Minggu, 15 Juni 2014

Dongeng AYAH



A.    TEGODEK-GODEK KANCE TETUNTEL-TUNTEL 
Zaman dahulu semasih semua binatang bisa berbicara, hiduplah sepasang teman yang  setia makan bersama tidurpun kadang-kadang berdua sering saling mewngunjungi saking akarabnya.  Pada satu hari tetuntel-tuntel sama tegodek-godek  mandi hujan bersama, kebetulan tetuntel-tuntel melihat sebatang pohon pisang yang dibawa arus sungai tetuntel pun tak melewati kesempatan itu , ia segera melompat mengambil pohon pisang yang terseret air tadi dan membawanya kedarat, setelah sampi darat tetuntel-tuntel mau menanamnya, namun tegodek-godek minta supaya dibagi  tidak mau menanam secara bersama. Ahirnya sebagi sahabat setia tetuntel-tuntel  mau membaginya, tapi tetuntel-tuntel bingung bagaimana membagi sebatang pohon jadi dua, ahirnya tegodek-godek memotong pohon pisang jadi dua, ada yang dapat batang bawah (bagian akar ) ada yang dapat batang atas ( bagian pucuk ). Yang memilih duluan adalah tegodek-godek  ia memilih bagian atasnya, karna beranggapan biar mudah berbuah. Setelah selesai mereka pun pulang dengan masing-masing membawa bagian tetuntel-tuntel menanam di kebunnya, sedang tegodek-godek  menanam diatas pohon dengan menggantungnya tegodek-godek beranggapan tidak ada yang ganggu serta aman. Setiap hari mereka saling tanya tentang tanamannya, pada bulan pertama tegodek-godek silaturrahim menyambangi rumah tetuntel-tuntel, pisang tetuntel-tuntel makin tumbuh dan besar, sedangkan pisang tegodek-godek kering dan mati, namun ia menyembunyikannya dari tetuntel-tuntel. Kalau dia ditanya tentang pisangnya ia jawab seger dan tumbuh bahkan ia bilang sudah berbuah, jarak tiga bulan kemudian pisang tetuntel-tuntel berbuah dan pada waktunya buahnya pun matang. Dan kebetulan tegodek-godek menyambangi tetuntel-tuntel. Pas ketika itu tetuntel-tuntel mau menyambangi buah pisangnya yang sudah matang. Dan mengajak tegodek-godek, sesudah samapi kebun tetuntel-tuntel sangat riang sekali karena semau pisangnya matang semua. Tapi tetuntel-tuntel bingung bagaimana cara memetik pisangnya yang sudah matang itu, namun tegodek-godek dengan kepiwaiannya menawarkan diri untuk naik memetikkan tetuntel-tuntel, tetuntel-tuntel pun menyetujuinya segera tegodek-godek naik dan memetik pisang yang sudah matang itu, namun sayang akal nakal tegodek-godek timbul ia memetik pisang dan memakannya sendiri, tampa menghiraukan tetuntel-tuntel yang memiliki pohon pisang itu, tetuntel-tuntel minta dengan berkata “  maeh tegodek-godek teriang te sekek ”  tegdek-dodek menimpali “ adeng juluk ndek man keuan rasene”  sampai-sampai tetuntel-tuntel serak minta dijatuhkan sebiji buah pisang namun tegodek-godek tak menggubrisnya sampai habis buah pisang itu dimakan sendiri diatas pohon, tetuntel-tuntel pun kesal dan mengambil pakaian tegodek-godek lari menyembunyikannya di bawah sebilah tempurung kelapa. Tegodek-godek pun turun dan mencari tetuntel-tuntel yang membawa lari pakaiannya. Tegodek-godek mencari dimana tetuntel-tuntel sembunyi sambil memanggil “tetuntel-tuntel mbe kelambingku, teuntel-tuntel tang kelambingku ne puntik mek” namun tetuntel-tuntel tak menyahut sedikitpun, diam seribu bahasa karena kecewa sama tegodek-godek yang menghabiskan buah pisangnya, tanpa memberikan sebiji pun pada tetuntel-tuntel yang menanam dan memelihara. Seharian tegodek-godek mencari dimana tetuntel-tuntel sembunyi, sementara tetuntel-tuntel menimpali tegodek-godek dengan isarat “tuntel-tuntel” jadilah bahasa tetuntel-tuntel itu sebagai sebutan namanya tuntel, tuntel sejenis kodok namun suaranya lebih lembut dan tinggal ditempurung-tempurung kelapa atau sejeninya sampai sekarang, sementara tegodek-godek telanjang karena tak menemukan dimana pakaiannya disembunyikan sampai sekarang, sebenarnya dari kisah binatang ini memberikan pelajaran penting kepada kita, bahwa sangat penting bagi kita saling menghargai satu sama lainnya, menjaga perasaan orang lain tak boleh serakah, mengambil hak orang lain. SEKIAN
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar