BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.
Masalah
kepemimpinan adalah masalah yang utama dalam hidup dan kehidupan umat manusia,
oleh karena itulah maka umat manusia selalu membutuhkan kepemimpinan, sebab
untuk mencapai suksesnya sebuah tujuan dan terjadinya efisiensi kerja harus ada
pemimpin. Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan
kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah
sikap, sehingga mereka menjadi konform dengan keinginan pemimpin. Untuk
itu, maka gaya seseorang di dalam memimpin akan amat berpengaruh terhadap
organisasi atau lembaga yang dipimpinnya, baik pengaruh itu bersifat positif
maupun negatif terhadap organisasi tersebut. Covey menyatakan bahwa 90 persen
dari semua kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan pada karakter. Kepemimpinan adalah pangkal utama dan pertama penyebab daripada
suatu kegiatan, proses atau kesediaan untuk merubah pandangan atau sikap daripada
kelompok orang-orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
Kepemimpinan merupakan suatu kekuatan
penting dalam rangka pengelolaan suatu lembaga atau organisasi, sehingga
kemampuan seseorang pemimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan suatu
lembaga atau organisasi. Maka, esensi kepemimpinan adalah kepengikutan, kemauan
orang lain untuk mengikuti keinginan pemimpin. Pemimpin merupakan faktor
penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu organisasi dan usaha. Baik di
dunia bisnis, maupun di dunia pendidikan, kesehatan, perusahaan, religi,
sosial, politik, pemerintahan Negara,
dan lain-lain, kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau
organisasinya. Sebab, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu
membawa suatu lembaga atau organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen
sekaligus bersedia memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan
masyarakat luas.
Secara eksplisit konsep kepemimpinan sudah disinggung oleh Al-Qur’an bahwa
kepemimpinan merupakan missen sacre
(tugas suci) terhadap pembangunan manusia, tugas ini merupakan bentuk
manifestasi manusia sebagai khalifah fil
al ardh (wakil Allah dimuka bumi) untuk jadi pemimpin (khalifah).
Sebagaimana firman Allah SWT di bawah ini;
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."[1]
Secara langsung kepemimpinan yang ideal sudah dicontohkan
oleh Nabi Muhammad SAW, Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin ditandai oleh adanya
visi misi yang agung, tujuan dan ajaran untuk membangun kekhalifahan.[2] Nabi Muhammad SAW diutus kemuka bumi ini membawa tugas
utama dalam rangka menyelamatkan manusia dari belenggu kesesatan yaitu mengajak
manusia untuk bertauhid mengesakan Allah SWT, menuju kepada ketaqwaan dan iman,
kendati terus menerus mendapatkan cobaan, pelecehan, hinaan dan sikasaan dari
mayoritas suku quraisy, namun Nabi Muhammad SAW tetap tegak berdakwah di jalan
yang benar tanpa pamrih dan putus asa.
Setelah Rasulullah SAW wafat, maka kepemimpinan
diteruskan oleh para shahabatnya seperti: Abu Bakar As-Siddiq (11-13 H/ 632-634
M), Umar bin Khattab (13-23 H/ 634-664 M), Usman bin Affan (23-35 H/ 664-656 M,
dan Ali bin Abi Thalib (35-40 H/ 656-661 M),[3] yang
di kenal dengan sebutan al-Khulafa’ al-Rasyidun, (para pengganti
yang mendapatkan bimbingan ke jalan yang lurus). Secara terintegrasi sebagai
pemimpin Agama sekaligus pemimpin Negara baik secara formal maupun substansial.[4]
Begitu seterusnya sampai sekarang kepemimpinan masih ada dan tidak bisa
terlepas dari lingkup kepemimpinan dan pemimpin.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah
pengertian kepemimpinan?
2.
Bagaiman teori kepemimpinan?
3.
Bagaimana Kepemimpinan prspektif islam?
4.
Macam-macam
gaya kepemimpinan?
5.
Tipe-tipe kepemimpinan
6.
Bagaimana seharusnya menjadi pemimpin?
C. Tujuan
Pembahasan
1.
Mengethui berbagai pengertian
kepemimpinan,
2.
Memahami teori kepemimpinan
3.
Memahami kepemimpinan prspektif islam
4.
Memahami
macam-macam gaya kepemimpinan,
5.
Mengetahui tipe-tipe kepemimpinan
6.
Memahami bagaimana seharusnya memimpin.
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang .............................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah.......................................................................... 2
C.
Tujuan
Pembahasan.......................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia.... 4
1.
Kepemimpinan..................................................................... 4
2.
Kepemimpinan
Menurut Para Pakar .................................... 5
3.
Teori Kepemimpinan............................................................
4.
Kepemimpinan Prspektif Islam............................................
B.
Gaya
Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia............. 10
1.
Menurut W.J Redien ........................................................... 10
2.
Menurut
A. M Mangunhardjana.......................................... 12
3.
Menurut
G. R. Terry,............................................................ 14
4.
Menurut
Kurt Lewin,........................................................... 15
5.
Menurut Tohardi.................................................................. 16
C.
Tipe Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya
Manusia..............
D.
Bagaimana
seharusnya memimpin................................................. 16
1.
Pemimpin
karismatik............................................................ 17
2.
Pemimpin
yang efektif......................................................... 18
3.
Pemimpin
yang tresformatif.................................................
19
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
................................................................................... 22
Daftar rujukan................................................................................ 23
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia.
1.
Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) dan pemimpin (leader)
merupakan objek dan subjek yang banyak dipelajari, dianalisis dan direfleksikan
orang sejak dahulu sampai sekarang. Pada tahun 1993 sudah terdapat 221 definisi
kepemimpinan yang ditulis dalam 587 publikasi, pada tahun 2005, Amazon.com
telah mendaftar 18.299 buku kepemimpinan. Google schoolar mendaftar 16.800 buku
kepemimpinan dan 386.000 kutipan kepemimpinan dan 3000 lebih penelitian definisi
kepemimpinan sudah dilakukan manusia.[5] Meskipun
sudah banyak definisi dari kepemimpinan, namun tidak satupun yang memuaskan,
kepemimpinan didefinisikan orang sesuai sudut pandang masing-masing sesuai
dengan latar belakang pendidikan, sosial, budaya dan kepentingan orang yang
mendefinisikannya. Istilah kepemimpinan menyangkut tentang cara atau peroses
mengarahkan orang lain agar mau berbuat seperti apa yang pemimpin harapkan.
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar
pemimpin. Dalam bahasa Inggris, leadership yang berarti kepemimpinan,
dari kata dasar leader berarti
pemimpin dan akar katanya to lead yang
terkandung beberapa arti yang saling berhubungan erat seperti:
bergerak lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah awal, berbuat paling
dulu, memelopori, mengarahkan pikiran-pendapat-orang lain, membimbing,
menuntun, dan menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.[6] Kepemimpinan adalah usaha
memimpin diawal untuk menggerakkan manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan
merupakan sesuatu yang wajib dalam kehidupan agar kehidupan menjadi teratur dan
keadilan bisa ditegakkan, sehingga tidak berlaku hukum rimba. Kepemimpinan juga
dapat dikatakan penting apabila memanfaatkan dan mengelola potensi setiap
anggota dengan cara yang tepat . Maka dari itu seorang pemimpin dalam mengendalikan
kepemimpinannya harus mendorong perilaku yang positif dan
meminimalisir semua yang negatif, mencari pemecahan masalah, mempelajari
perubahan di sekitarnya, serta mencanangkan strategi yang tepat untuk mencapai
tujuan.
Kesimpulannya bahwa kepemimpinan adalah terjemahan dari kata
leader/head/manager, yang juga disebut
manajer/kepala/ketua/direktur/presiden dan lain sebaginya pemakain istilah ini tergantung
kepada kebiasaanatau kesenangan setiap organisasi, jadi tidak perlu
diperdebatkan.[7]
Kepemimpinan
dalam bidang manajeman sumber daya manusia bukan lah merupakan hal yang timbul
dengan mendadak.[8]
sejarah telah membuktikan bahwa sudah sejak lama manusia hidup berorganisasi
meskipun belum seintensif sekarang, namun sudah berarti sudah sejak lama pula
manajemen sumber daya manusia diperaktekkan.
2.
Kepemimpinan
Menurut Para Pakar.
Menurut Bush (2008) Kepemimpinan adalah
tindakan-tindakan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan akhir yang
diharapkan.[9]
Menurut Dirawat kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki
seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan
dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengarahan itu.[10] Menurut
Andrew J Dubrin kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi
dan mengoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.[11] Menurut
Robbins, seperti yang dikutip oleh Sudarwan Danim dan Suparno, kepemimpinan
adalah kemampuan mempengaruhi kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Owens
mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu interaksi antara satu pihak sebagai
yang memimpin dengan pihak yang dipimpin. Sedangkan James Lipham, seperti yang
diikuti oleh M. Ngalim Purwanto, mendefinisikan kepemimpinan adalah permulaan
dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran
organisasi atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi.[12]
Menurut Hendiyat Soetopo dan Waty Soemanto, kepemimpinan sebagai suatu
kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai dari
kelompok itu, yaitu tujuan bersama. Sedangkan pengertian kepemimpinan secara
umum adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat
memengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, dan kalau perlu
memaksa orang lain agar dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan
tertentu.[13]
Sedangkan menurut Inu Kencana Syafiie, yang diambil dari sudut
pandang atau secara etimologi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai berikut.
a.
Berasal dari
kata pimpin (dalam bahasa Inggris lead)
berarti bimbing atau tuntun. Dengan demikian, di dalamnya ada dua pihak, yaitu
yang dipimpin (umat) dan yang memimpin (imam).
b.
Setelah ditambah
awalan pe- menjadi pemimpin (dalam bahasa Inggris leader) berarti orang yang memengaruhi orang lain melalui proses
kewibawaan komunikasi sehingga orang lain tersebut bertindak untuk mencapai
tujuan tertentu.
c.
Apabila
ditambah akhiran –an menjadi pimpinan artinya orang yang mengepalai. Antara
pemimpin dengan pimpinan dapat dibedakan, yaitu pimpinan (kepala) cenderung
lebih sentralistis, sedangkan pemimpin lebih demokratis.
d.
Setelah
dilengkapi dengan awalan ke- menjadi kepemimpinan (dalam bahasa Inggris leadership) berarti kemampuan dan
kepribadian seseorang dalam memengaruhi serta membujuk pihak lain agar
melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama sehingga dengan demikian yang
bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok.[14]
Sedangkan menurut Nawawi kepemimpinan adalah
kemampuan menggerakkan memeberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar
bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan
melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.[15]
Menurut Edi Sutrisno, kepemimpinan adalah
suatu peroses kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain dengan memimpin,
membimbing, mempengaruhi, orang lain, untuk melakukan sesuatu agar dicapai
hasil yang diharapkan.[16]
Dari definisi kepemimpinan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja
sama (mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kepemimpinan
juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota
organissasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai. Pemimpin
adalah orang yang dianut oleh orang-orang lain dalam mencapai
tujuan bersama. Dengan demikian, dia mempunyai wibawa, kekuasaan, ataupun pengaruh
(terjemahan dariauthority, power, dan
influence). Dari beberapa pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas: 1) mempengaruhi
orang lain agar mau melakukan sesuatu; 2) memperoleh consensus atau suatu
pekerjaan; 3) untuk mencapai tujuan manajer; 4) untuk memperoleh manfaat
bersama.
Keith Davis dalam Sutarto (1989) Leadership is ability to persuade the others to
seek defined objective enthusiastically. (kepemimpinan adalah
kemampuan mengajak orang-orang lain untuk mencari tujuan tertentu dengan penuh
semangat).
Kae. H. Chung & Leon C. Megginson dalam Sutarto (1989) Leadership is the process of influencing other
people for the purpose of achieving shared goals (kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai
mencapai tujuan bersama).[17]
Freeman & E. K. Taylor dalam Sutarto (1989) Leadership is the ability to create group
action toward an organizational objective with maximum effectiveness and
cooperation from each individual. (kepemimpinan adalah kemampuan
untuk menciptakan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi dengan
efektivitas maksimum dan kerjasama dari tiap-tiap individu).
Dubin dalam Sutarto (1989) Leadership is the exercise of authority and the
making of decisions. (kepemimpinan adalah menggunakan wewenang dan
membuat keputusan-keputusan).
Frankilm G. Moore dalam Sutarto (1989) Leadership is the ability to make act the way
the leader want. (kepemimpinan adalah kemampuan membuat orang-orang
bertindak sesuai dengan keinginan pemimpin).
Reuter dalam Sutarto (1989) Leadership is an ability to persuade or direct
men without use of the prestige or power of formal office or external
circumstance. (kepeminpinan adalah suatu kemampuan untuk mengajak
atau mengarahkan orang-orang tanpa memakai kekuatan jabatan formal atau keadaan
luar)[18]
James M. Black dalam Sutarto (1989) Leadership is capable persuading others to work
together under directions as a team to accomplish certain designated objectives.
(kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya
bekerjasama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan
tertentu).
George R. Terry
dalam Handoko, T. Hani, (2009) Leadership
is the relationship in which one person, or the leader, influences others to
work tigether willingly on relted tasks to attain tthat which the leaders
desires. (kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seorang
atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam
hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan pemimpin).[19]
Harold Koontz & Cyrill O’Donnell dalam Sutarto (1989) Leadership
is the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal
and confidence. (kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan).
Richard N.Osborn, James G. Hunt, dan Lawrence R. Jauch dalam
Sutarto (1989) Leadership – all ways
in which one person exert influence over others. (kepemimpinan –
semua cara yang disitu seseorang mempunyai pengaruh).
Robert
Tannenbaum, Irving R. Weschler, dan Fred Massarik dalam Sutarto (1989) Leadership
as interpersonal influence, exercised in situation and directed through the
communication process, toward the attainment for a spesific soal or goals.
(kepemimpinan sebagai aktivitas saling pengaruh antar privadi, dilatih dalam
situasi dan diarahkan, melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan atau
tujuan-tujuan khusus).
John D. Pfiffner & Robert Presthus dalam Sutarto (1989) Leadership
is the art of coordinating and motivating individuals and groups to achieve
desired ends. (kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan
memotivasi individu-individu serta kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang
diinginkan).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah suatu peroses memberi arahan, motivasi, menggerakkan, mempengaruhi dan
menciptakan rasa percaya diri untuk mencapai tujuan operasional baik yang
bersifat duniawi maupun ukhrowi sesuai dengan nilai syariat islam.
Cara pemimpin mempengaruhi bawahan dapat bermacam-macam antara lain
memberikan gambaran masa depan yang lebih baik, memberikan perintahm memberikan
imbalan, melimpahkan wewenang, mempercayai bawahan, memberiakn penghargaan,
memberi kedudukan, memberikan tugas, memberikan tanggung jawab, memberikan
kesempatan mewakili, mengajak, meminta saran atau pendapat, pertimbangan,
memberi kesempatan berperan, memnerikan motivasi, membela, mendidik,
membimbing, mempelopori, memberikan petunjuk, menegakkan disiplin, memberikan
teladan, memberikan arah, memberikan keyakinan, mendorong kemajuan, menciptakan
perubahan, memberikan ancaman, memberikkan hukuman, dan lain-lain.
Setelah kita mengetahui belbagi arti dari kepemimpinan
menurut para ahli tak lupa disamping itu ada peran kepemimpinan yang harus ada pada pemimpin yaitu pertama peran
sebagai pelayan, pemimpin adalah pelayan bagi para pengikutnya atau bawahannya,
maka ia wajib memberikan kesejahtraan bagi pengikutnya, kedua sebagai
pemandu, pemimpin adalah pemandu yang memberikan arahan kepada pengikutnya
untuk menunjukkan jalan yang terbaik bagi pengikutnya agar selamat sampai
tujuan.[20]
Titik tekan yang harus diperhatikan dari definisi
kepemimpinan diatas dapat disimpulkan menjadi tiga impliasi penting diantaranya
pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. Kedua
kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang di antara
pemimpin dan anggota kelompoknya. Ketiga kepemimpinan menyangkut seni
mempengaruhi orang lain, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya
memerintahkan bawahan tetapi juga mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan
perintahnya, sebagai contoh seorang kepala sekolah dapat mengarahkan para guru
melaksanakan tugas tertentu, tetapi dia juaga dapat mempengaruhi dan
menagarahkan bagaimana menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.
3.
Teori
Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia.
a.
Teori Genetis
Teori ini menyatakan bahwa “leader
are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan bukannya dibuat). Para
penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin
akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan.
Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah
ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak akan muncul sebagai pemimpin.
Seorang ahli di bidang Manajemen, yaitu Peter F. Drucker dalam
pendiriannya mengatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, dan bukan hasil
pembentukan. Bahkan dalam tulisannya ia mengatakan bahwa;
Leadership
is of utmost importance. Indeed there is no substitute fo it. But leadership
cannot be created or promoted. It can not be taught or learned. But management
created leaders. It can only created the conditions under wich potential
leadership qualities become effective; or it can stifle leadership.[21]
Pandangan ini mengetengahkan suatu preposisi bahwa kepemimpinan
ditentukan oleh sifat dan ciri pribadi pemimpin yang mempengaruhi para
bawahannya. Jadi, kepemimpinan merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang
tidak bisa dipelajari, tetapi hanya bisa dibentuk melalui pembentukan dari
awal. Dalam kepemimpinan islam suadah barang tentu melekat sifat-sifat yang
dibawa oleh para Nabi dan Rasul yang mana kepemimpinan Nabi dan Rasul ditunjang
dengan sifat-sifat terpuji seperti: jujur (shiddiq), dapat dipercaya
(amanah), menyampaikan (tabligh), dan cerdas (fathanah).[22]
Yang kemudian di sebut sebagai sifat profetik, sifat yang fundamental didalam
kepemimpinan islam.
b.
Teori Sosial
Teori sosial ini ialah bahwa “Leader
are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati).
Teori ini lahir sebagai hasil dari ketidakpuasan terhadap teori genetis. Teori
ini memandang bahwa keberhsilan kepemimpinan lebih banyak tergantung kepada
perilaku (behavior), keterampilan (skills) dan tindakan (actions)
pemimpin dan kurang tergantung pada sifat-sifat peribadi.[23]
Jadi, teori ini merupakan kebalikan inti Teori Genetika. Para penganut teori
ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi
pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
c.
Teori Ekologis
Teori ekologis ini pada intinya menekan bahwa seseorang hanya akan
berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat
kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang
teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori
ini menggabungkan segi-segi positif dari
kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling
mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih
diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan
timbulnya sosok pemimpin yang baik.
4.
Kepemimpinan Perspektif
Islam
Pada dasarnya Al-Qur’an tidak pernah
secara tersirat menyebutkan kata kepemimpinan (leadership), karena
kepemimpinan merupakan istilah dalam manajemen organisasi. Meskipun demikian,
bukan berarti Al-Qur’an tidak membicarakan sama sekali masalah kepemimpinan,
Al-Qur’an mengemukakan istilah imam, a’immah, wali, awliya’ dan khalifah
dan lain-lain yang merupakan kata lain dari pemimpin dan kepemimpinan,
Al-Qur’an juga mengemukakan tentang prinsip-prinsip dasar kepemimpinan seperti
amanah (‘amanah), keadilan (al-‘adl) dan musyawarah (syura).
Persoalan kepemimpinan dalam islam sejatinya
sudah di sebutkan sejak manusia berada di muka bumi dengan istilah khalifah fil ardh, disebabkan karena
islam memandang manusia sebagai pemimpin yakni wakil Allah SWT di muka bumi,
sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
øÎ)ur tA$s% u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui."[24]
Dari ayat diatas
bahwa Allah SWT memakai kata khalifah
ada kaitannya dengan pengertian khilafah yang berarti pemimpin. Manusia
mengemban amanat kekhalifahaan karena kemampuannya dalam berfikir dan
mempergunakansimbol-simbol komunikasi (al-asma’a kullaha).
Kata khalifah berasal dari akar kata kh-l-f yang
dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 127 kali dalam 12 kata jadian maknanya
berkisar diantara kata kerja yakni menggantikan, meninggalkan atau kata benda
pengganti atau penerus.[25]
Senada dengan definisi yang diungkapkan oleh Abul ‘Ala
Al- Maududi asal pakistan tokoh yang mendirikan organisasi Jema’ati Islam
Pakistan, beliau mengatakan dalam bukunya Al-Khilafah Wa Al-Mulk, bahwa
khalifah berasal dari kata yang sama dengan khilafah yang berarti kekuasaan
atau kepemimpinan.[26] Pernyatan ini sekaligus menjadi teori
islam tentang Negara dan pemerintahan yang berfungsi sebagai pengatur umat
dalam menegakkan amanah dan keadilan.
Khalifah
secara bahasa juga berarti pemimpin, penerus, pengganti, pelanjut Nabi Muhammad
SAW.[27]
Sedangkan menurut istilah khalifah adalah pengganti orang lain, baik karena
absennya orang yang digantikan, karena meninggalnya orang yang digantikan,
maupun alasan-alasan yang lain.
Khalifah
menurut Ali Abdul Raziq berarti juga Al-Sultan
Al-A’dzam yaitu kekuasaan yang paling besar atau paling tinggi.[28] Sedangkan menurut Ibn Khaldun kekhalifahan
adalah memerintahkan rakyat sesuai dengan petunjuk Agama baik soal-soal
keakhiratan dan keduniawian, sebab dalam pandangan pembuat undang-undang, semua
soal keduniawian ini harus dihukumi dari kepentingan hidup keakheratan.[29] Oleh karena itu hakekat khalifah atau kekhalifahan
merupakan pengganti Nabi Muhammad SAW sebagai penegak agama dan sebgai pengatur
soal-soal duniawi dipandang dari segi agama.
Diayat lain disebutkan
Allah SWT berfirman:
ß¼ãr#y»t $¯RÎ) y7»oYù=yèy_ ZpxÿÎ=yz Îû ÇÚöF{$# Läl÷n$$sù tû÷üt Ĩ$¨Z9$# Èd,ptø:$$Î wur ÆìÎ7®Ks? 3uqygø9$# y7¯=ÅÒãsù `tã È@Î6y «!$# 4 ¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbq=ÅÒt `tã È@Î6y «!$# öNßgs9 Ò>#xtã 7Ïx© $yJÎ (#qÝ¡nS tPöqt É>$|¡Ïtø:$# ÇËÏÈ
Hai
Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.[30]
Dalam ayat lain Allah
SWT berfirman:
uqèdur Ï%©!$# öNà6n=yèy_ y#Í´¯»n=yz ÇÚöF{$# yìsùuur öNä3Ò÷èt s-öqsù <Ù÷èt ;M»y_uy öNä.uqè=ö7uÏj9 Îû !$tB öä38s?#uä 3 ¨bÎ) y7u ßìÎ| É>$s)Ïèø9$# ¼çm¯RÎ)ur Öqàÿtós9 7LìÏm§ ÇÊÏÎÈ
Dan
Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat
siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[31]
Diantara potensi yang
diberkan Allah SWT kepada manusia adalah kemampuan memimpin untuk menjaga
kelestarian alam yang diberikan Allah dan bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya.[32]
a.
Ciri-Ciri Kepemimpinan dalam Islam.
Dalam islam kepemimpinan (khilafah) memiliki ciri pembeda dari
pemimpin non islam (otoriter, liberal), ciri-ciri itu sebagaimana yang telah
dijelakan oleh Veithzal Rivai & Arviyan Arifin (2009) sebagai berikut:
1) Menjunjung tinggi syariat islam dan akhlak islam
2) Memegang teguh amanah
3) Rendah hati, tidak sombong dalam memimpin
4) Setia, pemimpin dan yang dipimpin terikat dengan
kesetiaan kepada Allah SWT
5) Disiplin, konsisten dan konsekuen dalam segala
tindakan
6) Terikat pada tujuan.[33]
Sesungguhnya kepemimpinan tidak terlepas dari ikatan
dan tujuan yang seharusnya di jalankan baik bersifat abstarak maupun riel.
b.
Sifat-Sifat Kepemimpinan dalam Islam
Salah satu kreteria
pemimpin yang profetika adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Sukarna dalam
Amrullah adalah sebagai berikut: benar, jujur, adil, tegas, ikhlas, pemurah,
ramah, merendah, dan alim.[34]
Al-Mawardi berpendapat
lain didalam bukunya Al-Akhkam Al-Sulthaniyyah menyaratkan seorang
pemimpin harus memiliki perilaku yang dicontohkan dalam kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW yang mendasar dari sifat-siafat sebagai berikut: ‘al-adl (
adil), as-shiddiq (jujur), al-amanah (dapat dipercaya), al-wafa’
( menepati janji), shahibu al-‘ilm wa ‘aql (memiliki pengetahuan dan
mampu perfikir), as-syaja’ah (pemberani), as-syakha’ (dermawan), ar-rahman
(kasih sayang), as-shabr (sabar), al-iffah wa al-haya’
(mengendalikan diri dan malu berbuat jelek), al-quwwah (memiliki
kekuatan), al-khibrah al-siyasiyah wa al-idariyah (cerdik manajerial dan
politik) dan yang terahir al-qudrah ala tasyji’ (mampu memotivasi).[35]
Sejalan dengan uraian
diatas, menurut Permadi (2006) pada dasarnya sifat kepemimpinan yang harus
dimiliki seorang pemimpin anata lain sebagi berikut: beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, sehat jasmani dan rohani, berilmu, berani, terampil,
bijaksana, adil, jujur, penyantun, demokratis, paham keadaan ummat, berkurban,
qanaah, istiqamah dan ikhlas.[36]
Dalam
Al-Qur’an disebutkan yang menjadi karaktristik kepemimpinan islam;
tûïÏ%©!$# bÎ) öNßg»¨Y©3¨B Îû ÇÚöF{$# (#qãB$s%r& no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4q2¨9$# (#rãtBr&ur Å$rã÷èyJø9$$Î (#öqygtRur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# 3 ¬!ur èpt6É)»tã ÍqãBW{$# ÇÍÊÈ
(Yaitu)
Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan.[37]
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pemimpin dan kepemimpinan dalam
islam mempunyai rujukan naqliyah, artinya ada isyarat-isyarat Al-Qur’an yang
memperkuat perlu dan pentingnya kepemimpinan. Satu hal yang sangat perinsip
yang harus dilaksanakan oleh seseorang pemimpin dalam mengemban amanahnya yakni
keadilan (al-‘adl), amanat (’amanah) dan musyawarah (syura).
Dalam konsep islam semua
orang adalah pemimpin dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan
Tuhan kelak di akherat. Adanya pertanggungjawaban ini menunjukkan bahwa seorang
pemimpin pada level dan posisi apapun niscaya mengemban amanah yang harus di
laksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
B.
Gaya Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia.
Gaya adalah sikap, gerakan, tingkah laku,
sikap yang elok, gerak gerik yang bagus, kekuatan dan kesanggupan untuk berbuat
baik. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah,
keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang.
Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari
tindakan seseorang pemimpin baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh
bawahannya. Pada suatu proses kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin biasanya
mempunyai sifat, kebiasaan temperamen watak keperibadian sendiri yang unik dan
khas. Kekhasannya gaya hidupnya sedikit banyak pasti mempengaruhi dan mewarnai kepemimpinannya.
Sehingga muncullah suatu gaya kepemimpinan tertentu.
Menurut W. J Redin membentuk tiga pola dasar
gaya kepemimpinan yaitu: task orientation (kepemimpinan yang
beroreantasi tugas), relationship orientation (kepemimpinan berorentasi
hubungan kerja) dan effectives orientation (kepemimpinan yang
berorientasi hasil yang efektif).[38] Gaya
kepemimpinan yang efektif ini merupakan gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi,
mendorong, mengarahkan, mempertimbangkan kekuatan yang ada pada tiga unsur
yaitu dari pemimpin, bawahan dan situasi secara menyeluruh serta menggerakkan
orang-orang yang dipimpin supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dalam
mencapai tujuan organisasi.[39] Pada
fakta riilnya, gaya kepemimpinan yang efektif ada empat, yaitu sebagai berikut.[40]
1. Gaya Instruktif
Penerapannya
pada bawahan masih baru atau bertugas. Adapun cirri-ciri gaya kepemimpinan
instruktif adalah sebagai berikut:
a.
Memberi
pengarahan secara spesifik tentang apa, bagaimana, dan kapan kegiatan dilakukan
b.
Kegiatan
lebih banyak diawasi secara ketat
c.
Kadar
direktif tinggi
d.
Kadar
semangat rendah
e.
Kurang
dapat meningkatkan kemampuan pegawai
f.
Kemampuan
motivasi rendah
g.
Tingkat
kematangan bawahan rendah.
2. Gaya Konsultatif
Penerapannya
pada bawahan yang memiliki kemampuan tinggi namun kemauan rendah. Cirri-cirinya
adalah sebagai berikut:
a.
Kadar
direktif rendah
b.
Semangat
tinggi
c.
Komunikasi
dilakukan secara timbal balik
d.
Masih
memberikan pengarahan yang spesifik
e.
Pimpinan
secara bertahap memberikan tanggungjawab kepada pegawai walaupun bawahan
dianggap belum mampu
f.
Tingkat
kematangan pegawai rendah ke sedang
3. Gaya Partisipatif
Kepemimpinan
ini juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas, dan nondirective.
Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses
pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan informasi mengenai suatu
permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk mengembangkan
strategi dan pemecahannya. Tugas pemimpin adalah mengerahkan tim kepada
tercapainya consensus. Asumsi yang mendasari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa
para karyawan akan lebih siap menerima tanggung jawab terhadap solusi, tujuan,
dan strategi dimana mereka diberdayakan untuk mengembangkannya.
Gaya
partisipatif, penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan rendah, namun
memiliki kemauan kerja tinggi. Cirri-cirinya adalah sebagai berikut:
a.
Pemimpin
melakukan komunikasi dua arah
b.
Secara
aktif mendengar dan respon segenap kesukaran bawahan
c.
Mendorong
bawahan untuk menggunakan kemampuan secara operasional
d.
Melibatkan
bawahan dalam pengambilan keputusan
e.
Mendorong
bawahan untuk berpartisipasi
f.
Tingkat
kematangan bawahan dari sedang ke tinggi.
4. Gaya Delegatif
Penerapannya
bagi bawahan yang memiliki kemampuan dan kemauan tinggi. Ciri-ciri gaya
kepemimpinan delegatif adalah sebagai berikut:
a.
Memberikan
pengarahan bila diperlukan saja
b.
Memberikan
semangat dianggap tidak perlu lagi
c.
Penyerahan
tanggungjawab kepada bawahan untuk mengatasi dan menyelesaikan tugas
d.
Tidak
perlu memberi motivasi
Sedangkan Menurut A. M Mangunhardjana, dilihat dari perbedaan cara
menggunakan wewenangnya, pada garis besarnya kita mengenaltiga gaya
kepemimpinan, yaitu gaya otokratis, liberal, dan demokratis. Masing-masing gaya
kepemimpinan itu menentukan hubungan antara kekuasaan pemimpin dan kebebasan
mereka yang dipimpin. Dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Gaya Kepemimpinan Otokratis.
Dalam gaya ini pemimpin bersikap sebagai penguasa dan yang dipimpin
sebagai yang dikuasai. Termasuk gaya ini kita menjumpai pemimpin-pemimpin yang
melakukan hal-hal berikut.Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan
terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat
banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan
sama sekali tidak adanya peran serta anak buah dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan.Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana,
kapan, dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya
ini adalah pemberian perintah.Pemimpin otokratis adalah seseorang yang
memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya
untuk memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman.Gaya kepemimpinan otokratis
adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan
dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.
a.
Mengatakan
segala sesuatu harus dikerjakan oleh mereka yang dipimpin. Inilah gaya
kepemimpinan dictator. Yang dilakukan oleh pemimpin yang mengambil gaya ini
hanyalah member perintah, aturan, dan larangan.
b.
Menjual
gagasan dan cara kerja kepada kelompok orang yang dipimpinnya. Inilah gaya
kepemimpinan seorang presiden direktur dalam suatu perusahaan besar. Menurut
gaya ini, pemimpin merumuskan masalahnya serta menyodorkan cara pemecahannya
sekaligus. Kemudian, perumusan masalah dan pemecahannya itu dijual kepada
bawahannya.
2.
Gaya Kepemimpinan Liberal.
Menurut gaya ini, pemimpin tidak merumuskan masalah serta cara
pemecahannya. Dia membiarkan saja mereka yang dipimpinnya menemukan sendiri
masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba mencari cara pemecahannya.
Gaya ini hanya baik untuk kelompok orang yang betul-betul telah dewasa dan
betul-betul insaf akan tujuan dan cita-cita bersama sehingga mampu menghidupkan
kegiatan bersama.
3.
Gaya Kepemimpinan Demokratis.
Dalam gaya ini pemimpin berusaha membawa mereka yang dipimpin
menuju ke tujuan dan cita-cita dengan memperlakukan mereka sebagai sejajar. Terrmasuk
kedalam gaya ini, kita jumpai pemimpin yang dalam usaha membawa mereka yang
dipimpin menuju ke tujuan dengan hal-hal berikut.
a.
Menyajikan
masalah serta cara pemecahannya kepada mereka yang dipimpinnya. Menghadapi
masalah serta carapemecahannya yang disajikan oleh pemimpin itu, mereka yang
dipimpin bebas untuk menggarapnya, mengubah, menambah, dan menyempurnakan.
Pemimpin sendiri dengan senang hati menerima usul dan saran mereka.
b.
Mengajak
mereka yang dipimpinnyauntuk bersama merumuskan masalah dan cara pemecahannya.
Gaya kepemimpinan ini baik untuk kegiatan di kalangan orang-orang yang sudah
dewasa yang bersifat permanen lagi mengarah ke tujuan dan cita-cita yang
tinggi.
Dalam
setiap realitasnya, pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya, terjadi
adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Hal ini
sebagaimana menurut G. R. Terry, seperti yang dikutip oleh Maman Ukas,[42]
1.
Tipe
kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan
ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi.
Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh
pemimpin yang bersangkutan.
2.
Tipe
kepemimpinan nonpribadi (non personal leadership). Segala sesuatu
kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media nonpribadi
baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3.
Tipe
kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter
biasanyabekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Iabekerja menurut
peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus
ditaati.
4.
Tipe
kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang
demokratis menanggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama
dengan kelompoknya berusaha bertanggungjawab tentang terlaksananya tujuan
bersama. Agar setiap anggota turut bertanggungjawab, seluruh anggota ikut serta
dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian.
Setiap anggotadianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian
tujuan.
5.
Tipe
kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini
dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin
dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah
seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6.
Tipe
kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya, timbul
dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan
adanya system kompetisi sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang
bersangkutan dan biasanya akan muncul
pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelompok tersebut
menurut bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung.
Menurut Kurt Lewin, sebagaimana yang dikutip oleh Maman Ukas
mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian sebagai berikut.
1.
Otokratis,
pemimpin yang demikian bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia
bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya
harus diataati.
2.
Demokratis,
pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan
bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggungjawab tentang pelaksanaan
tujuannya. Hal ini agar setiap anggota turut serta dalam setiap
kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian.
Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian
tujuan yang diinginkan.
3.
Laissez faire,
pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada
bawahannya, kemudian menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan
menerima laporan-laporan dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak
terlalu mau ambil inisiatif, dan semua pekerjaan tergantung pada inisiatif dan
prakarsa dari para bawahannya. Dengan demikian hal tersebut dianggap cukup
dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
Kesimpulan gaya kepemimpinan pemakalah lebih
condong dengan pendapat Tohardi dalam bukunya Edi Sutrisno (2009),[43]
beliau menyebutkan gaya kepemimpinan dapat dikelompokan menjadi sepuluh gaya
diantaranya: 1) gaya persuasif yaitu gaya memimpin dengan menggunakan
pendekatan yang menggugah perasaan, pikiran, ajakan dan bujukan, 2) gaya
refresif, yaitu gaya kepemimpinan dengan menggunakan tekanan-tekanan,
ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan, 3) gaya partisipatif yaitu
gaya pemimpin dimana memberikan kesempatan kepada bawahan secara aktif baik
secara mental, spiritual, fisik maupun materil dalam kifrahnya sebagai pemimpin
organisasi, 4) gaya inovatif, 5) gaya investigatif, 6) gaya insfektif, 7)
motivatif, 8) gaya edukatif, 9) gaya naratif yaitu pemimpin yang banyak bicara
namun tidak kerja, dan 10) gaya retrogresif yaitu pemimpin yang tidak suka
bawahan maju apalagi melebihi dirinya.
C.
Tipe Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya
Manusia.
Tipe kepemimpinan merupakan faktor penentu yang senantisa menjadi
tolak ukur sebuah pemerintahan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori
yang di jelaskan oleh Max Weber yang mengatakan kepemimpinan dibedakan menjadi
tiga menurut jenis otoritas yang
disandannya, yaitu: Otoritas Karismatik,
Otoritas Tradisional, dan Otoritas
Legal Rasional.[44]
Otoritas Karismatik,
yaitu kepemimpinan berdasarkan pengaruh atau turun temenurun, bahwa peletakan
kesetiaan pada hal-hal yang suci, kepahlawanan atau sifat-sifat individu yang
patut dicontoh memiliki sifat yang jujur, cerdas dan sifat-sifat terpuji
lainnya, dan pola-pola normatif yang diperlukan yang ditasbihkan olehnya.[45]
Disamping itu Max Weber juga mengatakan titik berat dari karismatik terletak
bukan pada siapa pemimpin tersebut, tetapi bagaimana ia ditanggapi oleh mereka
yang berada dibawah kekuasaannya. Disamping itu disebutkan juga bahwa karisma
terkadang terletak pada persepsi-persepsi rakyat yang dipimpinnya.[46]
Otoritas tradisional,
yaitu kepemimpinan yang dimiliki berdasarkan pewarisan turun temenurun. jenis
kepemimpinan ini didasari oleh kepercayaan yang telah mapan terhadap kesucian
tradisi yang ada dan legitimasi atas status wewenang di bawah otoritas
tradisional. Kepemimpinan jenis ini diperoleh atas dasar sejarah seorang
pemimpin yang memperoleh jabatan kepemimpinan itu karena faktor keturunan,
seperti raja atau kepala suku.
Otoritas Legal Rasional, yaitu kepemimpinan yang dimiliki berdasarkan jabatan serta
kemampuannya. Jenis ini merupakan kepemimpinan yang didasarkan kepada
kepercayaan atas legalitas pola-pola normatif dan hak bagi mereka yang diangkat
menjadi pemimpin.
D.
Bagaimana Seharusnya Memimpin
Dalam sebuah lembaga pendidikan tentu sosok pemimpin yang paling
diidamkan dan di harapakan adalah seorang pemimpin yang ideal dan dapat menjadi
contoh suri tauladan yang baik, bersifat Shiddiq ( benar dan jujur), amanah (terpercaya, kredibel), tabligh
(komunikatif), dan fathanah (cerdas),[47]
maka disini setidaknya pemimpin harus memiliki daya tarik tersendiri
(karismatik), pesioner atau transformatif dan efektif.
1.
Pemimpin Karismatik
Kata Kharisma adalah berasal dari bahasa Yunani, yang memiliki arti” Berkat
yang terinspirasi secara agung, seperti kemampuan untuk melakukan keajaiban
atau memprediksikan peristiwa masa depan.”[48] Max Weber, sebagaimana dikutip oleh Gary
Yukl, mengatakan bahwa Istilah charisma sesungguhnya hanya untuk
menjelaskan sebuah bentuk pengaruh yang bukan didasarkan pada tradisi atau
otoritas formal, akan tetapi lebih atas persepsi pengikut bahwa pemimpin
diberkati dengan luar biasa. Kharisma sesungguhnya terjadi ketika terdapat
sebuah krisis social, pada saat itu pula seorang pemimpin muncul dengan sebuah
visi radikal yang menawarkan sebuah solusi untuk krisis itu, pemimpin tersebut
menarik simpati pengikutnya sekaligus menawarkan visi dan solusi, dan pada saat
itu pula mereka mengalami perubahan dan keberhasilan yang luar biasa, maka pada
saat itu pemimpin tersebut dianggap oleh pengikutnya sebagai orang yang luar
biasa.
Untuk bisa mewujudkan pemimpin yang kharismatik,
seorang pemimpin perlu memiliki inteligensi yang tinggi, kematangan
sosial, memiliki motivasi dan
orientasi pada pencapaian, memiliki
kepercayaan diri dan keterampilan komunikasi yang baik.
Kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang mampu membawa perubahan
dalam sebuah lembaga atau organisasi, masalah ini diyakini karena kepemimpinan
kharismatik terdidik secara alami melalui pembawaan yang dalam diri manusia,
dimana sifat ini tidak bisa dimanipulasi dengan cara apapun. Performanya selalu
menampilkan sesuatu yang mengagumkan dan mengesankan, baik dalam bertutur ataupun berkata, ketika melangkah
ataupun bertingkah selalu menonjolkan sesautu yang membuat orang lain terpaku. sebagai
orang yang dihormati, disegani, dipatuhi dan ditaati secara rela dan ikhlas. Kepemimpinan
kharismatik menginginkan anggota organisasi sebagai pengikutnya untuk
mengadopsi pandangan pemimpin tanpa atau dengan sedikit mungkin perubahan.
2.
Pemimpin yang Efektif
Konsep
tentang pemimpin yang
efektif lebih banyak berasal dari dunia usaha dan industri dibanding bidang-bidang
lainnya termasuk pendidikan. Dalam hal ini penulis berusaha meramu berbagai
konsep tersebut agar dapat diterapkan pada dunia pendidikan. Penulis juga
melihat bagaimana konsep kepemimpinan yang efektif.
Pemimpin
yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menempatkan orang-orang sehingga
mereka tidak bekerja menurut kehendaknya masing-masing dan menitikberatkan pada
kepercayaan. Dia mampu membangun kepercayaan antara satu sama lain dan kompeten
terhadap apa yang dikerjakannya.
Menghadirkan seorang pemimpin yang efektif
merupakan dambaan banyak sekolah. Oleh karena fenomena kepemimpinan itu
bersifat multikompleks dan unik, tidak terlalu mudah merekrut pemimpin yang
benar-benar memenuhi persyaratan ideal. Persyaratan ideal seorang pemimpin
sangat mungkin bisa disusun melalui kajian akademik. Namun, tetap saja akan ada
bolong-bolongnya, ketika mereka yang dipandang paling memenuhi syarat pun
berhasil direkrut. Pemimpin banyak berhadapan dengan banyak orang dan tidak ada
satu orang pun yang sama potensi dan karakternya.
a.
Ciri-ciri Pemimpin Efektif
1)
Jujur, Kejujuran meningkatkan
derajat kredibilitas pemimpin, sehingga membangkitkan kepercayaan dan keyakinan
banyak orang kepada mereka. Bawahan ikut mendorong kebanggan yang lebih besar
pada pemimpin yang jujur dan kredibel dalam organisasi. Mereka menghendaki
pemimpin yang lebih kuat semangatnya dalam kerja sama tim, serta lebih
menonjolkan perasaan kepemilikan dan tanggungjawab pribadi.
2)
Melakukan apa yang mereka
katakan akan dilakukan.
3)
Menepati janji dan melaksanakan
komitmen mereka.
4)
Memastikan tindakan-tindakan
mereka konsisten dengan keinginan komunitas yang dipimpinnya.
5)
Memiliki gagasan yang jelas
mengenai apa yang orang lain nilai dan apa yang bisa mereka lakukan.
6)
Percaya pada nilai yang melekat
pada diri orang lain.
7)
Mengakui kesalahan. Mereka
menyadari bahwa mencoba untuk menyembunyikan kesalahan adalah merusak dan
mengikis kredibilitas.
8)
Menciptakan iklim saling
percaya dan terbuka.
9)
Membantu orang lain untuk bisa
sukses dan merasa diberdayakan.
10)
Mendorong anggota untuk berbuat
lebih banyak.
11)
Pemimpin menunjukkan anggota
mereka tidak hanya sebagai boneka atau pengambil keputusan. Anggota lebih
menghormati pemimpin ketika mereka menunjukkan keinginan untuk bekerja bersama
mereka.
12)
Menghindari ungkapan yang menimbulkan
kebencian, keengganan, dan resistensi.[49]
3.
Pemimpin yang Transformatif.
Istilah transformasional dari kata to transform,
yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang
berbeda. Misalnya mentransformasikan visi menjadi realita. Kepemimpinan transformatif hadir menjawab
tantangan zaman yang penuh dengan perubahan. Dalam terminologi motivasi Maslow,
manusia di era ini adalah manusia yang memiliki keinginan mengaktualisasikan
dirinya, yang berimplikasi pada bentuk pelayanan dan penghargaan terhadap
manusia itu sendiri.
Pemimpin transformasional
yaitu pemimpin yang selalu menunjukkan kepada proses pembangunan komitmen
terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada pengikut untuk
mencapai sasaran tersebut. Beberapa teori kepemimpinan transformasional
mempelajari juga bagaimana para pemimpin mengubah dan membangun budaya
organisasi agar lebih konsisten unutk mencapai sasaran organisasional
Dalam definisi lain tentang kepemimpinan tarnsformasioanal,
adalah tipe pemimpin yang mengilhami pengikut-pengikut untuk mengatasi
kepentingan-kepentingan diri mereka demi kebaikan organisasi dan mampu
menimbulkan efek yang mendalam dan luar biasa terhadap pengikut-pengikutnya.[50] Kepemimpinan transformatif atau
transformasional tidak saja didasarkan pada kebutuhan akan penghargaan diri,
tetapi menumbuhkan kesadaran pada pemimpin untuk berbuat yang terbaik sesuai
dengan kajian perkembangan manajemen dan kepemimpinan yang memandang manusia,
kinerja, dan pertumbuhan organisasi adalah sisi yang saling berpengaruh.
Pemimpin transformatif adalah pemimpin yang memiliki pandangan jauh ke depan
dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tapi
di masa datang. Oleh karena itu, pemimpin transformatif adalah pemimpin yang
dapat dikataan sebagai pemimpin yang visioner.[51]
Konsep awal pemimpin transformatif ini
dikemukakan oleh Burn yang menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional
adalah sebuah proses dimana pemimpin dan para bawahannya berusaha untuk
mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi.[52].
Seorang pemimpin dikatakan transformatif diukur dari tingkat kepercayaan,
kepatuhan, kekaguman, kesetiaan, dan rasa hormat para pengikutnya. Para
pengikut pemimpin transformatif selalu termotivasi untuk melakukan hal yang
lebih baik lagi untuk mencapai sasaran organisasi.
Diahir makalah ini, kami menyimpulkan bahwa sosok
pemimpin yang diharapkan diabad dua puluh satu ini adalah pemimpin yang
berperinsip menurut reinhartz dan beach (2004) sebagai berikut:
a)
Kepemimpinan yang dapat
dipercaya (credible)
b)
Kepemimpinan harus menggunakan
kebenaran
c)
Kepemimpinan harus menggunakan pengethuan
nilai inti bersama
d)
Kepemimpinan harus mendengarkan
seluruh suara guru, siswa, staf, orang tua, dan lain-lain
e)
Kepemimpinan harus meghasilkan
visi yang baik
f)
Kepemimpinan harus berdasarkan
data yang benar
g)
Kepemimpinan harus berjalan
dengan introsfeksi dan refleksi
h)
Kepemimpinan harus
memberdayakan dirinya sendiri dan orang lain, serta melibatkan orang lain dalam
informasi dan pengambilan keputusan.
i)
Kepemimpinan melibatkan
pengidentifikasian dan perlakuan terhadap hambatan-hambatan personal dan
organisasional untuk berubah.[53]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1)
Kepemimpinan
adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja
sama (mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk
memperoleh konsensus anggota organissasi untuk melakukan tugas manajemen agar
tujuan organisasi tercapai.Pemimpin adalah orang yang dianut oleh orang-orang
lain dalammencapai tujuan bersama.
2)
Pada
suatu proses kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin mengaplikasikan suatu
gaya kepemimpinan tertentu, antara lain gaya task orientation (kepemimpinan yang beroreantasi tugas), relationship
orientation (kepemimpinan berorentasi hubungan kerja) dan effectives
orientation (kepemimpinan yang berorientasi hasil yang efektif).
3)
Sosok seorang pemimpin yang ideal yang diharpkan
adalah sosok yang memiliki sifat dan karakter karismatik, transformatif dan efektif.
Kami menyimpulkan bahwa sosok pemimpin yang
diharapkan diabad dua puluh satu ini adalah pemimpin yang berperinsip menurut
Reinhartz dan beach (2004) sebagai berikut:
a)
Kepemimpinan yang dapat
dipercaya (credible)
b)
Kepemimpinan harus menggunakan
kebenaran
c)
Kepemimpinan harus menggunakan
pengethuan nilai inti bersama
d)
Kepemimpinan harus mendengarkan
seluruh suara guru, siswa, staf, orang tua, dan lain-lain
e)
Kepemimpinan harus meghasilkan visi
yang baik
f)
Kepemimpinan harus berdasarkan
data yang benar
g)
Kepemimpinan harus berjalan
dengan introsfeksi dan refleksi
h)
Kepemimpinan harus
memberdayakan dirinya sendiri dan orang lain, serta melibatkan orang lain dalam
informasi dan pengambilan keputusan.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Sofyan, Islam on Leadershif, Jakarta: Lintas
Pustaka, 2006.
Amrullah & Haris Budianto, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2004.
Badeni, Kepemimpinan & Perilaku
Organisasi,Bandung: Alfabeta, 2013.
Baharudin dan Umiarso, Kepemimpinan
Pendidikan Islam; Antara Teori dan Praktik Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Busro Lembari, Dirawat & Suekarto Indra
Fachurdi, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,
1983.
Dubrin, Andrew J, The Complate Ideal’s
Guides: Leadership, Edisi Kedua, Jakarta: Prenda, 2006.
Edi Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009.
FatahYasin, Ahmad, Pengembangan Sumber Daya
Manusia di Lembaga Pendidikan Islam, Malang: UIN-Malang Press, 2012.
G. E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam,
terj, iilyas Hasan, Bandung: Mizan, 1980.
Handoko, T. Hani, MANAJEMEN Edisi Kedua,
Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2009.
Hidayat, Kamaruddin & Ahmad Gaus A.F, ISLAM,
NEGARA & CIVIL SOCIETY, Gerakandan Pemikiran Islam Kontemporer, Jakarta:
Pramadina, 2005.
Kartodirja, Sartono, Kepemimpinan Dalam Dimensi Sosial, Jakarta: LP3ES, 1984.
Khaladun, Ibn, Mukaddimah, Terj Ahmadie
Thoha, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011.
Komariah, Aan, Visionary Leadership, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
M. Tuwah, dkk, Islam Humanis, Jakarta:
PT Moyo Segoro Agung, 2002.
Martin, Rodrik, Sosiologi Kekuasaan, Terjemah, Herjoediono, Jakarta: Rajawali
Press, 1990.
Mawardi, Al-Akhkam Al-Sulthaniyyah,
Beriut: Dar Al-Fikr, 1960.
Meldona, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perspektif Integratif, Malang: UIN Maliki Press, 2009.
Moh. Haitami Salim & Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan,
Jakarta: CV Haji Masagung, 1998.
Noor, Ismail, Manajemen Kepemimpinan
Muhammad SAW, :Mencontoh Teladan Kepemimpinan Rasul Untuk Kesempurnaan
Manajemen Modern, Bandung:
Mizan, 2011.
Notosusasnto, Nugroho, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengantar), Jakarta:
Inti Idayu Press, 1984.
Permadi, Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam
Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Raziq, Ali Abdul, Khaifah dan Pemerintahan dalam Islam, Bandung: Pustaka, 1985.
Rivai,Veithzal & Arviyan
Arifin, Islamic Leadership;
Membangun Super Leadership Melalui Spiritual, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Rivi, Veithzal & Dedy Mulyadi, Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi Edisi 3, Jakarta: PT Raja Wali Press, 2010.
Robbin, Stephen P., Manajemen Edisi keenam Jilid 2, Alih Bahasa: T.
Hermaya, Jakarta: PT
Prenhallindo, 1999.
Said, M. Mas’ud, KEPEMIMPINAN, Pengembangan
Organisasi Team Building dan Perilaku Organisasi, Malang: UIN Maliki Press,
2010.
Sutarto, Dasar-Dasar
Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989.
Sutarto, Dasar-Dasar Kepemimpinan
Organisasi, Yogyakarta: Madauniversity Press, 1995.
Syakir Kartajaya, Muhammad, dkk, Syariah
Marketing, Bandung: Mizan, 2006.
Tim, Ensiklopedi Indonesia, Edisi Khusus, Jakarta:
PT. Ichtiar Baru Van Hoeven, 1990.
Ukas, Maman, Manajemen
Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, Bandung: Ossa Promo, 1999.
Usman, Husaini, Manajemen Teori,
Praktek, dan Riset Pendidikan Edisi 4, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Yani Anshori, Ahmad, Menuju Khilafah
Islamiyah; Perjalanan Ikhwanul Muslimin, (Yogyakarta: Siyasat Press, 2008.
Yukl, Gary, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Leadership in Organization), Edisi
Bahasa Indonesia, Jakarta: Universitas Katholik Indonesia, 1994.
_________, Kepemimpinan
Dalam Organisasi, Leadership In Organisation, Alih Bahasa : Budi Supriyanto, Edisi Kelima, Jakarta : PT. Indeks, 2009.
[1] Q.S Al-Baqaroh
[2]: 30
[2]Ismail Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad SAW, :Mencontoh Teladan
Kepemimpinan Rasul Untuk Kesempurnaan Manajemen Modern, (Bandung: Mizan,
2011), hlm. 19.
[3]G. E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, terj, iilyas Hasan, (Bandung:
Mizan, 1980), hlm. 23.
[4]Kamaruddin Hidayat & Ahmad Gaus A.F, ISLAM, NEGARA & CIVIL
SOCIETY, Gerakandan Pemikiran Islam Kontemporer, (Jakarta: Pramadina, 2005),
hlm. 72.
[5]Husaini, Usman, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan Edisi 4,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 308.
[6] Baharudin dan
Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam;
Antara Teori dan Praktik ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm. 47.
[7] Ahmad FatahYasin, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga Pendidikan
Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2012), hlm. 24.
[8] Meldona, Manajemen Sumber Daya Manusia Perspektif Integratif,
(Malang: UIN Maliki Press,2009), hlm. 1.
[10] Dirawat Busro Lembari, Suekarto Indra Fachurdi, Pengantar Kepemimpinan
Pendidikan, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 23.
[11] Andrew J Dubrin, The Complate Ideal’s Guides: Leadership, Edisi Kedua, (Jakarta: Prenda, 2006), hlm. 4.
[16] Edi Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2009), hlm. 213.
[17]Sutarto, Dasar-Dasar
Kepemimpinan Administrasi, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1989), hlm. 5
[18] Sutarto, Dasar-Dasar Kepemimpinan Organisasi, (Yogyakarta:
Madauniversity Press, 1995), hlm. 414
[19]T. Hani Handoko, MANAJEMEN Edisi
Kedua, (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2009), hlm. 294
[23]Badeni, Kepemimpinan & Perilaku Organisasi, ( Bandung: Alfabeta,
2013), hlm. 145.
[26] Ibid, lihat pula Ahmad Yani Anshori, Menuju
Khilafah Islamiyah; Perjalanan Ikhwanul Muslimin, (Yogyakarta: Siyasat
Press, 2008), hlm. 57.
[27]Hendro Darmawan, Op Cit, hlm.
299.
[28]Ali Abdul Raziq, Khaifah dan
Pemerintahan dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1985), hlm. 4.
[31] Q. S. Al-An’am, [6]: 165.
[32] Moh. Haitami Salim & Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm.98.
[33]Veithzal Rivai & Arviyan Arifin, Islamic
Leadership; Membangun Super Leadership Melalui Spiritual, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hlm. 136.
[36]Permadi, Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Manajemen, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 65.
[38] M. Mas’ud Said, KEPEMIMPINAN, Pengembangan Organisasi Team Building dan
Perilaku Organisasi, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 258
[39] Veithzal Rivi & Dedy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi
Edisi 3, (Jakarta: PT Raja Wali Press, 2010), hlm. 43.
[40]Baharudin dan
Umiarso, Op Cit ,hlm. 53
[44]Nugroho Notosusasnto, Masalah
Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengantar), (Jakarta: Inti Idayu
Press, 1984), hlm. 150.
[45]Rodrik Martin, Sosiologi Kekuasaan,
Terjemah, Herjoediono, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), hlm. 147.
[46]Sartono Kartodirja, Kepemimpinan
Dalam Dimensi Sosial, (Jakarta: LP3ES, 1984), hlm. 167.
[49] Tim, Ensiklopedi Indonesia, Edisi Khusus, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeven, 1990), hlm. 883.
[50] Stephen P.
Robbin, Manajemen Edisi keenam Jilid 2, Alih Bahasa: T. Hermaya,
(Jakarta: PT Prenhallindo, 1999 ), hlm.508.
[52] Gary Yukl, Kepemimpinan dalam
Organisasi, (Leadership in Organization), Edisi Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Universitas Katholik Indonesia, 1994), hlm. 29.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar