A.
TEGODEK-GODEK KANCE TETUNTEL-TUNTEL
Zaman dahulu semasih semua binatang bisa berbicara, hiduplah
sepasang teman yang setia makan bersama
tidurpun kadang-kadang berdua sering saling mewngunjungi saking akarabnya. Pada satu hari tetuntel-tuntel sama
tegodek-godek mandi hujan bersama,
kebetulan tetuntel-tuntel melihat sebatang pohon pisang yang dibawa arus sungai
tetuntel pun tak melewati kesempatan itu , ia segera melompat mengambil pohon
pisang yang terseret air tadi dan membawanya kedarat, setelah sampi darat
tetuntel-tuntel mau menanamnya, namun tegodek-godek minta supaya dibagi tidak mau menanam secara bersama. Ahirnya
sebagi sahabat setia tetuntel-tuntel mau
membaginya, tapi tetuntel-tuntel bingung bagaimana membagi sebatang pohon jadi
dua, ahirnya tegodek-godek memotong pohon pisang jadi dua, ada yang dapat
batang bawah (bagian akar ) ada yang dapat batang atas ( bagian pucuk ). Yang
memilih duluan adalah tegodek-godek ia
memilih bagian atasnya, karna beranggapan biar mudah berbuah. Setelah selesai
mereka pun pulang dengan masing-masing membawa bagian tetuntel-tuntel menanam
di kebunnya, sedang tegodek-godek
menanam diatas pohon dengan menggantungnya tegodek-godek beranggapan
tidak ada yang ganggu serta aman. Setiap hari mereka saling tanya tentang
tanamannya, pada bulan pertama tegodek-godek silaturrahim menyambangi rumah
tetuntel-tuntel, pisang tetuntel-tuntel makin tumbuh dan besar, sedangkan
pisang tegodek-godek kering dan mati, namun ia menyembunyikannya dari
tetuntel-tuntel. Kalau dia ditanya tentang pisangnya ia jawab seger dan tumbuh
bahkan ia bilang sudah berbuah, jarak tiga bulan kemudian pisang
tetuntel-tuntel berbuah dan pada waktunya buahnya pun matang. Dan kebetulan
tegodek-godek menyambangi tetuntel-tuntel. Pas ketika itu tetuntel-tuntel mau
menyambangi buah pisangnya yang sudah matang. Dan mengajak tegodek-godek,
sesudah samapi kebun tetuntel-tuntel sangat riang sekali karena semau pisangnya
matang semua. Tapi tetuntel-tuntel bingung bagaimana cara memetik pisangnya
yang sudah matang itu, namun tegodek-godek dengan kepiwaiannya menawarkan diri
untuk naik memetikkan tetuntel-tuntel, tetuntel-tuntel pun menyetujuinya segera
tegodek-godek naik dan memetik pisang yang sudah matang itu, namun sayang akal
nakal tegodek-godek timbul ia memetik pisang dan memakannya sendiri, tampa
menghiraukan tetuntel-tuntel yang memiliki pohon pisang itu, tetuntel-tuntel
minta dengan berkata “ maeh
tegodek-godek teriang te sekek ” tegdek-dodek
menimpali “ adeng juluk ndek man keuan rasene”
sampai-sampai tetuntel-tuntel serak minta dijatuhkan sebiji buah pisang
namun tegodek-godek tak menggubrisnya sampai habis buah pisang itu dimakan
sendiri diatas pohon, tetuntel-tuntel pun kesal dan mengambil pakaian
tegodek-godek lari menyembunyikannya di bawah sebilah tempurung kelapa.
Tegodek-godek pun turun dan mencari tetuntel-tuntel yang membawa lari pakaiannya.
Tegodek-godek mencari dimana tetuntel-tuntel sembunyi sambil memanggil
“tetuntel-tuntel mbe kelambingku, teuntel-tuntel tang kelambingku ne puntik
mek” namun tetuntel-tuntel tak menyahut sedikitpun, diam seribu bahasa karena
kecewa sama tegodek-godek yang menghabiskan buah pisangnya, tanpa memberikan
sebiji pun pada tetuntel-tuntel yang menanam dan memelihara. Seharian
tegodek-godek mencari dimana tetuntel-tuntel sembunyi, sementara
tetuntel-tuntel menimpali tegodek-godek dengan isarat “tuntel-tuntel” jadilah
bahasa tetuntel-tuntel itu sebagai sebutan namanya tuntel, tuntel sejenis kodok
namun suaranya lebih lembut dan tinggal ditempurung-tempurung kelapa atau
sejeninya sampai sekarang, sementara tegodek-godek telanjang karena tak
menemukan dimana pakaiannya disembunyikan sampai sekarang, sebenarnya dari
kisah binatang ini memberikan pelajaran penting kepada kita, bahwa sangat
penting bagi kita saling menghargai satu sama lainnya, menjaga perasaan orang
lain tak boleh serakah, mengambil hak orang lain. SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar