Minggu, 15 Juni 2014

DONGENG KENANGAN AYAH PENUH HIKMAH



A.BALANG KESIMBAR
Di zaman dahulu disebuah desa hiduplah seorang nenek tua bersama cucunya semata wayang yang sudah lama ditinggal mati sang ibu, mereka menghabiskan sisa hidupnya dengan hanya jadi tukang kuli ditetangganya, pada suatu hari sang raja mengadakan pesta besar-besaran pesta untuk hitanan putra mahkota dan diadakan diistana raja  yang bdimeriahkan dengan sandiwara, raja memerintahkan untuk mengumumkan pesta itu ke seluruh wilayahnya, singkat cerita,,, waktu pesta pun tiba, warga pun berdatangan  warga yang mau menonton harus bayar kalau tidak maka tidak diizinin untuk masuk, satu persatu warga masuk menyaksikan sandiwara yang diadakan dalam istana, hingga balang kesimbar pun datang kepesta namaun ia tak punya uang karcis, ia mau masuk namaun penjaga tak mengiziankannya, karna tidak punya uang bayar karcis, dia disuruh pulang, berkali-kali ingin masuk namun tetap dihalau penjaga pintu, balang kesimbar ingin melihat dari jendela, jendelapun ditutup.
acara makin seru, sementara balang kesimbar pingin sekali menyaksikan tontonan namun pintu sudah ditutup ia pun berpikir sejenak sebelum pulang. Ia membuat patung macan  dengan tujuh mata dan diletakkan persis depan pintu masuk, balang kesimbarpun pulang dengan penuh rasa sedih karna tak dapat menyaksiakan sandiwara, acarapun selesai warga satu persatu keluar, begitu pintu dibuka warga yang melihat patung itu terkejut dan teriak ada yang lihat langsung pingsan karna melihat seekor macan  depan pintu, wargapun panik ketakutan, sang raja langsung memerintahkan untuk menagkap macan  itu, namun setelah lama-kelamaan warga tau kalau itu patung macan  bukan asli, sang raja langsung mencari siapa yang membuat patung itu dan meletakkannya didepan pintu, penjaga pun tak luput dari pertanyaan raja siap yang membuat patung itu. Penjaga menjawab “ada satu anak muda yang tak punya uang dan tidak bisa masuk” raja pun memerintahkan untuk mencari anak itu dan menagkapnya, balang kesimbar pun ditemukan dan ditangkap dan dibawa ke hadapan raja. Balang kesimbar di introgasi raja raja bertanya “siapa yang membuat patung macan  dengan tujuh mata itu? Balang kesimbar menjawab dengan nada rendah “hamba paduka” hamba membuat patung karna tidak diberi masuk padahal hamba ingin sekali menonton” raja berkata kamu tau apa hukuman yang setimpal ? hamba siap dihukum paduka, timpal balang kesimbar, raja pun menyuruh balang kesimbar untuk mencari macan  tujuh mata yang digambarnya itu, balang kesimbar menangis terisak-isak membayangkan kemana ia harus mencari dan kalaupun mencari ia harus meninggalkan neneknya yang udah tua renta tanpa ada yang merawatnya. Ia pun terdiam membisu merembahkan raga dihadapan raja smbil menagangkat kepala balang kesimbar menyanggupi hukuman raja ia pamit pulang pada raja dengan sedih yang luar biasa sambil menangis. Sesampai dirumah neneknya, Ia pun memeluk erat-erat neneknya karna ia sadar kalau itu pertemuan terahir dan tidak tau seberapa lama ia berpisah dengan neneknya, neneknya pun betanya “ ada apa cucuku,, ada apa ? balang kesimbar mendudukkan neneknya sambil pelan-pelan ia tenangkan diri agar neneknya tak kaget,, nek,, aku sayang, kangen ma nenek, begini nek balang kesimbar mengatur kata-kata agar neneknya ndk sedih “saya diperintahkan raja untuk mencari macan  tujuh matanya sebagai  tunggangan anak raja, neneknya pun tersenyum karna cucunya dapat perintah dari raja ia merestui cucunya meninggalkan dirinya walau ia harus sendiri,
Pada mlam hari neneknya membuatkan cucunya tipat sama saur kelapa cicampur dengan beras yang digoreng (moto siong, gule kelape) sebagai bekal cucunya dalam perjalanan mencari macan  yang dimaksud. Neneknya berpesan cucuku kamu harus mencari ke arah barat dimana matahari terbenam, malam itu ia habiskan dengan canda tawa ma neneknya sambil mengemas perbekalan, ia tak ingin neneknya sedih ditinggal. Namun sang nenek menyemangatinya sambil berdo’a ia pasti dapat macan  yang dicari itu. Pagi pun tiba ia harus pergi. Balang kesimbar pamitan pada neneknya sambil mencium tangan dan kening neneknya iapun berjalan ke arah barat sebagaimana yang diperintahkan neneknya, air mata balang kesimbar pun tak dapat terbendung menetes membasahi pipinya, ia berjalan meninggalkan neneknya yang selama ini memebesarkannya. Balang kesimbar berjalan sendiri dengan berjalan kaki naik gunung turun gunung dilaluinya, siang malam ia terus berjalan tak peduli apa yang terjadi pada dirinya setelah itu, ia bertekad sebelum mendapatkan macan  ia tak akan pulang, ahirnya ia pun sampai pada sebuah lembah yang sangat luas dan hijau. Dia makin dekat dengan lembah ternyata lembah itu dipenuhi oleh ular yang sangat banyak dan besar-besar. Ia kebingungan kemana jalan melewatinya dan bagaimana ia harus menghindari sekumpulan ular itu karna ia sudah dilihat oleh ular-ular itu. Raja ular itupun berkata “ haaha.. ha ada makanan kita hari ini ada anak manusia, balang kesimbar tenngkan diri ia berkata wahai raja ular kasihi aku, aku disuruh sang raja ku untuk mencari macan  tujuh matanya, ahh anak manusia ini bohong,, timpal raja ular, tolonglah kasih aku lewat, balang kesimbar menawarkan makanan pada sang raja ular berupa topt dan  mengeluarkan moto siong tadi dan menaburkannya kesekeliling ular-ular itu, singkat cerita ular-ular itu pun memakan moto-moto tadi dan memberikan jalan lewat kepada balng kesimbar. Balang kesimbar pun selamat dan melanjutkan perjalanan ke arah barat turun gunung naik bukit masuk hutan keluar hutan balang kesimbar tak menrasa menyerah ia yakin pasti ia akan menemukan apa ang ia cari. Ahirnya ia pun ketemu lagi dengan sebuah lembah yang sangat luas dan dipenuhi oleh kelabang dan kalajengking yang angat besar-besar, balang kesimbar mendekati lembah itu, begitu dilihat oleh kerumunan kelabang raja kelabang berkata ‘ hari ini kita kedatangan makanan yang sangat lezat, balang kesimbar ketakutan namun ia menenagkan diri dan merayu raja kelabang tadi dengan menceritakan tugasnya raja kelabang itupun mera kasihan dan menyuruh anak buahnya menyingkir, balang kesimbarpun menaburkan moto siong tadi kepada kerumunan kelabang dan kalajengking. Ia selamt dan melanjutkan perjalanan menuju barat, sekian lama balang kesimbar berjlan memasuki hutan dan bukit ia pun kehabisan tenaga dan istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. 
Namun ia dikejutkan didepannya terdapat anak gunung yang hitam dan tak ditumbuhi kayu dan berbau, pada hal di tengah-tengah hutan. Balang kesimbar  mendekat dan ternyata itu bukan anak gunung akan tetapi, kototan raksasa yang sangat besar, balng kesimbar ketakutan dan segera melanjutkan perjalanan ternyata ia mendapatkan sebuah rumah dan dihuni oleh seorang putri yang sangat cantik jelita, sedang duduk dibawah sepohon kayu, balang kesimbarpun diam-diam mendekat dan rasa takutnya hilang. Balang kesimbar maikin mendekat dan naik keatas pohon pas dimana sang putri duduk, balang kesimbar pun dengan penuh tanya dan memetik bunga pohon yang bewarna me hitam dan menjatuhkan pas didepan putri, sang putri pun memungutnya, balang keskimbar memetik bunga yang berwarna merah dan menjatuhkannya, putri itupun memungutnya, balang kesimbar memetik bunga yang berwarna kuning dan menjatuhkannya ke depan putri, putri pun memungutnya, putripun belum menoleh keatas, balang ksimbar memetik bunga ang berwarna putih dan menjatuhkannya, putripun mengumpulkannya, putri pun heran ada empat macam bunga yang berbeda jatuh kedepannya, ahirnya ia menengok ke atas ternyata ada pemuda yang menjatuhkannya, putri pun menyuruh untuk turun karna takut kalau ia diketahui oleh  kakeknya pasti ai akan dimakan hidup-hidup. Balang kesimbar ahirnya turun dan segera memperkenalkan dirinya dan apa yang selama ini ia cari. Ahirnya sang putri menyuruh menginap dirumahnya dan siap untuk membantu mencari macan  tujuh mata. Balang kesimbar berbincang-bincang bersama putri tadi ahirnya haripun makin sore tiba-tiba terdengar ringan rantai yang menumpuk depan rumah, putri pun menyembunyikan balang kesimbar dalam sebuah gerapah terbuat dari tanah (bong), ternyata suara itu adalah rantai kakek dari putri tadi yang tak lain adalah raksasa yang sangat besar dan memiliki kotoran kayak anak gunung tadi, raksasa yang besar itu rupanya baru pulang begitu turun dan sampai rumah raksasa itu pun mencium bau anak manusia, sambil mengaung “ ambunn uong” ambunn uong,,,” putrinya menjawab “bukaan itu bau ku yang dulu” raksasa itu tidak percaya segera masuk rumah dan mencari dalam rumah raksasa itu tak menemukan apa-apa. Raksasa itu pun diam dan segera minta pada putrinya untuk disediakan makanan. Setelah makan yang menghabiskan se ekor kerbau ia pun pergi lagi terbang ring-ring kata rantainya, begitu raksasa itu pergi, putri pun mengeluarkan balang kesimbar dan mengajaknya untuk bincang-bincang menghabiskan hari-harinya karna sudah lama tak yang temani, ahirnya putri itu jatuh cinta dan iapun siap membantu balang kesimbar, keesokan harinya lagi kakekna pun pulang putri segera menyembunyikan balang kesimbar pada gerapah, kakaeknya dari kejauhan sudah mengaung mencium bau balang kesimbar seperti biasa ia berkata “bau anak manusia” bau anak manusia,,, putrinya menyahut tidak itu bau saya yang dahulu raksasa masuk rumah dan mencari sekitar rumh iapun tidak mendapatkan apa-apa, raksasa itu pun diam, sang putri mendekati kakeknya ia minta kakeknya mencarikan se ekor macan  tujuh matanya sebagai temen bermain dirumah karna kakeknya setiap hari pergi. Kakeknya pun menyetujui dan segera pergi mencari, kakaeknya terbang kearah timur seharian mencari namun tidak menemukannya raksasa itu pun pulang. Besok harinya lagi ai terbang mencari kearah timur lagi. Ahirnya singkt cerita ia menemukan sekumpulan macan  yang sangat luas.
 Raksasa itu pun melihat-lihat dari atas setelah lama mencari ahirnya ia melihat macan  yang dicari itu ada dan segera ia turun dan menangkapnya namun iapun dapat perlawanan dari macan  itu setelah lam bergulat macan  itu kalah dan segera raksasa itu mengikatnya dengan rantai setelah selesai raksasa itupun terbang membawa macan  tadi, raksasa itu terbang tinggi keangkasa dan menuju rumahnya, ahirnya sampai diatas rumah raksasa itu turun dan segera mengikat macan  itu di pohon dimana sang putri biasa duduk sendiri, raksasa itu langsung memanggil putrinya dan menunjukkan asil buruannya itu, girang sang cucu tak tertahan ia langsung memeluk kakeknya. Sang kakek yang leleh hilang melihat cucunya memeluknya, tapi sang putri tau kalau kakeknya bakal ia tinggalkan ia minta yang keduakalinya lagi. Putri itu minta perhiasan emas yang banyak, kakaeknya pun menyanggupi permintaan cucunya, ke esokan harinya ia pun terbang mencari perhiasanke arah barat, begitu kakeknya melesat, putri pun mengeluarkan balang kesimbar dan mengajaknya untuk pulang dengan menunggang macan  tujuh mata itu sebagai kendaraan. Konon ceritanya macan  itupun bisa terbang. Balang kesimbar dan putri raksasa pun menaiki macan itu dan terbang, macan itu terbang menancap keatas dan tebang kearah timur, putri itupun membawa bunga empat warna tadi jadi senjata melawan kakeknya bila mengejarnya. 
kakeknya pun pulang dan ternyata setelah turun depan rumah cucunya sudah tidak ada dipanggil-panggil taka ada ia cari seluruh tamn tak ada, iapun menoleh ke atas ternyata ia terbang dibawa macan, segera ia terbang mengejar cucunya tapi begitu hampir mendekat dengan macan itu putrinya melemparkan bunga yang berwarna putih, begitu melempar bunga itu berubah jadi awan yang tebal sehingga menghalangi pengelihatan kakeknya, kakeknya pun terjatuh, begitu melihat kakeknya terbang mengejar lagi begitu dekat putri melempar kakeknya dengan bunga yang hitam sepontan bunga itu jadi hujan yang lebat, kakeknya pun tak bisa terbang karna terhalang hujan yang membasahi sekujur tubuhnya ia pun jatuh lagi  setelah kering raksasa itu lagi terbang mengerajar cucunya, tapi lagi-lagi begitu mendekat kira kira lagi seratus meter ia lemparkan bunga yang warnanya kuning. Begitu dilemparkan bunga itu berubah jadi api, raksasa itu pun terbakar dan mati, balang kesimbar dan putri pun selamat dan sampai rumah kampung balang kesimabar. 
Balang kesimbar turun dan segera menemui neneknya, ternyata neneknya sudah meninggal. Balang kesimbar pun sedih dan putri raksasa itu pun dia nikahi jadilah mereka susmi istri. 
Setelah sehari balang kesimabar menyerahkan macan tujuh matanya itu pada raja, begitu menyerahkan macan itu, balang kesimbar bebas dari hukuman dan pulang, balang kesimbarpun hidup bersama istri tercintanya.
Tamat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar