BAB II
PEMBAHASAN
A.
Gambaran Singkat Sejarah India.
Dalam sejarahnya,
india merupaka wilayah dengan berbagai macam kebudayaan yang berkesinambungan
selama 5000 Tahun. Kebudayaan dilembah Indus (3000 SM sd 1500 M) telah diikuti
dengan zaman Vedic, yang menggunakan bahasa sansekerta (1500 SM sd. 5000 SM).
Kerajaan pertama di
India, kerajaan Maurya, dimulai oleh Chandragupta Maurya (274-237 SM).
Kerajaan-kerajaan setelah raja Asoka dipimpin oleh raja-raja seperti Gupta,
Pratihara, Pala, Calukya, Chola, dan dinasti Pandya. Keaadan ini diikuti oelh
zaman kekuasaan Islam sekitar abad ke 9 M dan diikuti dengan kedatangan bangsa
Eropa, terutama bangsa Inggris, pada abad ke-17 M .
Pada tanggal 15
Agustus 1947, Inggris memberikan kemerdekaan kepada India. Pada tanggal 26
Januari 1950, India resmi menjadi republik India dengan presiden sebagai kepala
negara dan perdana mentri sebagai kepala pemerintahan. Usaha-usaha dan
aktivitas diplomatisnya, seperti Konferensi Asia-Afrika, Gerakan Non-Blok, dan
sebagainya menetapkan India sebagai salah satu negara terkemuka dalam dunia
ketiga.[1]
India adalah negara besar ke tujuh dan mempunyai
penduduk kedua terbanyak di dunia. India berada di Asia selatan dan dikelilingi
oleh Pakistan, Afganistan, Cina, Buthan, Myanmar, dan Bangladesh, Samudra
Hindia, Laut Arabia, dan Teluk Bengal sebagai batas lautnya. Daratan india
terbagi atas tiga macam daerah geografis: daerah pegunungan Himalaya, daratan
rendah yang dibentuk oleh sungai Indus-Gangga-Brahmaputra, dan disebelah
selatan terdapat semenanjung daratan tinggi Deccan.[2]
Iklim dan cuaca di India berbeda dari satu wilayah
dengan wilayah yang lain. Beberapa wilayah, termasuk daerah pesisir, mempeunyai
iklim dan cuaca yang seragam sepanjang tahun. Meskipun demikian, ada beberapa
wilayah di India yang mempunyai iklim dan cuaca yang nyaman, seperti kota-kota
diwilayah utara dan Bangalore di sebelah selatan. Selain daripada wilayah
tersebut, hampir semua daerah akan terasa sangat panas pada musim panas.
Secara umum, iklim dan cuaca di India bisa dibagi
sebagai berikut:
1.
Bulan Maret sampai
dengan Juni: Musim panas.
2.
Bulan Juni sampai
dengan Oktober: Musim penghujan.
3.
Bulan November sampai
dengan Februari: Musim dingin.
India Juga merupakan negara terbesar ketiga dalam
penyediaan seumberdaya manusia dalam bidang sains dan teknologi beberapa ilmuan
besar India telah berhasil mendapatkan penghargaan baik di dalam negeri maupun
di luar negeri.
India dibagi menjadi 27 negara bagian dan 7 wilayah
kesatuan. Negara-negara bagian tersebut mempunyai kekuasaan otonomi sendiri
yang cukup luas, sedangkan wilayah-wilayah kesatuan dipimpin langsung oleh
presiden melalui kepala pemerintahan yang ditunjuk.
Bahasa Hindi adalah bahasa resmi pemerintahan dan
Bahasa Inggris juga dipakai sebagai bahasa penghubung. Selain itu ada sekitar
16 bahasa lainnya selain Hindi dan Inggris yang ditetapkan di dalam
undang-undang sebagai bahasa resmi yang boleh dipakai dalam pelaksanaan
pemerintahan dinegara-negara bagian.
India adalah sebuah negara sekuler. Penganut agama
Hindu adalah kelompok terbesar yang diikuti oleh penganut agama Islam, Kristen,
Sikh, Budha, Jain, dan Parsi. Sebanyak 70 persen dari seluruh penduduk India
tinggal di daerah pedesaan dengan bergantung pada pertanian atau agrobisnis
kecil.
Masyarakat India pada umumnya ramah dan santai. Banyak
dari mereka yang berani memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum diminta
untuk bicara.[3]
B.
Asal Usul Islam di Anak Benua India.
Sejarah awal masuknya islam di anak benua india dapat di bagi
menjadi empat (4) periode yaitu, pada zaman Nabi Muhammad SAW, Pada Masa Dinasti Umayyah, Ghaznawi, dan Ghuri.[4]
1. Periode Nabi Muhammad SAW. (610 M),
Pedagang-Pedagang arab yang telah menganut agama islam sudah berhubungan
erat dengan dunia timur bangsa arab melalui pelabuhan-pelabuhan india, sehingga
mereka sambil berdagang juga berdakwah.
2. Pada Masa Dinasti
Muawiyyah.
Kontak awal orang-orang Arab dengan masyarakat India
sudah dilakukan sejak masa al Khulafā al Rasyidūn, yakni Khalifah Umar
bin Khatab.[5]
Pasukan perangnya di bawah panglima Abu al Mughira menyerang Sind melalui
laut namun gagal. Sedangkan panglimanya yang lain Abdullah bin Amr al
Rabbi, berhasil menguasai Kirman, Sizistan, dan Mekran. Pada masa khalifah
berikutnya, Usman bin Affan, telah diutus Hakim bin Jabalah untuk meninjau
India. Usaha yang sama diteruskan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan
mengirimkan al Harris bin Murrah. Inilah awal mula Islam menyebar ke India
melalui darat.[6]
Pendapat yang lain mengatakan Islam masuk
ke India pada masa Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah melalui
ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim.[7]
Peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India. Kedudukan Islam
di wilayah ini berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan serta mengislamkan
sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M. Setelah Gaznawi hancur muncullah
beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India, seperti Dinasti Mamluk,
Khalji, Tuglug, dan yang terakhir Dinasti Lodi yang didirikan
Bahlul Khan Lody.[8]
3.
Dinasti Ghazni.
Pada tahun 976-977 M. Penyerangan Mahmud dengan
gelar Mahmud Ghaznawi menyerang Lahore, Delhi, Ajmir, Qanaut, Kalinjar, Ujjain,
Nagarakot, Doab dan Gawaliur, yang semuanya dimenangkan sampai tahun 1025 M.[9]
4.
Dinasti Ghuri.
Pada tahun 1186
M. Alauddin Husaen ibn Husain merebut negeri Ghazanah yang sudah lemah dan di
pakainya gelar al-malik al mu’azzam (raja besar).
Hadirnya Kerajaan islam Mughal
membentuk sebuah peradaban baru di daerah tersebut dimana pada saat itu mengalami
kemunduran dan keterbelakangan. Kerajaan Mughal yang bercorak Islam mampu
membangkitkan semangat umat Islam di India.
C.
Asal Usul Terbentuknya Peradaban Islam di India.
Sumber asli yang menginformasikan sejarah peradaban islam
di india sangat banyak, namun semuanya
di tulis dengan bahasa arab dan persi diantaranya Tajjul Maatsir yang ditulis oleh Hasan Nizami tentang awal
kesultanan islam Delhi pada tahun 1191-1217 M. Dan Tarikh e Mubarrok Shahi yang ditulis oleh Yahya ibn Muhammad al-Sar
Hindi tentang sejarah kekuasaan islam di india sampai dinasti Sayyid,
Mazhabiyah Al Khadaroh Al Islamiyah oleh Muhsan Abdul Hamid, Tarikh Al
Falsafah Al Islamiyah yang di tulis oleh Mustofa Abdul Razak, dari
sumber-sumber inilah yang dapat digunakan untuk menelusuri peradaban islam di
anak benua india.
Dalam sejarah peradaban islam di india dapat
diketahui dengan berdirinya kerajaan islam di india setelah runtuhnya kerajaan Syafawi
di Ardabil yaitu kerajaan Mughal.[10]
Kerajaan mughal berdiri seper empat (1/4) abad setelah berdirinya kerajaan
syafawi, mughal adalah kerajaan islam termuda diantara tiga kerajaan lainya
seperti kerajaan Mamluk di Mesir, kerajaan Usmani dan kerajaan Syafawi.[11]
Berdirinya kerajaan Mughal adalah bukti
nyata kemajuan dan peradaban islam di benua india pada paroh abad ke 20, untuk
mengetahui peradaban islam, kultur politik, sosial budaya dan karaktristik
manajemen islam di benua india penyusun mengupas tentang kerajaan islam Muhgal sebagai
tonggak peradaban islam di India.
1.
Kerajaan Islam Mughal.
Kerajaan
Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukota, didirikan oleh Zahirudin Babur
(1482-1530 M),[12]
salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana.
Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11
tahun, ia berambisi dan bertekat akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota
penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia mengalami kekalahan
tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil
menakukkan Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu
kota Afghanistan.[13]
1)
Zahiruddin Babur (1526-1530 M).
Setelah Kabul dapat di taklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India.
Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibukotanya Lahore. Setelah itu ia
memimpin tentaranya menuju Delhi.
Pada tanggal 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsat di
Panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu.
Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di
sana.[14]
Zahiruddin Babur adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan
islam Mughal, Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi
pemerintahan, Awal kepemimpinannya, Zahiruddin Babur masih menghadapi ancaman
pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya
Kerajaan Islam Mughal.
Raja-raja Hindu ini di seluruh India menyusun angkatan perang yang besar
untuk menyerang Babur, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran.
Sementara itu di Afganistan masih ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi
. mereka mengangkat adik kandung Ibrahim Lodi yaitu Mahmud Lodi menjadi sultan.
Tetapi, Sultan Mahmud Lodi dengan mudah di kalahkan Babur pada pertempuran di
dekat Gogra.
Babur dikenang dalam buku autobiografinya Babur
Namah, yang ditulis dalam bahasa Turki. Penaklukannya atas India dihubungkan
dengan istilah “monumen tengkorak”. Sehubungan dengan pembunuhan massal yang
tidak berguna. dalam dinasti ini nantinya muncul tokoh legendaris, yaitu Sultan
Akbar (1555-1605), yang dikenal sebagai tokoh pemersatu.
Babur was not
only a valiant soldier and capable general but also an accomplished writer and
a poet of merit. His memoirs are famous. Because of his preoccupations, some
entries are sketchy as if made in a diary, but in orther please the reader is
fully compensated by Babur's excellent pen-pictures of important
contemporaries.[15]
Pada tahun 1529 M. Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 M Babur
meninggal dunia. dalam usia 48
tahun setelah memerintah selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan
yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Hamayun.[16]
2)
Humayun (1530-1556 M).
Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya
yang benama Humayun. Humayun memerintah selama 10 tahun (1530-1556 M). Dia
adalah orang yang rendah hati, gagah berani, cerdas, dan cakap dalam hal
memerlukan energi besar , tetapi tidak dalam usaha keras yang terus menerus.
Dia tidak memiliki kebijaksanaan politik dan keterampilan diplomatik, begitu
pula tekad yang kuat dan keuletan seperti ayahnya.[17]
3)
Akbar (1556-1605)
Akbar pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial.
Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan kerajaan
islam Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Ketika menerima
tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan
pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi'ah. Di awal
masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher
Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam
kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai
Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan
menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan dahsyat
yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap,
kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.[18]
Akbar
diangkat menjadi raja dengan gelar Abu Fath Jalaluddin dan gelar yang paling
terkenal adalah Sultan Akbar Agung. Ia menjadi raja terbesar diantara raja-raja
Mughal di India. Kekuasaannya hampir seluruh wilayah anak benua India. Dalam
sejarah peradaban islam, Sultan Akbar Agung dikenal sebagai pribadi jenius, bijaksana
dan ahli perang.[19]
Di masa Akbar kerajaan tidak di jalankan dengan kekerasan, ia
banyak menyatu dengan rakyat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandang
sebagai orang lain dan dirinya pun dibuatnya menjadi orang Hindustan sejati.
Dalam urusan pemerintahan, dia menyusun pentadbiran secara teratur yang jarang,
administrator negara yang ulung dan juga dikenal sebagai tokoh perbandingan
agama.[20]
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang
sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran
Syi'ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di
Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi,
Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond,
Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa,
Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas
itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.[21]
Kepemimpinan Akbar dilanjutkan oleh Jihangir (1605-1627 M) yang
didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan
pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman
dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala
(1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta
penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya
yaitu Akbar.
4)
Jehangir (1605-1627 M)
Setelah Sultan Akbar wafat, ia digantikan oleh putranya Sultan
Salim.[22] Sultan Salim
yang digelari dengan Jehangir. Jehangir
yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan
gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan
aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan
Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta
penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya
yaitu Akbar.[23]
Menurut Abdul Karim, Jehangir dijuluki raja pelukis dari para
pelukis. Hal ini disebabkan karya-kara lukisannya yang bagus dan luar biasa.
5)
Syah Jahan (1628-1658 M)
Setelah Jehangir wafat, kerajaan diperebutkan oleh putranya, yaitu
Shah Jahan dan Asaf Khan. Perselisihan tersebut akhirnya dimenangkan oleh Sah
Jahan, yang digelari Muzaffar Shahabuddin Muhammad Sahib Qiran-e Sani Shah
Jahan Padsah Ghazi. Sementara saudaranya ditangkap, dipenjarakan dan matanya dibutakan.[24] Syah Jahan tampil
meggantikan Jehangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada
pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi
Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun
pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak
dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela
kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi
atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan
ini cukup menyulitkan, namun pada tahun 1631 M pemberontakan ini pun dipatahkan
dan Khan Jahan dihukum mati.[25]
Tahun 1632 M Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan
mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jahan meninggal dunia pada 1657 M,
setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara.
Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang
Dinasti Mughal berikutnya.[26]
Menurut M. Abdul Karim, Shah Jahan berhasil menaklukkan Gakond,
Bidar, dan Baijapur dengan bantuan anaknya Aurangzeb. Namun, kemudian terjadi
perselisihan antara putera Shah Jahan untuk menggantikan kedudukannya.
Aurangzeb dapat mengalakan saudaranya dan membujuk ayahnya supaya diizinkan
masuk istananya dengan membawa bala tentara serta berjanji tidak akan menggangu
kedudukan ayahnya. Ternyata, Aurangzeb mengingkari janjinya tersebut. Ia
memenjarakan ayahnya, sebagaimana Shah Jahan memenjarakan Jahangir.[27]
6)
Aurangzeb (1658-1707 M)
Ambisi Aurangzeb yang besar adalah memperluas wilayah kekuasaan
Mughal di Deccan, tempat dia pernah menjadi raja muda bagi ayahnya. Edward dan
Garret dengan tepat menyatakan, Dia (Aurangzeb) mengikuti kebijakan
imperialisme agresif yang diprakasai oleh Akbar pada abad ke-16 dan didorong
pula oleh para penggantinya, Jahangir dan Shah Jahan. Yang mana, akhirnya
Aurangzeb berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, yaitu wilayah yang
terbentang dari Kabul hingga Chittagong, dan dari Khasmir hingga Kaveri.[28]
Aurangzeb dinilai berhasil dalam menjalankan pemerintahan, dia
memberikan corak keislaman di tengah-tengah masyarakat Hindu. Aurangzeb
mengajak rakyatnya untuk masuk Islam, ia menyuruh arca-arca Hindu ditanam di
bawah jalan-jalan menuju mesjid agar orang Islam setiap harinya menginjak
arca-arca tersebut. Kebijakan Aurangzeb tersebut banyak menuai kritik dari
kalangan Hindu, diantanya adalah kerajaan Rajput yang semula mendukung kerajaan
Mughal kemudian menentangnya.[29]
Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah
sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja
sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal. Kerajaan
Mughal dan rajanya tidak lebih hanya sebagai simbol dan lambang belaka, bahkan
raja hanya diberi gaji oleh kolonial Inggris yang telah datang untuk biaya
hidup tinggal didalam istana.[30]
7)
Bahadur Syah (1707-1712 M )
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb putra tertua yang
bernama Muazzam. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra
Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus
dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar
adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh
Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri.[31]
Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan
kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak
terurus secara baik. akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan
loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat. [32]
8)
Syah Alam (1760-1806 M)
Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760-1806 M), Kerajaan Mughal
diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani.
Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan
Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai
sultan.
9)
Akbar II (1806-1837 M)
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi
kepada EIC untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan
oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin
penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya
pengaruh Inggris di India.
10)
Bahadur Syah (1837-1858 M)
Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi
perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik
antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Sultan Bahadur Syah pernah memimpin
pemberontakan melawan Inggris namun gagal. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan
Mughal ditangkap, disiksa, dan diusir dari istana ke Rangon (Myamar) pada tahun
1862 M. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India,
setelah berabad-abad lamanya mengalami kejayaan.[33]
D.
Sistem Politik Kerajaan Islam Mughal.
a. Bidang Pemerintahan dan Sosial-Politik
Sistem pemerintahan
kerajaan Mughal adalah militeristik. Pemerintah pusat dipimpin oleh raja.
Pemerintah daerah dipimpin kepala komandan (Sipah
Silar),[34]
sedangkan sub daerah dipimpin oleh faudjar
( komandan ).[35]
Jabatan-jabatan sipil juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya
diwajibkan mengikuti latihan kemiliteran. Sistem yang menonjol adalah politik Sulakhul (toleransi universal),[36] yaitu
semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan, karena perbedaan
etnis dan agama.
Sehingga masa
pemerintahannya cukup berhasil dan wilayah kekuasaannya pun semakin meluas
seperti Chundar, Ghond, Chitor, Kashmir, Bengal, Bihar, Gujarat, Orissa,
Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Selain itu terbentuk
landasan institusional dan landasan georafis bagi kekuatan imperiumnya,
pemerintahan mughal pada umumnya dijalankan oleh pembesar kalangan elit militer
dan politik sperti dari Iran, Turki, Afghan, dan Muslim asli India. Para
pejabat elit di organisasi sesuai dengan mansadar yang merupakan sebuah sistem
dimana masing-masing pejabat memilki dua kedudukan yaitu posisi hierarki dan
sawar yang menyatakan jumlah tentara yang harus dikerahan ke medan perang.[37]
b. Bidang Ekonomi dan Keuangan
Kemantapan stabilitas politik yang diterapkan oleh Akbar telah
membawa kemajuan di bidang lainnya. Seperti bidang ekonomi, kerajaan islam Mughal
dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Namun
yang menjadi tumpuan adalah sektor pertanian karena disektor ini hubungan
antara pemerintah dan petani di atur baik. Dimana terdapat deh yakni unit lahan pertanian kecil yang tergabung dalam pargana (desa). Komunitas petani
dipimpin oleh mukkadam. Melalui mukkadam inilah pemerintah berhubungan dengan
petani. Setiap petani bertanggung jawab untuk menyerahkan hasilnya, sehingga
mereka dilindungi dari kejahatan. Adapun hasil pertaniannya yaitu berupa biji-bijian,
kacang, tebu, sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas dan bahan-bahan celupan.[38]
Selain untuk kebutuhan dalam negri hasilnya di ekspor ke Eropa,
Arabia, dan Asia Tenggara. Bersama dengan hasil kerajinan seperti kain tenun,
kain tipis bahan Gordyin yang banyak di produksi di Gujarat dan Bengal. Pada
masa syekh Jehan dilakukan pembangunan ekonomi dimulai dari pengembangan
irigasi.
Cloth-weaving factories were also established
during the reign of Akbar. That great Mughal emperor, further, introduced many
valuable agrarian reforms appertaining to the measurement of land, and the
assessment and collection of land revenue. The improvements made by Her Shah and
Akbar in the field of finance, specially in coinage and currency, had not been
heard of in India before. Sher Shah had a unique gift for legislation and
administrative organisation in fact, it was his example wich Akbar Followed
later.[39]
1)
Pada masa
Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang
menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam
beragama, yaitu konsep Din Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat
kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama
baru. Pada prakteknya, Din- IIlahi bukan sebuah ajaran tentang agama
Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di
India. Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap
kekuasaan dengan symbol-symbol agama yang di kedepankan. Umar Asasuddin Sokah,
seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
menyamakan konsepsi Din Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya menyimpulkan,
"Din illahi itu merupakan Pancasilanya bangsa Indonesia.
2) Perbedaan
kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada
daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk
terutama dari kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan
Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan
digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh
sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan
budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
3) Berkembangnya
aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah
penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi'ah untuk
mengembangkan pengaruhnya.
4)
Pada masa ini
juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab
hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali
individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'i.
5)
Pada masa
Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam mengenai soal mu’amalat
yang disebut “Ahkam Alam Giriyah”.
d. Bidang Pengetahuan,
Seni dan Budaya.
1) Pada pengetahuan
kebahasaan, Akbar telah menjadikan tiga bahasa sebagai bahasa Nasional, yaitu
bahasa Arab sebagai bahasa agama, bahasa Turki sebagai bahasa bangsawan dan
bahasa Persia sebagai bahasa istana dan kesustraan[41]
3) Akbar juga memodifasi
tiga bahasa (Arab, Turki, Persia) ditambah dengan bahasa Hindu dan menjadi
bahasa Urdu.[43]
4) Munculnya
beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan jiwa
manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana.[44]
5) Kerajaan
Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan
puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri
peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old
Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199),
Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza
(1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2
(1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar
(1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
6) Taman-taman
kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah,
Persia, Timur Tengah, dan lokal.
7) Taj mahal merupakan bangunan peninggalan
kerajaan Mughal di India yang merupakan gabungan arsitektur Hindu dan Muslim,
suatu monumen cinta.[45]
Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Islam Mughal.
The classic sistem of the Mughal
Empire lasted from the reign of Akbar until the reign of Aurangzeb (1658-1707).
Aurangzeb was the first Mughal ruler to reverse the policy of conciliation of
Hindus in favor of Islamic supremacy. In 1659 he forbade drinking, gambling,
prostitution, the use of narcotics, and
other vices. in 1664 he forbade sati, the Hindu sacrifice of widows, and
abolished taxes that were not legal under muslim law. In 1668 he banned music
at court, imposed the poll tax on non Muslims, ordered the destruction of Hindu
temples, and sponsored the codification of Islamic law called the Fatawa-i Alamgiri. He also founded
Muslim colleges to promote the study of Shari'a. the religious climate of his
reign reversed the tendency toward syncretism in favor of exclusivist Muslim
policies. Aurangzeb's reforms antagonized Hindus but still fell short of Muslim
reformist demands.[46]
Setelah
dua setengah abad lebih dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para
pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina
oleh sultan-sultan sebelumnya.
Tanda-tanda kemunduran dapat
dilihat sebagaimana berikut :
1.
Sejumlah penguasa-penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan
diantara putra raja-raja, dan lemahnya
kontrol pemerintahan pusat.
2.
Adanya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh
di Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di
Timur, dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
3.
Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal.
Pada waktu itu EIC mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus
memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat
secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka,
baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.
4.
Mereka meminta
kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka mengembalikan
kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India
terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat
dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam
terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah
banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari
istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan kerajaan Mughal
di daratan India.
5.
Lemahnya
kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena
itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk apapun perlu diwaspadai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan islam Mughal mundur
dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:[47]
1.
Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim
Mughal.
2.
Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3.
Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan
ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat
sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4.
Semua pewaris tahta kerajaan pada setengah terakhir adalah
orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
E.
Sosial
Budaya Kerajaan Islam Mughal
Pengenalan
Islam pertama kali di India telah membentuk pola hubungan antara umat Hindu dan
Muslim. Tidak ada dua kebudayaan yang dapat lebih berbeda dari pada Islam dan
Hinduisme. Gagasan mereka tentang Tuhan, kehidupan setelah mati, perkawinan,
makanan, moralitas, dan hampir segala sesuatu secara keseluruhannya berbeda.
Namun mereka
telah hidup dan bertahan hidup bersama selama seribu tahun, sering dalam
kerukunan yang sesungguh-sungguhnya. Mereka hidup dalam kerukunan, sadar akan
perbedaaan masing-masing, sadar akan batas-batas yang memisahkan mereka, juga
sadar bahwa mereka perlu hidup bersama-sama. [48]
There was some impact of Islam on Indian religious thought at this
time. Certainly some Sufi teachers, especially those of the Chishti order, had
made a popular front for their own views
through their allegorical romances in Indian vernaculars ; probably with some
acceptance, for Sufi mysticism often has much in common with the pantheistic
mysticism of the Indian Vedanta. To their influence, both from their teachings
and on account of the popular respect they commandedd as saints and
thaumaturges, may be attributed the partial conversions amongst the lower
strata of Indian society communities with more or less of Muslim belief on
particular points of doktrine but generally faithful also to the godlings of
popular Hinduism, it rites, festivals, sosial implications and prescriptions.
On higher level of influence comes strictly monotheistic thought of such
teacher as Kabir-who in spite of his Muslim name preached strongly against what
he considered to be the fallacies of both Hinduism and Islam and Nanak, who
added to Kabir’s monoheism a disipline of religion which he so much admired in
Islam. But his sikhs later developed an antagonism to the Mughal rulers, and Sikhism
became the implacable adversary of Islam in north India.[49]
Perpaduan dan
penghargaan terhadap agama-agama lain bukanlah suatu strategi politik, ini
adalah hal yang mendalam dan ikhlas. Alasannya bersifat sosiologis, banyak
pangeran Mughal adalah anak-anak dari ibu Hindu, banyak jendral balatentara
yang sangat kuat dan tokoh-tokoh penting di dalam istana serta
penasehat-penasehat istana adalah Hindu. Oleh karena hal ini,
maka semua pemeluk Hindu bisa menerima Islam dengan mudah karena Islam tidak membeda-bedakan
kasta dan agama. Dan juga Islam tidak mengenal
kekerasan.
Kedatangan
Islam ke anak Benua India tidak berdasarkan kekerasan, tetapi merupakan
kebutuhan masyarakat pada masa itu. Keberhasilan Islam di India utama terjadi
karena adanya rasa persaudaraan yang kuat, solidaritas yang sejati, dan
keadilan yang ditegakkan. Islam membangun pranata sosial administrasi yang baik.
Hubungan peradaban Islam dan India terjadi saling memberi dan menerima dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan, politik, sosial, ekonomi, dan budaya.[50]
Pengaruh Islam
di India sangat besar dalam berbagai bidang diantaranya mulai dilarangnya adat Sati Daho sampai akhirnya dilarang
secara resmi. Islam masih bertahan di India meskipun mereka minoritas, bahkan
di beberapa wilayah India utara merupakan masyarakat mayoritas. Hubungan antara
Islam dan India pada gilirannya menghasilkan bentuk asimilasi yang saling
membutuhkan satu sama lain dalam banyak bidang, seperti : pertukaran budaya
dan penerjemahan buku.[51]
Al-Biruni
menjelaskan adat istiadat sangat kental di masyarakat Hindu, seperti tentang
pembakaran mayit Sati dimana seorang
istri apabila suaminya meninggal ia ikut membakar diri dengan jasad suaminya,
hal itu berulang-ulang di hapuskan oleh pemimpin-pemimpin Islam dan akhirnya
secara resmi dilarang. Al-Biruni mencatat pula tentang sistem keadilan Hindu
pada zaman dulu sangat longgar hukum pidananya, para Brahman tidak dihukum atas
kesalahannya, dalam islam pencuri dihukum sesuai tingkat pencuriannya.
Dalam bidang administrasi pertanahan, pajak tanah sangat rendah, hasil bumi
diberikan kepada pemerintah sebagai pajak. Pada sistem kasta yang mana sistem tersebut
membuat jurang perbedaan antara suku, kasta dan warna kulit serta tercerai
berai.[52]
Kemudian ilmu
bangunan-bangunan yang didirikan oleh para raja-raja dalam rancangannya
merupakan campuran-campuran gaya Syiria, Bizantium, Mesir dan Iran sedang detilnya
Hindu, Jaina dan Budha. Kontak antara Islam dan Hindu menghasilkan evolusi gaya
yang kadang-kadang disebut Indo-Muslim. Arsitektur Indo Muslim adalah
arsitektur musim yang menampilkan detil sifat-sifat tertentu dari seni bangunan
Hindu. Semakin banyak ahli muslim memasuki India, pengaruh Hindu semakin
berkurang sedikit demi sedikit.[53] Oleh karena hal ini, maka Islam berhasil merubah
wajah India menjadi lebih baik dan beradab.
Perpaduan
antara Hinduisme dan Islam di India adalah salah satu perkembangan yang paling
luar biasa di Asia Selatan. Ini menambahkan kekayaan dalam kedua kebudayaan.
Sistem pilihan dari berbagai sumber dan perpaduan juga ditemukan dalam karya
salah seorang penyair muslim yang paling berpengaruh dan penting pada abad
ke-20.
F.
Manajemen Pendidikan Islam Kerajaan Islam Mughal.
1.
Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan
Mughal
Pada masa kerajaan Islam Mughal, pendidikan memperoleh perhatian yang cukup
besar. Untuk keperluan ini pihak kerajaan mendorong untuk menjadikan masjid
selain sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat belajar agama bagi masyarakat.
Di masjid memang telah tersedia ulama yang akan memberikan pengajaran berbagai
cabang ilmu agama. Bahkan, di masjid juhga telah disediakan ruangan khusus bagi
para pelajar yang ingin tinggal di masjid selama mengikuti pendidikan. Karena
itu, hampir setiap masjid merupakan pengembang ilmu-ilmu agama tertentu dengan
guru-guru spesialis. Dalam perkembangannya, masjid raya telah berkembang
menjadi sebuah universitas.[54] Seorang
ilmuwan muslim, Sidi Gazalba bahkan mengatakan bahwa di masa Kerajaan Mughal
pendidikan didorong dengan hadiah uang untuk masjid. Semua masjid selalu
mempunyai sekolah rendah.[55] Ini
berarti perhatian sejumlah penguasa Mughal terhadap pembinaan agama dengan
membangun sejumlah masjid misalnya amat bermanfaat bagi pengembangan pendidikan
Islam dan ajaran Islam di kalangan masyarakat. Sementara itu, untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan bagi orang-orang kaya, pihak kerajaan juga telah
menyediakan madrasah-madrasah khusus. Pendidikan atau sekolah khusus ini juga
disediakan bagi orang Hindu yang disebut Pat Shala. Namun demikian, di
samping sekolah khusus bagi kelompok agama tertentu pihak kerajaan juga
menyediakan sekolah tempat anak-anak muslin dan Hindu belajar bersama.[56]
Selain masjid, juga terdapat khanqah (Pesantren) yang dipimpin ulama
atau wali, yang secara umum ada di daerah-daerah pedalaman. Khanqah pada
era ini merupakan pusat studi Islam yang dinilai baik. Di khanqah diajarkan
berbagai ilmu pengetahuan seperti matematika, mantik atau logika, filsafat,
tafsir Qur’an, hadits, fiqih, sejarah, dan geografi. Bahasa Persia pada masa
itu merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran agama
Islam. Pendidikan yang diselenggarakan ini diikuti oleh siapa saja, baik
laki-laki maupun perempuan. Karena itu sejumlah kaum wanita dari keluarga
terdidik, misalnya Gulbadan Begum, Maham Anga, Nur Jahan, Mumtaz Mahal, Jahan
Ara Begum, dan Zaibun Nisa yang kemudian menjadi penulis terampil.[57]
Selain itu, pihak kerajaan juga menyediakan perpustakaan yang bisa
dimanfaatkan oleh siapa saja. Akbar dikenal sebagai raja yang gemar membaca dan
mengoleksi buku. Pada era ini juga banyak buku-buku terjemahan yang
diterbitkan. Diantaranya buku terjemahan kisah Mahabaratha dan Ramayana yang
dibuat oleh Badayuni ke dalam bahasa Persia. Raja lainnya, Jahangir dikenal
sebagai raja pelindung para ilmuwan. Ia juga menulis biografinya sendiri dengan
judul Tuzk-i-Jahangiri.[58]
Di masa Syah Jahan didirikan perguruan tinggi di Delhi. Aurangzeb
mendirikan pusat pendidikan di Lucknow. Tiap masjid mempunyai lembaga tingkat
dasar yang dipimpin oleh seorang guru. Sejak berdiri banyak ilmuan yang belajar
di India. Sedangkan Aurangzeb dikenal banyak orang sebagai lelaki yang saleh,
adil, keras dan energetik yang menjadi teladan kerajaan Islam. Hidupnya
ditandai kesederhanaan dan tenaga yang tak terbatas. Dialah yang paling
terpelajar di antara semua penguasa Mughal.[59]
Berbagai kegiatan tulis menulis dalam masalah agama, sejarah, maupun syair,
ikut melengkapi koleksi perpustakaan kerajaan sekaligus penyebaran ilmu
pengetahuan. Karena itu tidak sedikit dijumpai perpustakaan yang ada di
berbagai wilayah kerajaan Mughal. Pada tahun 1641 misalnya, terdapat sebuah
perpustakaan di Agra yang memiliki koleksi 20.000 buku. Karena itu, semangat
dan perkembangan agama Islam yang telah berkembang di kalangan kerajaan maupun
masyarakat pada umumnya sebetulnya bersamaan dengan tumbuhnya lembaga-lembaga
keagamaan, pendidikan, dan ilmu pengetahuan.[60]
Dalam penggalan sejarah Dinasti Mughal, tampil dua penguasa paling
berpengaruh: Akbar Khan dan Aurangzeb. Meskipun keduanya memerintah dalam
dekade yang berbeda, tetapi kebijakan Akbar Khan dan Aurangzeb, khususnya
berkaitan dengan pengembangan Islam di India, memiliki hubungan yang tidak
dapat dipisahkan. Akbar mengembangkan pola Islam sinkretis. Sebaliknya,
Aurangzeb mengembangkan pola Islam puritan.
Dalam perspektif politik, langkah Akbar ini dianggap sah, bahkan cerdas.
Sebab, substansi politik adalah tercapainya tujuan, meskipun pada saat
bersamaan terdapat aspek-aspek tertentu yang terabaikan. Orang boleh melakukan
apa saja dalam konteks politik. Akbar telah memposisikan Islam tidak lebih dari
sekedar simbol formal tanpa makna. Karena itu, dia dengan mudah meleburkan dan
mencampuradukkan Islam dengan berbagai kepercayaan lain. Dalam situasi ini,
Islam kehilangan identitasnya. Ketinggian dan keluhuran ajaran Islam juga
tereduksi sedemikian rupa. Hal ini menyebabkan ketegangan dengan para penganut
Ahlusunah wal jamaah.
Lain dengan Akbar Khan, lain pula dengan Aurangzeb. Wajah Islam di India
pada masa Aurangzeb tampak lebih dominan. Dia berusaha mengangkat kembali citra
Islam yang tampak “redup” beberapa dasawarsa sebelumnya. Ia giat mengembalikan
kemurnian Islam. Usaha ini patut dihargai. Sebab, dari sini terlihat kecintaan
seorang Aurangzeb terhadap Islam. Namun, perlu diingat, Islam adalah agama yang
mensponsori perdamaian, tanpa paksaan, dan tidak mentolelir berbagai tindak
kekerasan terhadap pemeluk agama lain. Memurnikan ajaran Islam dengan merusak
tempat ibadah agama lain, bukanlah pesan Islam. Kebijakan Aurangzeb untuk
menghancurkan kuil-kuil Hindu, meletakkan arca di jalan-jalan agar selalu
diinjak tampaknya menjadi sebuah kekeliruan. Hal ini menyebabkan terjadinya
pemberontakan hebat dari kalangan Hindu. Pada 1739 M. Mughal dikalahkan oleh
pasukan dari Persia dipimpin oleh Nadir Shah. Pada 1756 M. pasukan Ahmad Shah
merampok Delhi lagi. Kerajaan Britania yang masuk ke India pada 1600 M. dan
mulai melakukan penaklukkan terhadap kerajaan Mughal pada 1757 M. serta
membubarkannya tahun 1858 M. setelah mengalahkan pesaingnya, Perancis. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam di masa kerajaan Islam Mughal memang
tidak segemilang masa Islam klasik sebelumnya. Hal ini didasari oleh beberapa
alasan; 1) metode berpikir dalam bidang teologi di masa ini adalah metode
berpikir tradisional setelah metode berpikir rasional Mu’tazilah padam. 2) Kebebasan
berpikir ala pemikiran filsafat Yunani menurun setelah al-Ghazali melontarkan
kritik terhadap filsafat dan di sisi yang lain ajaran tasawuf yang
mengesampingkan kehidupan dunia berkembang pesat. 3) Sarana-sarana pengembangan
ilmu pengetahuan dan pemikiran, seperti perpustakaan dan karya ilmiah asing
banyak yang hancur di masa Islam klasik, sehingga di masa Mughal seperti ada
rantai pengetahuan yang terputus.[61]
Sumbangan peradaban Islam kepada kebudayaan bangsa India teramat penting.
Dalam bangunan sosial budaya masyarakat India yang berbeda-beda, banyak ciri
yang maju, seperti penghormatan kepada wanita dan hak-hak mereka. Tidak salah
kalau dinyatakan bahwa setelah fajar Islam, bangsa India berhutang budi kepada
Islam dan kaum muslimin.[62]
2.
Pendidikan Islam Pada Masa
Pembaharuan.
a. Madrasah Dar Al-‘Ulum
Adanya madrasah di
India bermula sesudah wafatnya Sayyid Ahmad Syahid pada tahun 1831, segolongan
pengikutnya meninggalkan medan jihad dan memasuki bidang pendidikan.
Sayyid Ahmad Syahid
adalah salah seorang dari murid Syah
Abdul Aziz (1746-1823), yang kemudian berpengaruh dalam gerakan melaksanakan
ajaran-ajaran Syah Waliyullah adalah Sayiyd Ahmad Syahid. Ia lahir di tahun
1786 di Rae Bareli, suatu tempat yang terletak di dekat Lucknow.
Setelah cukup
memperoleh pengetahuan keagamaan, ia mulai mengadakan dakwah dimuka umum,
sehingga namanya mulai dikenal. Ia berdakwah bukan di Delhi saja, tetapi juga
di daerah-daerah yang terletak jauh dari ibu kota.
Dengan dibantu oleh
murid-muridnya, ia mengarang suatu buku bernama Sirat-i Mustaqim.
Sebagian besar dari buku itu mengandung pemikiran-pemikiran pembaharuan yang
dikemukakan oleh syah Waliyullah.
Menurut pendapat Sayyid
Ahmad, umat Islam India mundur, karena agama yang mereka anut tidak lagi Islam
yang murni, tetapi Islam yang yang telah bercampur baur dengan paham dan
praktek yang berasal dari Persia dan India. Umat Islam India harus dibawa
kembali ke ajaran Islam yang murni. Untuk mengetahui ajaran murni itu orang
harus kembali ke Al-qur’an dan Hadits. Dengan kembali kepada kedua sumber asli
ini bid’ah (bidah) yang melekat ke tubuh Islam akan dapat dihilangkan.
Yang pertama sekali
harus dibersihkan ialah tauhid yang dianut umat Islam India. Keyakinan mereka harus dibersihkan dari paham
dan praktek kaum tarekat sufi seperti kepatuhan tidak terbatas kepada guru dan
ziarah ke kuburan wali untuk meminta syafaat. Juga dari paham animisme dan
paham adat istiadat Hindu yang masih terdapat dalam kalangan umat Islam India.
Langsung terperinci
ajarannya mengenai tauhid mengandung hal-hal sebgai berikut:
1.) Yang boleh disembah hanya Tuhan, secara langsung tanpa perantara dan tanpa
ucapan yang berlebih-lebihan.
2.) Kepada makhluk tidak boleh diberikan sifat-sifat Tuhan. Malaikat, roh,
wali, dan lain-lain tidak mempunyai kekuasaan apa-apa untuk menolong manusia
dlam mengatasi kesulitan-kesulitannya. Mereka sama lemahnya dengan manusia dan
sama terbatas pengetahuannya mengenai Tuhan.
3.) Sunah (tradisi) yang diterima hanyalah sunah Nabi dan sunah yang timbul di
zaman Khalifah Yang Empat. Kebiasaan membaca tahlil dan menghiasi kuburan
adalah bidah yang menyesatkan dan harus di jauhi.[63]
Sayyid juga menentang
taklid pada pendapat ulama, termasuk didalamnya pendapat ke empat imam besar.
Oleh karena itu berpegang kepada mazhab tidak menjadi soal yang penting,
sungguhpun ia sendiri adalah pengikut mazhab Abu Hanifah. Karena taqlid
ditentang, pintu ijtihad baginya terbuka dan tidak tertutup. Ijtihad diperlukan
untuk memperoleh interprestasi baru terhadap
ayat-ayat Al-qur’an dan Hadis.
Ide yang berpengaruh
kemudian bukanlah ide-ide di atas tetapi pemiliknya dalam bidang politik.
Daerah India telah banyak dikuasai oleh orang bukan Islam, dan oleh karena itu
bukan lagi merupakan Dar al-Islam malahan telah menjadi Dar al-Harb. Terhadap
Dar al-Harbi orang Islam harus mengambil salah satu dari dua sikap berikut,
berpegang melawan Dar al-Harb atau hijrah, meninggal Dar al-Harb pindah ke Dar
al-Islam. Yang dipilih sayyid Ahmad ialah berperang.
Daerah yang dahulu
terletak dibawah Islam sekarang jatuh ke tangan bukan Islam. Di sini timbullah
persoalan Dar al-Harb, daerah yang jatuh ke bawah kekuasaan bukan Islam, dan Dar al-Islam, daerah yang masih berada di
bawah kekuasaan Islam.
Sayyid Ahmad
berpendirian bahwa daerah-daerah yang telah jatuh kebawah tangan bukan Islam
harus kembali ke tangan Islam. Dar al-Harb mesti menjadi Dar al-Islam kembali.
Dengan demikian timbullah perang jihad terhadap dua musuh, Hindu di satu pihak
dan Inggris di pihak lain. Inggris dengan kemajuan ekonomi, ilmu pengetahian
dan teknologinya ternyata kuat dan sukar untuk dapat dikalahkan. Kemungkinan
memperoleh kemenangan lebih banyak, jika serangan dihadapkan Sikh.
Sayyid Ahmad dengan
gerakan Mujahidinnya melalui peperangan terhadap golongan sikh di India Utara.
Ia serang pusat kekuatan mereka di Akora, sehingga mereka mundur. Ia teruskan
peperangan ke medan datar dan dapat menguasai Pesyawar. Kekuatan militernya
menurut keterangan berjumlah seratus ribu orang dengan bantuan Afganistan ia
mengharap dapat mengembalikan daerah-daerah yang telah lepas dari tangan Islam.
Sokongan dlam menjalankan jihad banyak ia peroleh dari kepala suku-suku bangsa
yang ada di daerah tersebut.
Dalam pada itu
perlawanan dari Sikh bertambah kuat dengan dapatnya mereka menarik
golongan-golongan bukan Islam lainnya, seperti golongan Barakzai, untuk
sama-sama melawan Mujahidin kekuatan Sayyid Ahmad berkurang dan dalam
pertempuran dengan satu pasukan Sikh di Balekot ia mati terbunuh di tahun 1831.
Dari peristiwa inilah ia mendapat gelar Syahid.
Bersama Sayyid Ahmad
Syahid turut terbunuh banyak dari para Mujahidin. Pengikutnya pecah menjadi dua
segolongan berpendapat bahwa kekuatan sudah tidak cukup untuk meneruskan Jihad,
dan oleh karena itu mereka mimdahkan perhatian pada pendidikan. Dalam pembentukan
madrasah Doeband yang besar pengaruhnya di India, mereka turut berjasa.[64]
Doeban bertujuan memberikan pendidikan terorganisasi secara birokratis
dalam ilmu tradisional ulama.[65] Yang
diutamakan ialah pemurnian tauhid yang dianut umat Islam India dari paham-paham
salah yang dibawa tarekat dan dari keyakinan animisme lama. Selanjutnya juga
pemurnian praktek keagamaan mereka dari segala macam bidah. Yang ingin
diwujudkan doeband kembali ialah Islam murni sebagai terdapat di zaman Nabi,
Sahabat, tabiin, dan zaman sesudahnya. Doeband dengan demikian kuat berpegang
pada tradisi zaman klasik. Mazhab yang dianut Doeband mazhab Hanafi.
Dalam bidang politik, Doeband
mengambil sikap anti Inggris ini demikian karena Doeban didirikan oleh
pemuka-pemuka gerakan Mujahidin yang melawan kekuasaan Inggris dan didirikan
untuk menentang pendidikan sekuler barat yang dibawa Inggris dan juga sebagai
reaksi terhadap usaha misi Kristen yang datang ke India bersama-sama dengan
Inggris. Oleh karena itu bekerja sama dengan Hindhu untuk melawan Inggris dapat
diterima oleh ulama-ulama Doeband. Partai kongres nasional India mendapat
sokongan dari Doeband. Liga muslimin, karena dianggap pro-Inggris tidak dapat
disokong bahkan di tentang oleh doeband. Doeband juga kurang setuju dengan ide
pembagian India menjadi dua negara, negara Islam dan negara Hindhu. Menurut
Doeband, politik pembagian India dan pembentukan negara pakistan berasal dari
Inggris.[66]
Para siswa mengikuti pendidikan selama enam tahun, mengikuti silabus,
menempuh ujian formal, dan ikut pertemuan. Sekolah ini terutama terkenal karena
karyannya dalam Hadis, dan pada abad ini membengun jaringan sekolah yang masih
terus tumbuh hingga sekarang
Ulama Doeband berupaya apolotis dan sepenuhnya menyebarkan tuntunan yang
benar melalui pendidikan guru, imam sholat, pengelola wakaf, penulis, dan
sebagainya.[67]
Ajaran yang dibawa Syah Waliyullah dan yang kemudian yang diteruskan oleh
anaknya Syah Abdul Aziz, dan selanjutnya Sayyid Ahmad Syahid serta pengikutnya
untuk melaksanankannya banyak mempunyai perserupaan dengan ajaran Wahabiah dari
Arabia. Dan yang banyak dilaksanakan adalah pula ajaran pemurnian praktek umat
Islam dari berbagai macam bidah. Oleh karena itu gerakan Mujahidin disebut juga
oleh penulis barat, gerakan Wahabiah India.
b. Sekolah Muhammedan
Anglo Oriental College (MAOC).
Latar belakang didirikannya Sekolah Muhammedan Anglo Oriental College
(MAOC) di India adalah hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai
akibat dari “Pemberontakan 1857” serta hasil pemikiran oleh pendirinya yaitu
Sayyid Ahmad Khan. Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut
keterangan berasal dari keturunan
Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali. Neneknya, Sayyid hadi
adalah pembesar istana zaman Alamghir II (1754-1759). Ia mendapat didikan
tradisional dalam pengetahuan agama agama dan disamping bahasa Arab ia juga
belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin membeca dan banyak memperluas
pengetahuan dengan membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu
berusia 18 tahun ia masuk pekerja pada serikat India Timur kemudian ia bekerja
pula sebagai hakim. Tetapi di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk
meneruskan studi.
Dimasa “Pemberontakan 1857” ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya
kekerasan dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan.
Pihak Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas
jasanya, tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggris kepadanya ia tolak. Gelar Sir
kemudian kemudian di berikan kepadanya dapat ia terima. Hubungan dengan pihak
Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat Islam India.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India,
dapat diwujudkan hanya dengan bekerjasama dengan Inggris. Inggris telah
merupakan penguasa yang terkuat di India, dan menentang kekuasaan itu tidak
akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap
mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalandari masyarakat Hindhu India.
Disamping itu dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk di dalamnya
Inggis, ialah ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Untuk dapat maju, umat
Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan
yang harus ditempuh umat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diperlukan itu bukanlah bekerjasama dengan Hindhu dalam menentang Inggris
tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam “Pemberontakan 1857”, umat
tidak memainkan peranan utama. Untuk itu ia keluarkan pamflet yang mengandung
penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada pecahnya “Pemberontakan 1857”. Di
antara sebab-sebab yang ia sebut adalah sebagai berikut:
1) Intervensi Inggris
dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada
yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris, pembentukan
sekolah-sekolah misi Kristen dan penghapusan pendidikan agama di
perguruan-perguruan tinggi.
2) Tidak turut sertanya
orang-orang India, baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-lembaga perwakilan
rakyat, hal yang membawa kepada:
a) Rakyat India tidak
mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka anggap Inggris datang untuk mengubah
agama mereka menjadi Kristen.
b) Pemerintah Inggris
tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat India.
3) Pemerintah Inggris
tidak berusaha mengikat tali persahabatan dengan rakyat India, sedang
kestabilan dalam pemerintahan bergantung pada hubungan baik rakyat. Sikap tidak
menghargai dan tidak menghormati rakyat India, membawa kepada akibat yangtidak
baik.
Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam mundur karena mereka tidak
mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah
timbul peradaban baru di Barat. Dasar peradaban bari ini ialah ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dan sebagai telah disebut diatas inilah yang menjadi sebab utama
bagi kemajuan dan kekuatan orang barat.
Ilmu dan pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia.
Oleh karena itu akal mendapat penghargaan tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Tetapi
sebagai orang Islam yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan
akal bukan tidak terbatas.
Karena ia percaya pada kekuatan dan kebebasan akal, sungguhpun mempunyai
batas, ia percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menetukan
kehendak dan melakukan perbuatan. Dalam kata lain, ia mempunya paham qadariah
(free will and free act) dan tidak paham jabariah atau fatalisme.
Manusia, demikian pendapatnya, dianugrahi Tuhan daya-daya, diantaranya daya
berpikir, yang disebut akal, dan fisik untuk mewujudkan kehendaknya. Manusia
mempunyai kebebasan untuk mempergunakan daya-daya yang diberikan Tuhan
kepadanya itu.
Inilah pokok-pokok pemikiran Sayyid Ahmad Khan mengenai pembaharuan dalam
Islam. Ide-ide yang dikemukakannya banyak persamaannya dengan pemikiran
Muhammad Abduh di Mesir. Kedua pemuka pembaharuan ini sama-sama memberi
penghargaan tinggi pada akal manusia, sama-sama menganut paham qadariah,
sama-sama percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan, sama-sama menetang taqlid
dan sama-sama membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh umat Islam pada
umumnya diwaktu itu.
Sebagai telah disebut diatas, jalan bagi umat Islam India untuk melepaskan
diri dari kumunduran dan selanjutnya mencapai kemajuan, ialah memperoleh ilmu
pengetahuan dan teknologi modern Barat. Dan agar yang tersebut akhiri ini dapat
di capai, sikap mental umat yang kurang percaya kepada kekuatan akal, kurang
percaya kepada kebebasan manusia dan keurang percaya pada adanya hukum alam,
harus diubah terlebih dahulu.
Perubahan sikap mental itu ia usahakan melalui tulisan-tulisan dalam bentuk
buku dan artikel dalam majalah Tanzib al-Akhlaq. Usaha melalui
pendidikan juga ia tidak lupakan, bahkan pada akhirnya ke dalam lapangan inilah
ia curahkan perhatian dan pusatkan usahanya. Jalan yang efektif untuk merubah
sikap mental memanglah pendidikan.
Di tahun 1861 ia dirikan sekolah Inggris di Muradabad. Di tahun 1876 ia
minta berhenti sebagai pegawai pemerintahan Inggris dan sampai akhir hayatnya
di tahun 1898, ia mementingkan pendidikan umat Islam India. Di tahun 1878, ia
mendirikan Sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarh yang
merupakan karyanya yang besejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk
memajukan umat Islam India.[68]
Menurut penulis I.H.
Qureshi, sekolah Sekolah itu mempunyai peranan penting dalam kebangkitan umat
Islam India, dan sekiranya tidak karena sekolah itu, umat india di pakistan
sekarang akan lebih jauh ketimggalan dari umat-umat lain.[69]
Sebelumnya di tahun
1869/70 Sayyid Ahmad Khan telah berkunjung ke Inggris, antara lain untuk
mempelajari sistem pendidikan Barat. Sekembalinya dari kunjungan itu ia
membentuk panitia peningkatan pendidikan umat Islam. Salah tujuan panitia ialah
menyelidiki sebabnua umat Islam India sedikit sekali memasuki sekolah-sekolah
pemerintah. Disamping itu di bentuk lagi panitia dana pembentukan perguruan
tinggi Islam. Di tahun 1886 ia bentuk Muhammadan Educational Conference dalam
usaha mewujudkan pendidikan nasional dan seragam untuk umat Islam India. Progam
dari lembaga ini adalah menyebarluaskan pendidikan Barat dikalangan umat Islam,
menyelidi pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah Inggris yang
didirikan oleh golongan Islam dan menunjang pendidikan agama yang diberikan
oleh sekolah-sekolah swasta.
Perhatian Sayyid Ahmad
Khan terhadap umat Islam memang besar, tetapi pengaruhnya tidak terbatas dalam
pendidikan saja. Melalui buku karangannya dan tulisannya di Tahzib al-Akhlaq
ide-ide pembaharuan yang dicetuskannya menarik perhatian golongan terpelajar
Islam India. Penafsiran-penafsiran baru yang diberikannya terhadap
ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima golongan pelajar ini dari pada
tafsiran-tafsiran lama.[70]
MAOC dibentuk sesuai
dengan model sekolah di Inggris dan bahasa yang dipakai di dalamnya ialah bahasa
Inggris. Sedang guru dan stafnya banyak terdiri atas orang Inggris. Ilmu
pengetahuan modern merupakan sebagian besar dari mata pelajaran yang diberikan.
Pendidikan agama tidak di abaikan. Dalam hubungan ini baik disebut bahwa di
sekolah-sekolah inggris yang diasuh pemerintah, agama tidak di ajarkan. Di MAOC
pendidikan agama Islam dan ketaatan siswa menjalankan ajaran agama diperhatikan
dan di pentingkan. Sekolah itu terbuka bukan hanya bagi orang Islam, tetapi
juga bagi orang Hindu, Parisi, dan Kristen.[71]
Viqar al-Mulk sebagai
seorang ulama, keras pendirian dan pegangan terhadap agama. Hidup keagamaan di
MAOC ia perkuat. Pelaksanaan ibadat, terutama salat dan puasa, ia perketat
pengawasannya. Lulus dalam ujian agama menjadi syarat untuk dapat naik tingkat.
Hal-hal tersebut di atas membuat MAOC menjadi lebih populer dikalangan ulama
India.[72]
c. Universitas Muslim
Aligarh.
Pada tahun 1875, Sayyid
Ahmad Khan mendirikan Kolese Anglo Oriental Mohammadan yang kemudia menjadi
Unversitas Muslim Islam Aligarh, dengan model Oxford dan Cambrige, dan
bertujuan melahirkan kaum berpendidikan Inggris. Sayyid Ahmad Khan mendapati
bahwa warisan intelektualnya adalah dari para pembaharu Wali Allah. Namun, dia
bertujuan menunjukan keselarasan fundamental antara wahyu Al-qur’an dan sains
modern, dengan menyingkirkan dari Islam unsur-unsur yang bergantung pada ruang
dan waktu tertentu serta hanya mempertahankan yang esensial. Dia menggunakan
ijtihad untuk menggantikan penafsiran historis.[73]
Kemajuan Gerakan Aligarh disebabkan adanya mata pelajaran umum, seperti
ilmu alam, filsafat, humaniora dan sebagainya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Analisis
dan Kesimpulan
1.
Dari hasil
pembahasan makalah ini, dapat disebutkan bahwa, perkembangan Peradaban Islam
dan pertumbuhan kerajaan Mughal di India mengalami peningkatan yang cukup signifikan
karena berhasil membuat sistem pemerintahan yang baik, perekonomian yang maju,
pertahanan keamanan yang kuat, kebebasan beragama yang baik, serta mampu memanajemen
dua kebudayaan yang berbeda menjadi satu kebudayaan baru yang luar biasa
hebatnya.
Dari segi agama dan persentuhan Islam dengan Hinduisme, kerajan islam Mughal berhasil
menghilangkan sistem kasta dalam
masyarakat India, berhasil
menghilangkan budaya bakar diri jika ada salah satu anggota keluarga yang mati/
meninggal (
mayit Sati ). Islam Juga berhasil menerapkan hukum yang adil bagi
seluruh warga Negara, dimana dahulu hukum sistem Hindu tidak adil
sehingga begitu Islam masuk, maka hukum itu
pun menjadi adil.
2.
Islam masuk ke
india berawal dari kontak orang-orang Arab dengan masyarakat India yang sudah
dilakukan sejak masa al Khulafā al Rasyidūn, yakni Khalifah Umar bin
Khatab. Pasukan perangnya di bawah panglima Abu al Mughira menyerang Sind
melalui laut namun gagal. Sedangkan panglimanya yang lain Abdullah bin
Amr al Rabbi, berhasil menguasai Kirman, Sizistan, dan Mekran. Pada masa
khalifah berikutnya, Usman bin Affan, telah diutus Hakim bin Jabalah untuk
meninjau India. Usaha yang sama diteruskan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib
dengan mengirimkan al Harris bin Murrah. Inilah awal mula Islam menyebar ke
India melalui darat.
3.
Kerajaan Islam Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukota,
didirikan oleh Zahirudin Babur (1482-1530 M), salah satu dari cucu Timur Lenk.
Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana
dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun, ia berambisi dan bertekat
akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa
itu. Kejayaan mughal mulai berkuasa dari tahun 1526-1858
M. Selama 332 ( dua abad lebih ) Selama berdirinya, kerajaan mughal berhasil
membuat beberapa kemajuan disegala dibidang.
4.
Sistem pemerintahan Dinasti Mughal adalah militeristik. Pemerintah pusat
dipimpin oleh raja. Pemerintah daerah dipimpin kepala komandan (Sipah Silar), sedangkan sub daerah
dipimpin oleh faudjar ( komandan ).
Sistem yang menonjol adalah politik Sulakhul
(toleransi universal), yaitu semua rakyat India dipandang sama. Bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program
pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Dalam bidang agama kemajuan dibagi menjadi
beberapa masa, yaitu:
a. Pada
masa Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din Ilahi.
b.
Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan
Islam di India, karena dalam Islam tidak mengenal kasta.
c.
Bebas berkembangnya aliran keagamaan Islam di India.
d. Pada
masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan
terhadap mazhab hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh,
ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'i.
e.
Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam
mengenai soal mu’amalat yang disebut “Ahkam Alam Giriyah”. Dalam bidang
arsitektur, Taj mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya,
diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di
Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal,
terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam
Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam
Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat
empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid
Jami Atala (1405). Perpaduan antara Hinduisme dan Islam di India
adalah salah satu perkembangan yang paling luar biasa di Asia Selatan. Ini
menambahkan kekayaan dalam kedua kebudayaan. Islam tidak membeda-bedakan
kasta dan agama, Islam tidak mengenal
kekerasan, Islam melarang adat Sati Daho, Islam berlaku
adil dalam bidang hukum.
5.
Manjemen Pendidikan
Islam di India sudah di terapkan dari masa masuknya islam dan berdirinya kerajaan
islam Mughal di india sehingga banyak bercorak islami di dalam peninggalan
sejarahnya. Terbukti dengan adanya kemajuan di bidang pendidikan dan bangunan-bangunan
perpustakaan yang didirikan pada masa pemerintahan akbar, Munculnya
beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan
jiwa manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Pendidikan di
india di bagi menjadi dua yaitu: 1), pendidikan islam pada masa mughal
contohnya, khanaqah ( pesantren yang didirikan tahun 1831 M dan Masjid-masjid
digunakan tempat belajar ilmu agama. 2). Pendidikan pada masa pembaharuan
seperti, madrasah al ‘ulum, sekolah Muhammedan
dan Universitas Muslim Aligarh.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar S. Ahmed, Rekonstruksi
Sejarah Islam, Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2003
Abdul Hayyie al-Kattani dkk, Study In Islamic Countries Panduan
Lengkap Kuliah di Negara-negara Islam, Jakarta: Gema Insani, 2009
Ali Nadwi, Abdul Hasan, Muslims
in India, India : Islamic Research and Publications, 1976
___________________, Islam dan Dunia, Bandung: Angkasa,
1995
Ali, k. History Of India, Pakistan And Bangladesh, Dhaka:
Ali Publication, 1980
Aziz, Ahmad, Studies In Islamic Culture The Indian Environment, Oxford:
Clarendon Press, 1964
Babur, Zahirudin Muhammad, Nama Babur, Terjemahan Johnlexden
Dan William Ersvine, Babur: Memories Of Zahiruddin Muhammad Babur, London:
Oxford University Press, 1921
Dedi, Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Volume 3, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993
Ensiklopedi-Oxford, Dunia Islam
Modern, diterjemahkan dari The Oxford Encyclopedia of the Modern Islmiic World, Bandung: Mizan,
2002
Gazalba, Sidi, Masjid
Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Al-Husna, 1994
Ira
M. Lapidus, A History Of Islamic
Societies Second Edition, Australia, Cambridge University Press, 2002
Jaih,
Mubarok, Sejarah Peradaban Islam,
Bandung : Pustaka Islamika, 2008
Jamil, Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: Pustaka Firdaus,
2000
Karim, M. Abdul, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam,Yogjakarta: Pustaka Book Publisher, 2009
Maeyam, Siti,
dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Moderen, Yogakarta:
LESFI, 2002
Mahmudunnasir, Syed, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung,
Rosdakarya, 2005
Masyrifah, Sunanto, Sejarah
Islam Klasik, Surabaya: Prenada Media , 2004
Mujib,
M, The Indian Muslim, London:
George Alen, 1967
Musyafak, Ahmad , Dinasti Mughal, dinasti-mughal.html,
diakses, 28 September 2013
Nasir, Muhammad, Kerajaan
Mughal di India,. kerajaan-mughal-di-india-asal-usul.html, diakses 28
September 2013
Nasir, Muhammad, Kerajaan-Mughal-di-India-Asal-Usul.Html,
diakses, 28 September 2013
Nasution, Harun, Pembaharuan
Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan), Jakarta: PT. Bulan Bintang,
2001
P.M. Holt, Ann, & Bernad, History
of Islam, Australia : Cambridge University Press, 1996
Supriadi, Dedi, Sejarah Peradaban
Islam, Bandung: Pustaka Setia 2008
Taufik Abdullah, et.al, (Ed), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid
2, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002
[1]Abdul Hayyie al-Katttani dkk, Study In Islamic Countries Panduan
Lengkap Kuliah di Negara-negara Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2009 ), hlm.
254
[4] Maeyam, Siti, dkk, Sejarah Peradaban Islam
Dari Masa Klasik Hingga Moderen, (Yogakarta: LESFI, 2002), hlm.166
[6] Aziz, Ahmad, Stuies...
hlm. 3
[8] Mahmudunnasir, Syed, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung,
Rosdakarya, 2005), hlm. 163
[10] Dewan Redaksi
Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Volume 3, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1993, hlm. 239
[12]Babur,
Zahirudin Muhammad, Nama Babur, Terjemahan Johnlexden Dan William
Ersvine, Babur: Memories Of Zahiruddin Muhammad Babur, ( London: Oxford
University Press, 1921), hlm. 477
[15]P.M. Holt, Ann, &
Bernad, History of Islam (Australia :
Cambridge University Press, 1996), hlm. 36
[16] Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam,... hlm.148
[17] Mahmudunnasir, Syed
, Islam Konsepsi dan Sejarahnya,.. hlm.
298
[18]Musyafak, Ahmad ,
Dinasti Mughal, dinasti-mughal.html, diakses, 28 September 2013
[19] Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,
(Yogjakarta : Pustaka Book Publisher, 2009), hlm. 316
[20] Ibid,... hlm, 316
[21] Yatim, Badri, Sejarah
Peradaban Islam, ....hlm. 149
[22] Karim, M. Abdul, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, hlm. 317
[23] Yatim, Badri ,Sejarah
Peradaban Islam,... hlm.150
[25]Nasir, Muhammad, Kerajaan Mughal di India,. kerajaan-mughal-di-india-asal-usul.html,
diakses 28 September 2013
[27] Karim, M. Abdul, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, hlm.318
[28] Mahmudunnasir, Syed, Islam
Konsepsi dan Sejarahnya,.. hlm.
314-315
[29] Karim, M. Abdul, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, hlm.318
[31] Muhammad, Nasir, Kerajaan
Mughal di India,....hlm.231
[33] Karim, M.
Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, hlm. 318
[34]Ali, k. History
Of India, Pakistan And Bangladesh, (Dhaka: Ali Publication, 1980) hlm. 149
[35] Jaih, Mubarok,
Sejarah Peradaban Islam,.. hlm. 243
[36] Yatim, Badri ,
Sejarah Peradaban Islam,…hlm. 149
[38] Yatim, Badri, Sejarah
Peradaban Islam,…hlm. 150
[39] Ali Nadwi, Abdul Hasan, Muslims in India, ( India: Islamic Research
and Publications, 1976). hlm.9
[40] Nasir, Muhammad, Kerajaan-Mughal-di-India-Asal-Usul.Html,
diakses, 28 September 2013
[41] Dedi, Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung :
Pustaka Setia, 2008), hlm. 263
[42] Masyrifah, Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Surabaya :
Prenada Media , 2004), hlm, 255
[43] Dedi, Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,.. hlm. 264
[45]Akbar S. Ahmed, Rekonstruksi Sejarah Islam, (Yogyakarta
: Fajar Pustaka Baru, 2003), hlm. 89
[46]Ira M. Lapidus, A History Of Islamic Societies Second
Edition ( Australia, Cambridge University Press,2002), hlm, 379
[47]Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam,…163
[48]Akbar S. Ahmed, Rekonstruksi Sejarah Islam,... hlm.133-134
[49]P.M. Holt, Ann,
& Bernad, History of Islam,...
hlm. 61
[50] Abdullah, M Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,...
hlm. 280
[54]Taufik Abdullah, et.al,
(Ed), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid 2, Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2002, hlm. 297
[55]Gazalba, Sidi, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta:
Al-Husna, 1994, hlm. 287
[59]Jamil, Ahmad, Seratus
Muslim Terkemuka, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), hlm. 416
[60]Taufik, Abdullah,
et.al, (Ed), Ensiklopedi Tematis…, hlm. 298-299
[61]Yatim, Badri Sejarah..., hlm. 152-153
[62]Ali Nadwi, Abul Hasan, Islam dan Dunia, (Bandung: Angkasa,
1995), hlm. 77
[63] Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan
Gerakan), (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2001), hlm. 149-153
[65]Ensiklopedi-Oxford, Dunia Islam Modern, diterjemahkan dari The
Oxford Encyclopedia of the Modern
Islmiic World, (bandung: Mizan, 2002), hlm. 301
[66] Nasution, Harun, Op. Cit., hlm. 156
[67]Ensiklopedi-Oxford,
Op. Cit., hlm. 301
[68]Nasution, Harun, Op. Cit., hlm. 158-162
[73]Ensiklopedi-Oxford,
Op Cit, hlm. 301.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar