏmÏG»t#uä ÷/ä3ª=yès9 tbrßtGöksE ÇÊÉÌÈ
Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.[11]
3.
Hadits Tentang Cinta Kepada Sesama Mahluk.
عَنْ
أَبِي حَمْزَةَ أَنَسْ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمُ رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى
يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ[12]
[[رواه
البخاري ومسلم
Terjemahan
Dari Abu
Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah SAW dari Rasulullah SAW,
beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai
saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. (Riwayat
Bukhori dan Muslim).
a. Kosa kata
Artinya
|
Arab
|
Artinya
|
Arab
|
Moga-moga Allah meridhoi
|
رَضِيَالله عَنْهُ
|
Dari
|
عَنْ
|
Utusan Allah
|
رَسُوْلِ الله
|
Pembantu
|
خَادِمُ
|
Dari Nabi
|
عَنِ النَّبِيِّ
|
Berkata
|
قَالَ
|
Salah satu dari kalian
|
أَحَدُكُمْ
|
Tidak beriman
|
لاَيُؤْمِنُ
|
Ia mencintai
|
يُحِبَّ
|
Sehingga
|
حَتَّى
|
Dia mencintai
|
يُحِبُّ
|
Saudaranya
|
لأَخِيْهِ
|
Dirinya sendiri
|
لِنَفْسِهِ
|
Apa
|
مَا
|
b. Isi Kandungan
Hadits.
1)
Seorang mu’min dengan mu’min
yang lainnya bagaikan satu jiwa, jika dia mencintai saudaranya maka seakan-akan
dia mencintai dirinya sendiri.
2)
Menjauhkan perbuatan hasad
(dengki) dan bahwa hal tersebut bertentangan dengan kesempurnaan iman.
3)
Iman dapat bertambah dan
berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
4)
Anjuran untuk menyatukan hati.
c. Pelajaran
yang terdapat dalam hadits
1)
Anjuran saling mencintai dan menolong
antar sesama manusia.
2)
Toleransi, menjauhi permusuhan dan
berpecah belahan.
Allah SWT berfirman;
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# cÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( wur (#qÝ¡¡¡pgrB wur =tGøót Nä3àÒ÷è/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& @à2ù't zNóss9 ÏmÅzr& $\GøtB çnqßJçF÷dÌs3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ
Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.[13]
3)
Kesempuraan
iman seseorang dilihat dari kecintaannya kepada sesamanya.
Para ulama berkata bahwa “tidak
beriman” yang dimaksudkan ialah imannya tidak sempurna karena bila tidak
dimaksudkan demikian, maka berarti seseorang tidak memiliki iman sama sekali
bila tidak mempunyai sifat seperti itu. Maksud kalimat “mencintai
saudaranya” adalah mencintai hal-hal kebajikan atau hal yang mubah. Hal ini
ditunjukkan oleh riwayat imam Nasa’i
yang berbunyi:
“Sampai ia mencintai kebaikan untuk saudaranya seperti mencintainya untuk dirinya sendiri”.
“Sampai ia mencintai kebaikan untuk saudaranya seperti mencintainya untuk dirinya sendiri”.
Abu ‘Amr bin Shalah berkata: “Perbuatan semacam ini terkadang dianggap
sulit sehingga tidak mungkin dilakukan seseorang. Padahal tidak demikian,
karena yang dimaksudkan ialah bahwa seseorang imannya tidak sempurna sampai ia
mencintai kebaikan untuk saudaranya sesama muslim seperti mencintai kebaikan
untuk dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan sesuatu
hal yang baik bagi diriya, misalnya tidak berdesak-desakkan di tempat ramai
atau tidak mau mengurangi kenikmatan yang menjadi milik orang lain. Hal-hal
semacam itu sebenarnya gampang dilakukan oleh orang yang berhati baik, tetapi
sulit dilakukan orang yang berhati jahat.
4)
Memperlakukan orang lain
seperti memperlakukan dirinya sendiri.
Abu Zinad berkata : “Secara tersurat Hadits ini menyatakan hak persaman,
tetapi sebenarnya manusia itu punya sifat mengutamakan dirinya, karena sifat
manusia suka melebihkan dirinya. Jika seseorang memperlakukan orang lain
seperti memperlakukan dirinya sendiri, maka ia merasa dirinya berada di bawah
orang yang diperlakukannya demikian. Bukankah sesungguhnya manusia itu senang
haknya dipenuhi dan tidak dizhalimi? Sesungguhnya iman yang dikatakan paling
sempurna ketika seseorang berlaku zhalim kepada orang lain atau ada hak orang
lain pada dirinya, ia segera menginsafi perbuatannya sekalipun hal itu berat
dilakukan.
Diriwayatkan bahwa Fudhail bin
‘Iyadz, berkata kepada Sufyan bin ‘Uyainah: “Jika anda menginginkan orang lain
menjadi baik seperti anda, mengapa anda tidak menasihati orang itu karena
Allah. Bagaimana lagi kalau anda menginginkan orang itu di bawah anda?”
(tentunya anda tidak akan menasihatinya).
Sebagian ulama berpendapat: “Hadits ini mengandung makna bahwa seorang
mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu tubuh. Oleh karena itu, ia harus
mencintai saudaranya sendiri sebagai tanda bahwa dua orang itu menyatu”. Seperti
tersebut pada Hadits lain yang
artinya, “Orang-orang mukmin laksana satu tubuh, bila satu dari
anggotanya sakit, maka seluruh tubuh turut mengeluh kesakitan dengan merasa
demam dan tidak bisa tidur malam hari”.
4.
Hadits Tentang Cinta Kepada Kezuhudan.
عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ
قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :
ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ
وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ،
وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ .[14]
[حديث حسن رواه ابن
ماجة وغيره بأسانيد حسنة]
a. Terjemahannya
Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad
Assa’idi radhiallahuanhu dia berkata : Seseorang mendatangi Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau berkata : Wahai Rasulullah,
tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan
mencintaiku, maka beliau bersabda: Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan
dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan
dicintai manusia.
(Hadits hasan
riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad hasan) .
b. Kosa
kata.
Artinya
|
Arab
|
Artinya
|
Arab
|
Maka
berkata
|
فَقَالَ
|
Telah berkata
|
قَا لَ
|
Tunjukkan
padaku
|
دُلَّنِيْ
|
Telah datang
|
جَاءَ
|
Sebuah
amal
|
عَمَلٍ
|
Wahai (harf nida’)
|
يَا
|
Mengamalkannya
|
عَمِلْتُهُ
|
Seseorang
|
رَجُلٌ
|
Aku
dicintai Allah
|
أَحَبَّنِيَ الله
|
Ke
|
إِلىَ
|
Dicintai
Manusia
|
أَحَبَّنِيْ النَّاسُ
|
Atas
|
عَلىَ
|
Suhudlah
|
إِزْهَدْ
|
Apabila
|
إِذَ
|
Engkau
dicintai Allah
|
يُحِبُّكَ اللهُ
|
Pada dunia
|
فِي الدُّنْيَا
|
c. Isi Kandungan
Hadits.
1)
Menuntut kecukupan terhadap
dunia adalah perkara wajib, sedang zuhud adalah tidak adanya keter-gantungan
dan terpusatnya perhatian terhadapnya .
2)
Bersikap qanaah terhadap rizki
yang halal dan ridho terhadapnya serta bersikap ‘iffah dari perbuatan haram dan
hati-hati terhadap syubhat.
3)
Jiwa yang merasa cukup dan
iffah serta berkorban dengan harta dan jiwa di jalan Allah merupakan hakekat
zuhud.
d. Pelajaran yang terdapat dalam
hadits
1)
Kehidupan di dunia hanya sementara dan sebentar.
Ketahuilah
sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Al-Khafi mengenai cinta kepada
kezuhudan Allah SWT Berfirman;
ó>ÎôÑ$#ur Mçlm; @sV¨B Ío4quptø:$# $u÷R9$# >ä!$yJx. çm»oYø9tRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# xÝn=tG÷z$$sù ¾ÏmÎ/ ÛV$t6tR ÇÚöF{$# yxt7ô¹r'sù $VJϱyd çnrâõs? ßx»tÌh9$# 3 tb%x.ur ª!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« #·ÏtGø)B ÇÍÎÈ ãA$yJø9$# tbqãZt6ø9$#ur èpuZÎ Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( àM»uÉ)»t7ø9$#ur àM»ysÎ=»¢Á9$# îöyz yZÏã y7În/u $\/#uqrO îöyzur WxtBr& ÇÍÏÈ
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia),
kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, Maka menjadi
subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi
kering yang diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan
dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di
sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.[15]
2)
Menahan diri dari memperbanyak harta dunia dan
bersikap zuhud.
Rasulullah SAW
menganjurkan supaya menahan diri dari memperbanyak harta dunia dan bersikap
zuhud. Beliau: bersabda yang artinya, “Jadilah kamu di dunia ini laksana
orang asing atau pengembara”. Sabda beliau pula :“Cinta kepada dunia
menjadi pangkal segala perbuatan dosa”. Sabda beliau ;“Orang yang zuhud
dari segala kesenangan dunia menjadikan hatinya nyaman di dunia dan di akhirat.
Sedangkan orang yang mencintai dunia hatinya menjadi resah di dunia dan di
akhirat”.
$tBur ÍnÉ»yd äo4quysø9$# !$u÷R$!$# wÎ) ×qôgs9 Ò=Ïès9ur 4 cÎ)ur u#¤$!$# notÅzFy$# }Îgs9 ãb#uquptø:$# 4 öqs9 (#qçR$2 cqßJn=ôèt ÇÏÍÈ
“Dan
Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. dan
Sesungguhnya akhirat Itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui.”[16]
3)
Orang yang tinggal di dunia ini adalah tamu dan
kekayaan yang di tangannya adalah pinjaman.
Bahwa orang yang
tinggal di dunia ini adalah tamu dan kekayaan yang di tangannya adalah
pinjaman. Sedangkan tamu itu akan pergi dan barang pinjaman harus
dikembalikan. Dunia ini bekal yang bisa digunakan oleh orang baik dan orang
jahat. Dunia ini dibenci oleh orang yang mencintai Allah, tetapi dicintai oleh
para penggemar dunia. Maka siapa yang bergabung bersama pecinta dunia, dia akan
dibenci oleh pecinta Allah. Allah
telah menjelaskannya dalam Al-Qur’an;
ãNä39ygø9r& ãèO%s3G9$# ÇÊÈ 4Ó®Lym ãLänöã tÎ/$s)yJø9$# ÇËÈ xx. ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÌÈ §NèO xx. t$ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÍÈ xx. öqs9 tbqßJn=÷ès? zNù=Ïæ ÈûüÉ)uø9$# ÇÎÈ
Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu.[17]
Sampai kamu
masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak
kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
Dan janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui.
Janganlah begitu, jika
kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.[18]
4)
Menjauhkan diri dari menginginkan sesuatu yang
dimiliki orang lain.
Beliau
menasihatkan kepada penanya agar menjauhkan diri dari menginginkan sesuatu yang
dimiliki orang lain. Jika seseorang ingin dicintai lalu meninggalkan
kecintaannya kepada dunia, maka mereka tidak mau berebut dan bermusuhan hanya
karena mengejar kesenangan dunia. Rasulullah SAW bersabda : “Barang
siapa yang menjadikan akhirat sebagai cita-citanya, maka Allah akan menyatukan
kemauannya, hatinya dijadikan merasa kaya dan dunia datang kepadanya dengan
memaksa. Sedangkan barang siapa yang bercita-cita mendapatkan dunia, maka Allah
menjadikan kemauannya berantakan, kemiskinan senantiasa membayang di pelupuk
matanya, dan dunia hanya didapatnya sekadar apa yang telah ditaqdirkan baginya”.
Orang yang beruntung yaitu orang yang memilih kenikmatan
abadi daripada kehancuran yang ternyata adzabnya tiada habis-habisnya.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman, 2006, Shahih Tafsir Ibnu
Katsir, Jilid 2, Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir.
Bahjat, Ahmad, 2002, Hakekat
Cinta dan Kasih Sayang dalam Agama, Bandung: Pustaka Hidayah.
Bisri Adib & Munawwir
A. Fatah, 1999, Kamus Al-Bisri; Arab-Indonesia, Indonesia-Arab, Surabaya:
Pustaka Progresif.
Darmawan, Hendro, dkk, 2013, Kamus Ilmiyah Populer Lengkap,
Yogyakarta: Jaka Tirtana.
Departemen Agama RI, 2010,
AL-HIKMAH Al-Qur’an dan
Terjemahannya, Bandung: Diponegoro.
ibn
Abdul Wahab, Muhammad, 1429, Kitab Tahuhid, Madinah: madar- wathon.
Jamaluddin, 2006, Tarihul Hadits Rasulullah, Dar-El
Khutubi.
Nawawi,
Imam, Arbainnawaiyah, Hadits
13, ( shoft
ware).
[1] Departemen Agama RI, AL-HIKMAH Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:
Diponegoro, 2010), hlm. 248.
[2] Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,
Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2006),
hlm. 689.
[3] Adib Bisri & Munawwir A. Fatah, Kamus
Al-Bisri; Arab-Indonesia, Indonesia-Arab, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1999), hlm. 198.
[6] Departemen Agama RI, AL-HIKMAH Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:
Diponegoro, 2010), hlm. 54.
[7] Syaikh Shafiyyurrahman
Al-Mubarakfuri, Op Cit, hlm. 150.
[9] Ahmad
Bahjat, Hakekat
Cinta dan Kasih Sayang dalam Agama, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), hlm. 23.
[10] Q.S. Al-Hujurat [49] : 10.
[11] Q.S. Ali Imron [3] : 103.
[13]
Q.S Al-Hujurat [49]: 12.
[15] Q.S. Al-Khfi [18]: 45-46.
[16] Q.S. Al-Ankabut [29]: 64.
[17] Maksudnya: Bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan,
dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.
[18] Q.S. Al-Takhasur [102]: 1-5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar