Selasa, 17 Juni 2014

ISLAM DI INDIA



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Gambaran Singkat Sejarah India.
Dalam sejarahnya, india merupaka wilayah dengan berbagai macam kebudayaan yang berkesinambungan selama 5000 Tahun. Kebudayaan dilembah Indus (3000 SM sd 1500 M) telah diikuti dengan zaman Vedic, yang menggunakan bahasa sansekerta (1500 SM sd. 5000 SM).
Kerajaan pertama di India, kerajaan Maurya, dimulai oleh Chandragupta Maurya (274-237 SM). Kerajaan-kerajaan setelah raja Asoka dipimpin oleh raja-raja seperti Gupta, Pratihara, Pala, Calukya, Chola, dan dinasti Pandya. Keaadan ini diikuti oelh zaman kekuasaan Islam sekitar abad ke 9 M dan diikuti dengan kedatangan bangsa Eropa, terutama bangsa Inggris, pada abad ke-17 M .
Pada tanggal 15 Agustus 1947, Inggris memberikan kemerdekaan kepada India. Pada tanggal 26 Januari 1950, India resmi menjadi republik India dengan presiden sebagai kepala negara dan perdana mentri sebagai kepala pemerintahan. Usaha-usaha dan aktivitas diplomatisnya, seperti Konferensi Asia-Afrika, Gerakan Non-Blok, dan sebagainya menetapkan India sebagai salah satu negara terkemuka dalam dunia ketiga.[1]
India adalah negara besar ke tujuh dan mempunyai penduduk kedua terbanyak di dunia. India berada di Asia selatan dan dikelilingi oleh Pakistan, Afganistan, Cina, Buthan, Myanmar, dan Bangladesh, Samudra Hindia, Laut Arabia, dan Teluk Bengal sebagai batas lautnya. Daratan india terbagi atas tiga macam daerah geografis: daerah pegunungan Himalaya, daratan rendah yang dibentuk oleh sungai Indus-Gangga-Brahmaputra, dan disebelah selatan terdapat semenanjung daratan tinggi Deccan.[2]
Iklim dan cuaca di India berbeda dari satu wilayah dengan wilayah yang lain. Beberapa wilayah, termasuk daerah pesisir, mempeunyai iklim dan cuaca yang seragam sepanjang tahun. Meskipun demikian, ada beberapa wilayah di India yang mempunyai iklim dan cuaca yang nyaman, seperti kota-kota diwilayah utara dan Bangalore di sebelah selatan. Selain daripada wilayah tersebut, hampir semua daerah akan terasa sangat panas pada musim panas.
Secara umum, iklim dan cuaca di India bisa dibagi sebagai berikut:
1.         Bulan Maret sampai dengan Juni: Musim panas.
2.         Bulan Juni sampai dengan Oktober: Musim penghujan.
3.         Bulan November sampai dengan Februari: Musim dingin.
India Juga merupakan negara terbesar ketiga dalam penyediaan seumberdaya manusia dalam bidang sains dan teknologi beberapa ilmuan besar India telah berhasil mendapatkan penghargaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
India dibagi menjadi 27 negara bagian dan 7 wilayah kesatuan. Negara-negara bagian tersebut mempunyai kekuasaan otonomi sendiri yang cukup luas, sedangkan wilayah-wilayah kesatuan dipimpin langsung oleh presiden melalui kepala pemerintahan yang ditunjuk.
Bahasa Hindi adalah bahasa resmi pemerintahan dan Bahasa Inggris juga dipakai sebagai bahasa penghubung. Selain itu ada sekitar 16 bahasa lainnya selain Hindi dan Inggris yang ditetapkan di dalam undang-undang sebagai bahasa resmi yang boleh dipakai dalam pelaksanaan pemerintahan dinegara-negara bagian.
India adalah sebuah negara sekuler. Penganut agama Hindu adalah kelompok terbesar yang diikuti oleh penganut agama Islam, Kristen, Sikh, Budha, Jain, dan Parsi. Sebanyak 70 persen dari seluruh penduduk India tinggal di daerah pedesaan dengan bergantung pada pertanian atau agrobisnis kecil.
Masyarakat India pada umumnya ramah dan santai. Banyak dari mereka yang berani memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum diminta untuk bicara.[3]
B.  Asal Usul Islam di Anak Benua India.
            Sejarah awal masuknya islam di anak benua india dapat di bagi menjadi empat (4) periode yaitu, pada zaman Nabi Muhammad SAW, Pada Masa Dinasti Umayyah, Ghaznawi, dan Ghuri.[4]
1. Periode Nabi Muhammad SAW. (610 M),
Pedagang-Pedagang arab yang telah menganut agama islam sudah berhubungan erat dengan dunia timur bangsa arab melalui pelabuhan-pelabuhan india, sehingga mereka sambil berdagang juga berdakwah.
2. Pada Masa Dinasti Muawiyyah.
             Kontak awal orang-orang Arab dengan masyarakat India sudah dilakukan sejak masa al Khulafā al Rasyidūn, yakni Khalifah Umar bin Khatab.[5] Pasukan perangnya di bawah panglima Abu al Mughira menyerang Sind melalui laut  namun gagal. Sedangkan panglimanya yang lain Abdullah bin Amr al Rabbi, berhasil menguasai Kirman, Sizistan, dan Mekran. Pada masa khalifah berikutnya, Usman bin Affan, telah diutus Hakim bin Jabalah untuk meninjau India. Usaha yang sama diteruskan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan mengirimkan al Harris bin Murrah. Inilah awal mula Islam menyebar ke India melalui darat.[6]
            Pendapat yang lain mengatakan Islam masuk ke India pada masa Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim.[7] Peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India. Kedudukan Islam di wilayah ini berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan serta mengislamkan sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M. Setelah Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India, seperti Dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug,  dan yang terakhir Dinasti Lodi yang didirikan  Bahlul Khan Lody.[8]
3.      Dinasti Ghazni.
Pada tahun 976-977 M. Penyerangan Mahmud dengan gelar Mahmud Ghaznawi menyerang Lahore, Delhi, Ajmir, Qanaut, Kalinjar, Ujjain, Nagarakot, Doab dan Gawaliur, yang semuanya dimenangkan sampai tahun 1025 M.[9]
4.      Dinasti Ghuri.
Pada tahun 1186 M. Alauddin Husaen ibn Husain merebut negeri Ghazanah yang sudah lemah dan di pakainya gelar al-malik al mu’azzam (raja besar).
            Hadirnya Kerajaan islam Mughal membentuk sebuah peradaban baru di daerah tersebut dimana pada saat itu mengalami kemunduran dan keterbelakangan. Kerajaan Mughal yang bercorak Islam mampu membangkitkan semangat umat Islam di India.

C.  Asal Usul Terbentuknya Peradaban  Islam di India.
Sumber asli yang menginformasikan sejarah peradaban islam di india  sangat banyak, namun semuanya di tulis dengan bahasa arab dan persi diantaranya Tajjul Maatsir  yang ditulis oleh Hasan Nizami tentang awal kesultanan islam Delhi pada tahun 1191-1217 M. Dan Tarikh e Mubarrok Shahi  yang ditulis oleh Yahya ibn Muhammad al-Sar Hindi tentang sejarah kekuasaan islam di india sampai dinasti Sayyid, Mazhabiyah Al Khadaroh Al Islamiyah oleh Muhsan Abdul Hamid, Tarikh Al Falsafah Al Islamiyah yang di tulis oleh Mustofa Abdul Razak, dari sumber-sumber inilah yang dapat digunakan untuk menelusuri peradaban islam di anak benua india.
Dalam sejarah peradaban islam di india dapat diketahui dengan berdirinya kerajaan islam di india setelah runtuhnya kerajaan Syafawi di Ardabil yaitu kerajaan Mughal.[10] Kerajaan mughal berdiri seper empat (1/4) abad setelah berdirinya kerajaan syafawi, mughal adalah kerajaan islam termuda diantara tiga kerajaan lainya seperti kerajaan Mamluk di Mesir, kerajaan Usmani dan kerajaan Syafawi.[11]
Berdirinya kerajaan Mughal adalah bukti nyata kemajuan dan peradaban islam di benua india pada paroh abad ke 20, untuk mengetahui peradaban islam, kultur politik, sosial budaya dan karaktristik manajemen islam di benua india penyusun mengupas tentang kerajaan islam Muhgal sebagai tonggak peradaban islam di India.
1.    Kerajaan Islam Mughal.
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukota, didirikan oleh Zahirudin Babur (1482-1530 M),[12] salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun, ia berambisi dan bertekat akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menakukkan Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan.[13]
1)   Zahiruddin Babur (1526-1530 M).   
Setelah Kabul dapat di taklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibukotanya Lahore. Setelah itu ia memimpin tentaranya menuju Delhi.
Pada tanggal 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsat di Panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana.[14]
Zahiruddin Babur adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan islam Mughal, Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan, Awal kepemimpinannya, Zahiruddin Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan Islam Mughal.
Raja-raja Hindu ini di seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran. Sementara itu di Afganistan masih ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi . mereka mengangkat adik kandung Ibrahim Lodi yaitu Mahmud Lodi menjadi sultan. Tetapi, Sultan Mahmud Lodi dengan mudah di kalahkan Babur pada pertempuran di dekat Gogra.
Babur dikenang dalam buku autobiografinya Babur Namah, yang ditulis dalam bahasa Turki. Penaklukannya atas India dihubungkan dengan istilah “monumen tengkorak”. Sehubungan dengan pembunuhan massal yang tidak berguna. dalam dinasti ini nantinya muncul tokoh legendaris, yaitu Sultan Akbar (1555-1605), yang dikenal sebagai tokoh pemersatu.
Babur was not only a valiant soldier and capable general but also an accomplished writer and a poet of merit. His memoirs are famous. Because of his preoccupations, some entries are sketchy as if made in a diary, but in orther please the reader is fully compensated by Babur's excellent pen-pictures of important contemporaries.[15]
                          
Pada tahun 1529 M. Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia. dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Hamayun.[16]
2)   Humayun  (1530-1556 M).
Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang benama Humayun. Humayun memerintah selama 10 tahun (1530-1556 M). Dia adalah orang yang rendah hati, gagah berani, cerdas, dan cakap dalam hal memerlukan energi besar , tetapi tidak dalam usaha keras yang terus menerus. Dia tidak memiliki kebijaksanaan politik dan keterampilan diplomatik, begitu pula tekad yang kuat dan keuletan seperti ayahnya.[17]
3)   Akbar (1556-1605)
Akbar pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan kerajaan islam Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Ketika menerima tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi'ah. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.[18]
Akbar diangkat menjadi raja dengan gelar Abu Fath Jalaluddin dan gelar yang paling terkenal adalah Sultan Akbar Agung. Ia menjadi raja terbesar diantara raja-raja Mughal di India. Kekuasaannya hampir seluruh wilayah anak benua India. Dalam sejarah peradaban islam, Sultan Akbar Agung dikenal sebagai pribadi jenius, bijaksana dan ahli perang.[19]
Di masa Akbar kerajaan tidak di jalankan dengan kekerasan, ia banyak menyatu dengan rakyat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandang sebagai orang lain dan dirinya pun dibuatnya menjadi orang Hindustan sejati. Dalam urusan pemerintahan, dia menyusun pentadbiran secara teratur yang jarang, administrator negara yang ulung dan juga dikenal sebagai tokoh perbandingan agama.[20]
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi'ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.[21]
Kepemimpinan Akbar dilanjutkan oleh Jihangir (1605-1627 M) yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
4)   Jehangir (1605-1627 M)
Setelah Sultan Akbar wafat, ia digantikan oleh putranya Sultan Salim.[22] Sultan Salim yang digelari dengan Jehangir. Jehangir  yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.[23]
Menurut Abdul Karim, Jehangir dijuluki raja pelukis dari para pelukis. Hal ini disebabkan karya-kara lukisannya yang bagus dan luar biasa.
5)   Syah Jahan (1628-1658 M)
Setelah Jehangir wafat, kerajaan diperebutkan oleh putranya, yaitu Shah Jahan dan Asaf Khan. Perselisihan tersebut akhirnya dimenangkan oleh Sah Jahan, yang digelari Muzaffar Shahabuddin Muhammad Sahib Qiran-e Sani Shah Jahan Padsah Ghazi. Sementara saudaranya ditangkap,  dipenjarakan dan matanya dibutakan.[24] Syah Jahan tampil meggantikan Jehangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan, namun pada tahun 1631 M pemberontakan ini pun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.[25]
Tahun 1632 M Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jahan meninggal dunia pada 1657 M, setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.[26]
Menurut M. Abdul Karim, Shah Jahan berhasil menaklukkan Gakond, Bidar, dan Baijapur dengan bantuan anaknya Aurangzeb. Namun, kemudian terjadi perselisihan antara putera Shah Jahan untuk menggantikan kedudukannya. Aurangzeb dapat mengalakan saudaranya dan membujuk ayahnya supaya diizinkan masuk istananya dengan membawa bala tentara serta berjanji tidak akan menggangu kedudukan ayahnya. Ternyata, Aurangzeb mengingkari janjinya tersebut. Ia memenjarakan ayahnya, sebagaimana Shah Jahan memenjarakan Jahangir.[27]
6)   Aurangzeb (1658-1707 M)
Ambisi Aurangzeb yang besar adalah memperluas wilayah kekuasaan Mughal di Deccan, tempat dia pernah menjadi raja muda bagi ayahnya. Edward dan Garret dengan tepat menyatakan, Dia (Aurangzeb) mengikuti kebijakan imperialisme agresif yang diprakasai oleh Akbar pada abad ke-16 dan didorong pula oleh para penggantinya, Jahangir dan Shah Jahan. Yang mana, akhirnya Aurangzeb berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, yaitu wilayah yang terbentang dari Kabul hingga Chittagong, dan dari Khasmir hingga Kaveri.[28]
Aurangzeb dinilai berhasil dalam menjalankan pemerintahan, dia memberikan corak keislaman di tengah-tengah masyarakat Hindu. Aurangzeb mengajak rakyatnya untuk masuk Islam, ia menyuruh arca-arca Hindu ditanam di bawah jalan-jalan menuju mesjid agar orang Islam setiap harinya menginjak arca-arca tersebut. Kebijakan Aurangzeb tersebut banyak menuai kritik dari kalangan Hindu, diantanya adalah kerajaan Rajput yang semula mendukung kerajaan Mughal kemudian menentangnya.[29]
Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal. Kerajaan Mughal dan rajanya tidak lebih hanya sebagai simbol dan lambang belaka, bahkan raja hanya diberi gaji oleh kolonial Inggris yang telah datang untuk biaya hidup tinggal didalam istana.[30]
7)   Bahadur Syah (1707-1712 M )
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb putra tertua yang bernama Muazzam. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri.[31]
Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat. [32]
8)   Syah Alam (1760-1806 M)
Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760-1806 M), Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan.
9)   Akbar II (1806-1837 M)
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India.
10)     Bahadur Syah (1837-1858 M)
Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Sultan Bahadur Syah pernah memimpin pemberontakan melawan Inggris namun gagal. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal ditangkap, disiksa, dan diusir dari istana ke Rangon (Myamar) pada tahun 1862 M. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India, setelah berabad-abad lamanya mengalami kejayaan.[33]
D.  Sistem Politik Kerajaan Islam Mughal.

a.    Bidang Pemerintahan dan Sosial-Politik
Sistem pemerintahan kerajaan Mughal adalah militeristik. Pemerintah pusat dipimpin oleh raja. Pemerintah daerah dipimpin kepala komandan (Sipah Silar),[34] sedangkan sub daerah dipimpin oleh faudjar ( komandan ).[35] Jabatan-jabatan sipil juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan kemiliteran. Sistem yang menonjol adalah politik Sulakhul (toleransi universal),[36] yaitu semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan, karena perbedaan etnis dan agama.
Sehingga masa pemerintahannya cukup berhasil dan wilayah kekuasaannya pun semakin meluas seperti Chundar, Ghond, Chitor, Kashmir, Bengal, Bihar, Gujarat, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Selain itu terbentuk landasan institusional dan landasan georafis bagi kekuatan imperiumnya, pemerintahan mughal pada umumnya dijalankan oleh pembesar kalangan elit militer dan politik sperti dari Iran, Turki, Afghan, dan Muslim asli India. Para pejabat elit di organisasi sesuai dengan mansadar yang merupakan sebuah sistem dimana masing-masing pejabat memilki dua kedudukan yaitu posisi hierarki dan sawar yang menyatakan jumlah tentara yang harus dikerahan ke medan perang.[37]
b.   Bidang Ekonomi dan Keuangan
Kemantapan stabilitas politik yang diterapkan oleh Akbar telah membawa kemajuan di bidang lainnya. Seperti bidang ekonomi, kerajaan islam Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Namun yang menjadi tumpuan adalah sektor pertanian karena disektor ini hubungan antara pemerintah dan petani di atur baik. Dimana terdapat deh yakni unit lahan pertanian kecil yang tergabung dalam pargana (desa). Komunitas petani dipimpin oleh mukkadam. Melalui mukkadam inilah pemerintah berhubungan dengan petani. Setiap petani bertanggung jawab untuk menyerahkan hasilnya, sehingga mereka dilindungi dari kejahatan. Adapun hasil pertaniannya yaitu berupa biji-bijian, kacang, tebu, sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas dan bahan-bahan celupan.[38]
Selain untuk kebutuhan dalam negri hasilnya di ekspor ke Eropa, Arabia, dan Asia Tenggara. Bersama dengan hasil kerajinan seperti kain tenun, kain tipis bahan Gordyin yang banyak di produksi di Gujarat dan Bengal. Pada masa syekh Jehan dilakukan pembangunan ekonomi dimulai dari pengembangan irigasi.
Cloth-weaving factories were also established during the reign of Akbar. That great Mughal emperor, further, introduced many valuable agrarian reforms appertaining to the measurement of land, and the assessment and collection of land revenue. The improvements made by Her Shah and Akbar in the field of finance, specially in coinage and currency, had not been heard of in India before. Sher Shah had a unique gift for legislation and administrative organisation in fact, it was his example wich Akbar Followed later.[39]

c.    Bidang Agama[40]
1)   Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din- IIlahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan symbol-symbol agama yang di kedepankan. Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya menyimpulkan, "Din illahi itu merupakan Pancasilanya bangsa Indonesia.
2)   Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
3)   Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi'ah untuk mengembangkan pengaruhnya.
4)   Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'i.
5)   Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam mengenai soal mu’amalat yang disebut “Ahkam Alam Giriyah”.
d.    Bidang Pengetahuan, Seni dan Budaya.
1)   Pada pengetahuan kebahasaan, Akbar telah menjadikan tiga bahasa sebagai bahasa Nasional, yaitu bahasa Arab sebagai bahasa agama, bahasa Turki sebagai bahasa bangsawan dan bahasa Persia sebagai bahasa istana dan kesustraan[41]
2)   Munculnya ilmu-ilmu medis yang berbentuk filosofi medis (memakai pendekatan kepada Allah).[42]
3)   Akbar juga memodifasi tiga bahasa (Arab, Turki, Persia) ditambah dengan bahasa Hindu dan menjadi bahasa Urdu.[43]
4)   Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana.[44]
5)   Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
6)   Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.
7)   Taj mahal merupakan bangunan peninggalan kerajaan Mughal di India yang merupakan gabungan arsitektur Hindu dan Muslim, suatu monumen cinta.[45]
Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Islam Mughal.
The classic sistem  of the Mughal Empire lasted from the reign of Akbar until the reign of Aurangzeb (1658-1707). Aurangzeb was the first Mughal ruler to reverse the policy of conciliation of Hindus in favor of Islamic supremacy. In 1659 he forbade drinking, gambling, prostitution, the use of narcotics,  and other vices. in 1664 he forbade sati, the Hindu sacrifice of widows, and abolished taxes that were not legal under muslim law. In 1668 he banned music at court, imposed the poll tax on non Muslims, ordered the destruction of Hindu temples, and sponsored the codification of Islamic law called the Fatawa-i Alamgiri. He also founded Muslim colleges to promote the study of Shari'a. the religious climate of his reign reversed the tendency toward syncretism in favor of exclusivist Muslim policies. Aurangzeb's reforms antagonized Hindus but still fell short of Muslim reformist demands.[46]

Setelah dua setengah abad lebih dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya.
Tanda-tanda kemunduran dapat  dilihat  sebagaimana berikut :
1.      Sejumlah penguasa-penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan diantara putra raja-raja, dan  lemahnya kontrol pemerintahan pusat.
2.      Adanya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur, dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
3.      Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu EIC mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.
4.      Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan kerajaan Mughal di daratan India.
5.      Lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk apapun perlu diwaspadai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan islam Mughal mundur dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:[47]
1.      Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2.      Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3.      Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4.      Semua pewaris tahta kerajaan pada setengah terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
E.  Sosial Budaya Kerajaan Islam Mughal
Pengenalan Islam pertama kali di India telah membentuk pola hubungan antara umat Hindu dan Muslim. Tidak ada dua kebudayaan yang dapat lebih berbeda dari pada Islam dan Hinduisme. Gagasan mereka tentang Tuhan, kehidupan setelah mati, perkawinan, makanan, moralitas, dan hampir segala sesuatu secara keseluruhannya berbeda.
Namun mereka telah hidup dan bertahan hidup bersama selama seribu tahun, sering dalam kerukunan yang sesungguh-sungguhnya. Mereka hidup dalam kerukunan, sadar akan perbedaaan masing-masing, sadar akan batas-batas yang memisahkan mereka, juga sadar bahwa mereka perlu hidup bersama-sama. [48]
There was some impact of Islam on Indian religious thought at this time. Certainly some Sufi teachers, especially those of the Chishti order, had made a popular front  for their own views through their allegorical romances in Indian vernaculars ; probably with some acceptance, for Sufi mysticism often has much in common with the pantheistic mysticism of the Indian Vedanta. To their influence, both from their teachings and on account of the popular respect they commandedd as saints and thaumaturges, may be attributed the partial conversions amongst the lower strata of Indian society communities with more or less of Muslim belief on particular points of doktrine but generally faithful also to the godlings of popular Hinduism, it rites, festivals, sosial implications and prescriptions. On higher level of influence comes strictly monotheistic thought of such teacher as Kabir-who in spite of his Muslim name preached strongly against what he considered to be the fallacies of both Hinduism and Islam and Nanak, who added to Kabir’s monoheism a disipline of religion which he so much admired in Islam. But his sikhs later developed an antagonism to the Mughal rulers, and Sikhism became the implacable adversary of Islam in north India.[49]

Perpaduan dan penghargaan terhadap agama-agama lain bukanlah suatu strategi politik, ini adalah hal yang mendalam dan ikhlas. Alasannya bersifat sosiologis, banyak pangeran Mughal adalah anak-anak dari ibu Hindu, banyak jendral balatentara yang sangat kuat dan tokoh-tokoh penting di dalam istana serta penasehat-penasehat istana adalah Hindu. Oleh karena hal ini, maka semua pemeluk Hindu bisa menerima Islam dengan mudah karena Islam tidak membeda-bedakan kasta dan agama. Dan juga Islam tidak mengenal kekerasan.
Kedatangan Islam ke anak Benua India tidak berdasarkan kekerasan, tetapi merupakan kebutuhan masyarakat pada masa itu. Keberhasilan Islam di India utama terjadi karena adanya rasa persaudaraan yang kuat, solidaritas yang sejati, dan keadilan yang ditegakkan. Islam membangun pranata sosial administrasi yang baik. Hubungan peradaban Islam dan India terjadi saling memberi dan menerima dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, politik, sosial, ekonomi, dan budaya.[50]
Pengaruh Islam di India sangat besar dalam berbagai bidang diantaranya mulai dilarangnya adat Sati Daho sampai akhirnya dilarang secara resmi. Islam masih bertahan di India meskipun mereka minoritas, bahkan di beberapa wilayah India utara merupakan masyarakat mayoritas. Hubungan antara Islam dan India pada gilirannya menghasilkan bentuk asimilasi yang saling membutuhkan satu sama lain dalam banyak bidang, seperti : pertukaran budaya dan  penerjemahan buku.[51]
Al-Biruni menjelaskan adat istiadat sangat kental di masyarakat Hindu, seperti tentang pembakaran mayit Sati dimana seorang istri apabila suaminya meninggal ia ikut membakar diri dengan jasad suaminya, hal itu berulang-ulang di hapuskan oleh pemimpin-pemimpin Islam dan akhirnya secara resmi dilarang. Al-Biruni mencatat pula tentang sistem keadilan Hindu pada zaman dulu sangat longgar hukum pidananya, para Brahman tidak dihukum atas kesalahannya, dalam islam pencuri dihukum sesuai tingkat pencuriannya. Dalam bidang administrasi pertanahan, pajak tanah sangat rendah, hasil bumi diberikan kepada pemerintah sebagai pajak. Pada sistem kasta yang mana sistem tersebut membuat jurang perbedaan antara suku, kasta dan warna kulit serta tercerai berai.[52]
Kemudian ilmu bangunan-bangunan yang didirikan oleh para raja-raja dalam rancangannya merupakan campuran-campuran gaya Syiria, Bizantium, Mesir dan Iran sedang detilnya Hindu, Jaina dan Budha. Kontak antara Islam dan Hindu menghasilkan evolusi gaya yang kadang-kadang disebut Indo-Muslim. Arsitektur Indo Muslim adalah arsitektur musim yang menampilkan detil sifat-sifat tertentu dari seni bangunan Hindu. Semakin banyak ahli muslim memasuki India, pengaruh Hindu semakin berkurang sedikit demi sedikit.[53] Oleh karena hal ini, maka Islam berhasil merubah wajah India menjadi lebih baik dan beradab.
Perpaduan antara Hinduisme dan Islam di India adalah salah satu perkembangan yang paling luar biasa di Asia Selatan. Ini menambahkan kekayaan dalam kedua kebudayaan. Sistem pilihan dari berbagai sumber dan perpaduan juga ditemukan dalam karya salah seorang penyair muslim yang paling berpengaruh dan penting pada abad ke-20.
F.   Manajemen Pendidikan Islam Kerajaan Islam Mughal.
1.    Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan Mughal
Pada masa kerajaan Islam Mughal, pendidikan memperoleh perhatian yang cukup besar. Untuk keperluan ini pihak kerajaan mendorong untuk menjadikan masjid selain sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat belajar agama bagi masyarakat. Di masjid memang telah tersedia ulama yang akan memberikan pengajaran berbagai cabang ilmu agama. Bahkan, di masjid juhga telah disediakan ruangan khusus bagi para pelajar yang ingin tinggal di masjid selama mengikuti pendidikan. Karena itu, hampir setiap masjid merupakan pengembang ilmu-ilmu agama tertentu dengan guru-guru spesialis. Dalam perkembangannya, masjid raya telah berkembang menjadi sebuah universitas.[54] Seorang ilmuwan muslim, Sidi Gazalba bahkan mengatakan bahwa di masa Kerajaan Mughal pendidikan didorong dengan hadiah uang untuk masjid. Semua masjid selalu mempunyai sekolah rendah.[55] Ini berarti perhatian sejumlah penguasa Mughal terhadap pembinaan agama dengan membangun sejumlah masjid misalnya amat bermanfaat bagi pengembangan pendidikan Islam dan ajaran Islam di kalangan masyarakat. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi orang-orang kaya, pihak kerajaan juga telah menyediakan madrasah-madrasah khusus. Pendidikan atau sekolah khusus ini juga disediakan bagi orang Hindu yang disebut Pat Shala. Namun demikian, di samping sekolah khusus bagi kelompok agama tertentu pihak kerajaan juga menyediakan sekolah tempat anak-anak muslin dan Hindu belajar bersama.[56]
Selain masjid, juga terdapat khanqah (Pesantren) yang dipimpin ulama atau wali, yang secara umum ada di daerah-daerah pedalaman. Khanqah pada era ini merupakan pusat studi Islam yang dinilai baik. Di khanqah diajarkan berbagai ilmu pengetahuan seperti matematika, mantik atau logika, filsafat, tafsir Qur’an, hadits, fiqih, sejarah, dan geografi. Bahasa Persia pada masa itu merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran agama Islam. Pendidikan yang diselenggarakan ini diikuti oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Karena itu sejumlah kaum wanita dari keluarga terdidik, misalnya Gulbadan Begum, Maham Anga, Nur Jahan, Mumtaz Mahal, Jahan Ara Begum, dan Zaibun Nisa yang kemudian menjadi penulis terampil.[57]
Selain itu, pihak kerajaan juga menyediakan perpustakaan yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Akbar dikenal sebagai raja yang gemar membaca dan mengoleksi buku. Pada era ini juga banyak buku-buku terjemahan yang diterbitkan. Diantaranya buku terjemahan kisah Mahabaratha dan Ramayana yang dibuat oleh Badayuni ke dalam bahasa Persia. Raja lainnya, Jahangir dikenal sebagai raja pelindung para ilmuwan. Ia juga menulis biografinya sendiri dengan judul Tuzk-i-Jahangiri.[58]
Di masa Syah Jahan didirikan perguruan tinggi di Delhi. Aurangzeb mendirikan pusat pendidikan di Lucknow. Tiap masjid mempunyai lembaga tingkat dasar yang dipimpin oleh seorang guru. Sejak berdiri banyak ilmuan yang belajar di India. Sedangkan Aurangzeb dikenal banyak orang sebagai lelaki yang saleh, adil, keras dan energetik yang menjadi teladan kerajaan Islam. Hidupnya ditandai kesederhanaan dan tenaga yang tak terbatas. Dialah yang paling terpelajar di antara semua penguasa Mughal.[59]
Berbagai kegiatan tulis menulis dalam masalah agama, sejarah, maupun syair, ikut melengkapi koleksi perpustakaan kerajaan sekaligus penyebaran ilmu pengetahuan. Karena itu tidak sedikit dijumpai perpustakaan yang ada di berbagai wilayah kerajaan Mughal. Pada tahun 1641 misalnya, terdapat sebuah perpustakaan di Agra yang memiliki koleksi 20.000 buku. Karena itu, semangat dan perkembangan agama Islam yang telah berkembang di kalangan kerajaan maupun masyarakat pada umumnya sebetulnya bersamaan dengan tumbuhnya lembaga-lembaga keagamaan, pendidikan, dan ilmu pengetahuan.[60]
Dalam penggalan sejarah Dinasti Mughal, tampil dua penguasa paling berpengaruh: Akbar Khan dan Aurangzeb. Meskipun keduanya memerintah dalam dekade yang berbeda, tetapi kebijakan Akbar Khan dan Aurangzeb, khususnya berkaitan dengan pengembangan Islam di India, memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Akbar mengembangkan pola Islam sinkretis. Sebaliknya, Aurangzeb mengembangkan pola Islam puritan.
Dalam perspektif politik, langkah Akbar ini dianggap sah, bahkan cerdas. Sebab, substansi politik adalah tercapainya tujuan, meskipun pada saat bersamaan terdapat aspek-aspek tertentu yang terabaikan. Orang boleh melakukan apa saja dalam konteks politik. Akbar telah memposisikan Islam tidak lebih dari sekedar simbol formal tanpa makna. Karena itu, dia dengan mudah meleburkan dan mencampuradukkan Islam dengan berbagai kepercayaan lain. Dalam situasi ini, Islam kehilangan identitasnya. Ketinggian dan keluhuran ajaran Islam juga tereduksi sedemikian rupa. Hal ini menyebabkan ketegangan dengan para penganut Ahlusunah wal jamaah.
Lain dengan Akbar Khan, lain pula dengan Aurangzeb. Wajah Islam di India pada masa Aurangzeb tampak lebih dominan. Dia berusaha mengangkat kembali citra Islam yang tampak “redup” beberapa dasawarsa sebelumnya. Ia giat mengembalikan kemurnian Islam. Usaha ini patut dihargai. Sebab, dari sini terlihat kecintaan seorang Aurangzeb terhadap Islam. Namun, perlu diingat, Islam adalah agama yang mensponsori perdamaian, tanpa paksaan, dan tidak mentolelir berbagai tindak kekerasan terhadap pemeluk agama lain. Memurnikan ajaran Islam dengan merusak tempat ibadah agama lain, bukanlah pesan Islam. Kebijakan Aurangzeb untuk menghancurkan kuil-kuil Hindu, meletakkan arca di jalan-jalan agar selalu diinjak tampaknya menjadi sebuah kekeliruan. Hal ini menyebabkan terjadinya pemberontakan hebat dari kalangan Hindu. Pada 1739 M. Mughal dikalahkan oleh pasukan dari Persia dipimpin oleh Nadir Shah. Pada 1756 M. pasukan Ahmad Shah merampok Delhi lagi. Kerajaan Britania yang masuk ke India pada 1600 M. dan mulai melakukan penaklukkan terhadap kerajaan Mughal pada 1757 M. serta membubarkannya tahun 1858 M. setelah mengalahkan pesaingnya, Perancis. Kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam di masa kerajaan Islam Mughal memang tidak segemilang masa Islam klasik sebelumnya. Hal ini didasari oleh beberapa alasan; 1) metode berpikir dalam bidang teologi di masa ini adalah metode berpikir tradisional setelah metode berpikir rasional Mu’tazilah padam. 2) Kebebasan berpikir ala pemikiran filsafat Yunani menurun setelah al-Ghazali melontarkan kritik terhadap filsafat dan di sisi yang lain ajaran tasawuf yang mengesampingkan kehidupan dunia berkembang pesat. 3) Sarana-sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran, seperti perpustakaan dan karya ilmiah asing banyak yang hancur di masa Islam klasik, sehingga di masa Mughal seperti ada rantai pengetahuan yang terputus.[61]
Sumbangan peradaban Islam kepada kebudayaan bangsa India teramat penting. Dalam bangunan sosial budaya masyarakat India yang berbeda-beda, banyak ciri yang maju, seperti penghormatan kepada wanita dan hak-hak mereka. Tidak salah kalau dinyatakan bahwa setelah fajar Islam, bangsa India berhutang budi kepada Islam dan kaum muslimin.[62]
2.    Pendidikan Islam Pada Masa Pembaharuan.

a.    Madrasah Dar Al-‘Ulum
Adanya madrasah di India bermula sesudah wafatnya Sayyid Ahmad Syahid pada tahun 1831, segolongan pengikutnya meninggalkan medan jihad dan memasuki bidang pendidikan.
Sayyid Ahmad Syahid adalah salah seorang dari  murid Syah Abdul Aziz (1746-1823), yang kemudian berpengaruh dalam gerakan melaksanakan ajaran-ajaran Syah Waliyullah adalah Sayiyd Ahmad Syahid. Ia lahir di tahun 1786 di Rae Bareli, suatu tempat yang terletak di dekat Lucknow.
Setelah cukup memperoleh pengetahuan keagamaan, ia mulai mengadakan dakwah dimuka umum, sehingga namanya mulai dikenal. Ia berdakwah bukan di Delhi saja, tetapi juga di daerah-daerah yang terletak jauh dari ibu kota.
Dengan dibantu oleh murid-muridnya, ia mengarang suatu buku bernama Sirat-i Mustaqim. Sebagian besar dari buku itu mengandung pemikiran-pemikiran pembaharuan yang dikemukakan oleh syah Waliyullah.
Menurut pendapat Sayyid Ahmad, umat Islam India mundur, karena agama yang mereka anut tidak lagi Islam yang murni, tetapi Islam yang yang telah bercampur baur dengan paham dan praktek yang berasal dari Persia dan India. Umat Islam India harus dibawa kembali ke ajaran Islam yang murni. Untuk mengetahui ajaran murni itu orang harus kembali ke Al-qur’an dan Hadits. Dengan kembali kepada kedua sumber asli ini bid’ah (bidah) yang melekat ke tubuh Islam akan dapat dihilangkan.
Yang pertama sekali harus dibersihkan ialah tauhid yang dianut umat Islam India.  Keyakinan mereka harus dibersihkan dari paham dan praktek kaum tarekat sufi seperti kepatuhan tidak terbatas kepada guru dan ziarah ke kuburan wali untuk meminta syafaat. Juga dari paham animisme dan paham adat istiadat Hindu yang masih terdapat dalam kalangan umat Islam India.
Langsung terperinci ajarannya mengenai tauhid mengandung hal-hal sebgai berikut:
1.) Yang boleh disembah hanya Tuhan, secara langsung tanpa perantara dan tanpa ucapan yang berlebih-lebihan.
2.) Kepada makhluk tidak boleh diberikan sifat-sifat Tuhan. Malaikat, roh, wali, dan lain-lain tidak mempunyai kekuasaan apa-apa untuk menolong manusia dlam mengatasi kesulitan-kesulitannya. Mereka sama lemahnya dengan manusia dan sama terbatas pengetahuannya mengenai Tuhan.
3.) Sunah (tradisi) yang diterima hanyalah sunah Nabi dan sunah yang timbul di zaman Khalifah Yang Empat. Kebiasaan membaca tahlil dan menghiasi kuburan adalah bidah yang menyesatkan dan harus di jauhi.[63]
Sayyid juga menentang taklid pada pendapat ulama, termasuk didalamnya pendapat ke empat imam besar. Oleh karena itu berpegang kepada mazhab tidak menjadi soal yang penting, sungguhpun ia sendiri adalah pengikut mazhab Abu Hanifah. Karena taqlid ditentang, pintu ijtihad baginya terbuka dan tidak tertutup. Ijtihad diperlukan untuk memperoleh interprestasi  baru terhadap ayat-ayat Al-qur’an dan Hadis.
Ide yang berpengaruh kemudian bukanlah ide-ide di atas tetapi pemiliknya dalam bidang politik. Daerah India telah banyak dikuasai oleh orang bukan Islam, dan oleh karena itu bukan lagi merupakan Dar al-Islam malahan telah menjadi Dar al-Harb. Terhadap Dar al-Harbi orang Islam harus mengambil salah satu dari dua sikap berikut, berpegang melawan Dar al-Harb atau hijrah, meninggal Dar al-Harb pindah ke Dar al-Islam. Yang dipilih sayyid Ahmad ialah berperang.
Daerah yang dahulu terletak dibawah Islam sekarang jatuh ke tangan bukan Islam. Di sini timbullah persoalan Dar al-Harb, daerah yang jatuh ke bawah kekuasaan bukan Islam,  dan Dar al-Islam, daerah yang masih berada di bawah kekuasaan Islam.
Sayyid Ahmad berpendirian bahwa daerah-daerah yang telah jatuh kebawah tangan bukan Islam harus kembali ke tangan Islam. Dar al-Harb mesti menjadi Dar al-Islam kembali. Dengan demikian timbullah perang jihad terhadap dua musuh, Hindu di satu pihak dan Inggris di pihak lain. Inggris dengan kemajuan ekonomi, ilmu pengetahian dan teknologinya ternyata kuat dan sukar untuk dapat dikalahkan. Kemungkinan memperoleh kemenangan lebih banyak, jika serangan dihadapkan Sikh.
Sayyid Ahmad dengan gerakan Mujahidinnya melalui peperangan terhadap golongan sikh di India Utara. Ia serang pusat kekuatan mereka di Akora, sehingga mereka mundur. Ia teruskan peperangan ke medan datar dan dapat menguasai Pesyawar. Kekuatan militernya menurut keterangan berjumlah seratus ribu orang dengan bantuan Afganistan ia mengharap dapat mengembalikan daerah-daerah yang telah lepas dari tangan Islam. Sokongan dlam menjalankan jihad banyak ia peroleh dari kepala suku-suku bangsa yang ada di daerah tersebut.
Dalam pada itu perlawanan dari Sikh bertambah kuat dengan dapatnya mereka menarik golongan-golongan bukan Islam lainnya, seperti golongan Barakzai, untuk sama-sama melawan Mujahidin kekuatan Sayyid Ahmad berkurang dan dalam pertempuran dengan satu pasukan Sikh di Balekot ia mati terbunuh di tahun 1831. Dari peristiwa inilah ia mendapat gelar Syahid.
Bersama Sayyid Ahmad Syahid turut terbunuh banyak dari para Mujahidin. Pengikutnya pecah menjadi dua segolongan berpendapat bahwa kekuatan sudah tidak cukup untuk meneruskan Jihad, dan oleh karena itu mereka mimdahkan perhatian pada pendidikan. Dalam pembentukan madrasah Doeband yang besar pengaruhnya di India, mereka turut berjasa.[64]
Doeban bertujuan memberikan pendidikan terorganisasi secara birokratis dalam ilmu tradisional ulama.[65] Yang diutamakan ialah pemurnian tauhid yang dianut umat Islam India dari paham-paham salah yang dibawa tarekat dan dari keyakinan animisme lama. Selanjutnya juga pemurnian praktek keagamaan mereka dari segala macam bidah. Yang ingin diwujudkan doeband kembali ialah Islam murni sebagai terdapat di zaman Nabi, Sahabat, tabiin, dan zaman sesudahnya. Doeband dengan demikian kuat berpegang pada tradisi zaman klasik. Mazhab yang dianut Doeband mazhab Hanafi.
Dalam bidang politik,  Doeband mengambil sikap anti Inggris ini demikian karena Doeban didirikan oleh pemuka-pemuka gerakan Mujahidin yang melawan kekuasaan Inggris dan didirikan untuk menentang pendidikan sekuler barat yang dibawa Inggris dan juga sebagai reaksi terhadap usaha misi Kristen yang datang ke India bersama-sama dengan Inggris. Oleh karena itu bekerja sama dengan Hindhu untuk melawan Inggris dapat diterima oleh ulama-ulama Doeband. Partai kongres nasional India mendapat sokongan dari Doeband. Liga muslimin, karena dianggap pro-Inggris tidak dapat disokong bahkan di tentang oleh doeband. Doeband juga kurang setuju dengan ide pembagian India menjadi dua negara, negara Islam dan negara Hindhu. Menurut Doeband, politik pembagian India dan pembentukan negara pakistan berasal dari Inggris.[66]
Para siswa mengikuti pendidikan selama enam tahun, mengikuti silabus, menempuh ujian formal, dan ikut pertemuan. Sekolah ini terutama terkenal karena karyannya dalam Hadis, dan pada abad ini membengun jaringan sekolah yang masih terus tumbuh hingga sekarang
Ulama Doeband berupaya apolotis dan sepenuhnya menyebarkan tuntunan yang benar melalui pendidikan guru, imam sholat, pengelola wakaf, penulis, dan sebagainya.[67]
Ajaran yang dibawa Syah Waliyullah dan yang kemudian yang diteruskan oleh anaknya Syah Abdul Aziz, dan selanjutnya Sayyid Ahmad Syahid serta pengikutnya untuk melaksanankannya banyak mempunyai perserupaan dengan ajaran Wahabiah dari Arabia. Dan yang banyak dilaksanakan adalah pula ajaran pemurnian praktek umat Islam dari berbagai macam bidah. Oleh karena itu gerakan Mujahidin disebut juga oleh penulis barat, gerakan Wahabiah India.
b.    Sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC).
Latar belakang didirikannya Sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di India adalah hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai akibat dari “Pemberontakan 1857” serta hasil pemikiran oleh pendirinya yaitu Sayyid Ahmad Khan. Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan  berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali. Neneknya, Sayyid hadi adalah pembesar istana zaman Alamghir II (1754-1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama agama dan disamping bahasa Arab ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin membeca dan banyak memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia 18 tahun ia masuk pekerja pada serikat India Timur kemudian ia bekerja pula sebagai hakim. Tetapi di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.
Dimasa “Pemberontakan 1857” ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya, tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggris kepadanya ia tolak. Gelar Sir kemudian kemudian di berikan kepadanya dapat ia terima. Hubungan dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat Islam India.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat diwujudkan hanya dengan bekerjasama dengan Inggris. Inggris telah merupakan penguasa yang terkuat di India, dan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalandari masyarakat Hindhu India.
Disamping itu dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk di dalamnya Inggis, ialah ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Untuk dapat maju, umat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh umat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan itu bukanlah bekerjasama dengan Hindhu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam “Pemberontakan 1857”, umat tidak memainkan peranan utama. Untuk itu ia keluarkan pamflet yang mengandung penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada pecahnya “Pemberontakan 1857”. Di antara sebab-sebab yang ia sebut adalah sebagai berikut:
1)      Intervensi Inggris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris, pembentukan sekolah-sekolah misi Kristen dan penghapusan pendidikan agama di perguruan-perguruan tinggi.
2)      Tidak turut sertanya orang-orang India, baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat, hal yang membawa kepada:
a)    Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka anggap Inggris datang untuk mengubah agama mereka menjadi Kristen.
b)   Pemerintah Inggris tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat India.
3)      Pemerintah Inggris tidak berusaha mengikat tali persahabatan dengan rakyat India, sedang kestabilan dalam pemerintahan bergantung pada hubungan baik rakyat. Sikap tidak menghargai dan tidak menghormati rakyat India, membawa kepada akibat yangtidak baik.
Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat. Dasar peradaban bari ini ialah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan sebagai telah disebut diatas inilah yang menjadi sebab utama bagi kemajuan dan kekuatan orang barat.
Ilmu dan pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu akal mendapat penghargaan tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Tetapi sebagai orang Islam yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak terbatas.
Karena ia percaya pada kekuatan dan kebebasan akal, sungguhpun mempunyai batas, ia percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menetukan kehendak dan melakukan perbuatan. Dalam kata lain, ia mempunya paham qadariah (free will and free act) dan tidak paham jabariah atau fatalisme. Manusia, demikian pendapatnya, dianugrahi Tuhan daya-daya, diantaranya daya berpikir, yang disebut akal, dan fisik untuk mewujudkan kehendaknya. Manusia mempunyai kebebasan untuk mempergunakan daya-daya yang diberikan Tuhan kepadanya itu.
Inilah pokok-pokok pemikiran Sayyid Ahmad Khan mengenai pembaharuan dalam Islam. Ide-ide yang dikemukakannya banyak persamaannya dengan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir. Kedua pemuka pembaharuan ini sama-sama memberi penghargaan tinggi pada akal manusia, sama-sama menganut paham qadariah, sama-sama percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan, sama-sama menetang taqlid dan sama-sama membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh umat Islam pada umumnya diwaktu itu.
Sebagai telah disebut diatas, jalan bagi umat Islam India untuk melepaskan diri dari kumunduran dan selanjutnya mencapai kemajuan, ialah memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern Barat. Dan agar yang tersebut akhiri ini dapat di capai, sikap mental umat yang kurang percaya kepada kekuatan akal, kurang percaya kepada kebebasan manusia dan keurang percaya pada adanya hukum alam, harus diubah terlebih dahulu.
Perubahan sikap mental itu ia usahakan melalui tulisan-tulisan dalam bentuk buku dan artikel dalam majalah Tanzib al-Akhlaq. Usaha melalui pendidikan juga ia tidak lupakan, bahkan pada akhirnya ke dalam lapangan inilah ia curahkan perhatian dan pusatkan usahanya. Jalan yang efektif untuk merubah sikap mental memanglah pendidikan.
Di tahun 1861 ia dirikan sekolah Inggris di Muradabad. Di tahun 1876 ia minta berhenti sebagai pegawai pemerintahan Inggris dan sampai akhir hayatnya di tahun 1898, ia mementingkan pendidikan umat Islam India. Di tahun 1878, ia mendirikan Sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarh yang merupakan karyanya yang besejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan umat Islam India.[68]
Menurut penulis I.H. Qureshi, sekolah Sekolah itu mempunyai peranan penting dalam kebangkitan umat Islam India, dan sekiranya tidak karena sekolah itu, umat india di pakistan sekarang akan lebih jauh ketimggalan dari umat-umat lain.[69]
Sebelumnya di tahun 1869/70 Sayyid Ahmad Khan telah berkunjung ke Inggris, antara lain untuk mempelajari sistem pendidikan Barat. Sekembalinya dari kunjungan itu ia membentuk panitia peningkatan pendidikan umat Islam. Salah tujuan panitia ialah menyelidiki sebabnua umat Islam India sedikit sekali memasuki sekolah-sekolah pemerintah. Disamping itu di bentuk lagi panitia dana pembentukan perguruan tinggi Islam. Di tahun 1886 ia bentuk Muhammadan Educational Conference dalam usaha mewujudkan pendidikan nasional dan seragam untuk umat Islam India. Progam dari lembaga ini adalah menyebarluaskan pendidikan Barat dikalangan umat Islam, menyelidi pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah Inggris yang didirikan oleh golongan Islam dan menunjang pendidikan agama yang diberikan oleh sekolah-sekolah swasta.
Perhatian Sayyid Ahmad Khan terhadap umat Islam memang besar, tetapi pengaruhnya tidak terbatas dalam pendidikan saja. Melalui buku karangannya dan tulisannya di Tahzib al-Akhlaq ide-ide pembaharuan yang dicetuskannya menarik perhatian golongan terpelajar Islam India. Penafsiran-penafsiran baru yang diberikannya terhadap ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima golongan pelajar ini dari pada tafsiran-tafsiran lama.[70]
MAOC dibentuk sesuai dengan model sekolah di Inggris dan bahasa yang dipakai di dalamnya ialah bahasa Inggris. Sedang guru dan stafnya banyak terdiri atas orang Inggris. Ilmu pengetahuan modern merupakan sebagian besar dari mata pelajaran yang diberikan. Pendidikan agama tidak di abaikan. Dalam hubungan ini baik disebut bahwa di sekolah-sekolah inggris yang diasuh pemerintah, agama tidak di ajarkan. Di MAOC pendidikan agama Islam dan ketaatan siswa menjalankan ajaran agama diperhatikan dan di pentingkan. Sekolah itu terbuka bukan hanya bagi orang Islam, tetapi juga bagi orang Hindu, Parisi, dan Kristen.[71]
Viqar al-Mulk sebagai seorang ulama, keras pendirian dan pegangan terhadap agama. Hidup keagamaan di MAOC ia perkuat. Pelaksanaan ibadat, terutama salat dan puasa, ia perketat pengawasannya. Lulus dalam ujian agama menjadi syarat untuk dapat naik tingkat. Hal-hal tersebut di atas membuat MAOC menjadi lebih populer dikalangan ulama India.[72]
c.    Universitas Muslim Aligarh.
Pada tahun 1875, Sayyid Ahmad Khan mendirikan Kolese Anglo Oriental Mohammadan yang kemudia menjadi Unversitas Muslim Islam Aligarh, dengan model Oxford dan Cambrige, dan bertujuan melahirkan kaum berpendidikan Inggris. Sayyid Ahmad Khan mendapati bahwa warisan intelektualnya adalah dari para pembaharu Wali Allah. Namun, dia bertujuan menunjukan keselarasan fundamental antara wahyu Al-qur’an dan sains modern, dengan menyingkirkan dari Islam unsur-unsur yang bergantung pada ruang dan waktu tertentu serta hanya mempertahankan yang esensial. Dia menggunakan ijtihad untuk menggantikan penafsiran historis.[73]
Kemajuan Gerakan Aligarh disebabkan adanya mata pelajaran umum, seperti ilmu alam, filsafat, humaniora dan sebagainya.



BAB III
PENUTUP
A.      Analisis dan Kesimpulan
1.    Dari hasil pembahasan makalah ini, dapat disebutkan bahwa, perkembangan Peradaban Islam dan pertumbuhan kerajaan Mughal di India mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena berhasil membuat sistem pemerintahan yang baik, perekonomian yang maju, pertahanan keamanan yang kuat, kebebasan beragama yang baik, serta mampu memanajemen dua kebudayaan yang berbeda menjadi satu kebudayaan baru yang luar biasa hebatnya.
Dari segi agama dan persentuhan Islam dengan Hinduisme, kerajan islam Mughal berhasil menghilangkan sistem kasta dalam masyarakat India, berhasil menghilangkan budaya bakar diri jika ada salah satu anggota keluarga yang mati/ meninggal ( mayit Sati ).  Islam Juga berhasil menerapkan hukum yang adil bagi seluruh warga Negara, dimana dahulu hukum sistem Hindu tidak adil sehingga begitu Islam masuk, maka hukum itu pun menjadi adil.
2.    Islam masuk ke india berawal dari kontak orang-orang Arab dengan masyarakat India yang sudah dilakukan sejak masa al Khulafā al Rasyidūn, yakni Khalifah Umar bin Khatab. Pasukan perangnya di bawah panglima Abu al Mughira menyerang Sind melalui laut  namun gagal. Sedangkan panglimanya yang lain Abdullah bin Amr al Rabbi, berhasil menguasai Kirman, Sizistan, dan Mekran. Pada masa khalifah berikutnya, Usman bin Affan, telah diutus Hakim bin Jabalah untuk meninjau India. Usaha yang sama diteruskan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan mengirimkan al Harris bin Murrah. Inilah awal mula Islam menyebar ke India melalui darat.
3.    Kerajaan Islam Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukota, didirikan oleh Zahirudin Babur (1482-1530 M), salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun, ia berambisi dan bertekat akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Kejayaan mughal mulai berkuasa dari tahun 1526-1858 M. Selama 332 ( dua abad lebih ) Selama berdirinya, kerajaan mughal berhasil membuat beberapa kemajuan disegala dibidang.
4.    Sistem pemerintahan Dinasti Mughal adalah militeristik. Pemerintah pusat dipimpin oleh raja. Pemerintah daerah dipimpin kepala komandan (Sipah Silar), sedangkan sub daerah dipimpin oleh faudjar ( komandan ). Sistem yang menonjol adalah politik Sulakhul (toleransi universal), yaitu semua rakyat India dipandang sama. Bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Dalam bidang agama kemajuan dibagi menjadi beberapa masa, yaitu:
a.    Pada masa Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din Ilahi.
b.    Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam di India, karena dalam Islam tidak mengenal kasta.
c.    Bebas berkembangnya aliran keagamaan Islam di India.
d.   Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'i.
e.    Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam mengenai soal mu’amalat yang disebut “Ahkam Alam Giriyah”. Dalam bidang arsitektur, Taj mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405). Perpaduan antara Hinduisme dan Islam di India adalah salah satu perkembangan yang paling luar biasa di Asia Selatan. Ini menambahkan kekayaan dalam kedua kebudayaan. Islam tidak membeda-bedakan kasta dan agama, Islam tidak mengenal kekerasan, Islam melarang adat Sati Daho, Islam berlaku adil dalam bidang hukum.
5.    Manjemen Pendidikan Islam di India sudah di terapkan dari masa masuknya islam dan berdirinya kerajaan islam Mughal di india sehingga banyak bercorak islami di dalam peninggalan sejarahnya. Terbukti dengan adanya kemajuan di bidang pendidikan dan bangunan-bangunan perpustakaan yang didirikan pada masa pemerintahan akbar, Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Pendidikan di india di bagi menjadi dua yaitu: 1), pendidikan islam pada masa mughal contohnya, khanaqah ( pesantren yang didirikan tahun 1831 M dan Masjid-masjid digunakan tempat belajar ilmu agama. 2). Pendidikan pada masa pembaharuan seperti, madrasah al ‘ulum, sekolah  Muhammedan dan Universitas Muslim Aligarh.















DAFTAR PUSTAKA

Akbar S. Ahmed, Rekonstruksi Sejarah Islam, Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2003

Abdul Hayyie al-Kattani dkk, Study In Islamic Countries Panduan Lengkap Kuliah di Negara-negara Islam, Jakarta: Gema Insani, 2009

Ali Nadwi, Abdul Hasan, Muslims in India, India : Islamic Research and Publications, 1976

___________________,  Islam dan Dunia, Bandung: Angkasa, 1995

Ali, k. History Of India, Pakistan And Bangladesh, Dhaka: Ali Publication, 1980

Aziz, Ahmad, Studies In Islamic Culture The Indian Environment, Oxford: Clarendon Press, 1964

Babur, Zahirudin Muhammad, Nama Babur, Terjemahan Johnlexden Dan William Ersvine, Babur: Memories Of Zahiruddin Muhammad Babur, London: Oxford University Press, 1921

Cycyh encyh (online), Kemajuan Peradaban dan keilmuan Pada Masa Dinasti Mughal,

Dedi, Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Volume 3,  Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993

Ensiklopedi-Oxford, Dunia Islam Modern, diterjemahkan dari The Oxford Encyclopedia of  the Modern Islmiic World, Bandung: Mizan, 2002
Gazalba, Sidi, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Al-Husna, 1994
Ira M. Lapidus, A History Of Islamic Societies Second Edition, Australia, Cambridge University Press, 2002
Jaih, Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Islamika,  2008

Jamil, Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000

Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,Yogjakarta: Pustaka Book Publisher, 2009

Maeyam, Siti, dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Moderen, Yogakarta: LESFI, 2002

Mahmudunnasir, Syed, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung, Rosdakarya, 2005

Masyrifah, Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Surabaya: Prenada Media , 2004

Mujib, M, The Indian Muslim,  London: George Alen, 1967

Musyafak,  Ahmad , Dinasti Mughal, dinasti-mughal.html, diakses, 28 September 2013

Nasir, Muhammad, Kerajaan Mughal di India,. kerajaan-mughal-di-india-asal-usul.html, diakses 28 September 2013

Nasir, Muhammad, Kerajaan-Mughal-di-India-Asal-Usul.Html, diakses, 28 September 2013

Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan), Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2001
P.M. Holt, Ann, & Bernad, History of Islam, Australia : Cambridge University Press, 1996

Supriadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia 2008
Taufik Abdullah, et.al, (Ed), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid 2, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002


[1]Abdul Hayyie al-Katttani dkk, Study In Islamic Countries Panduan Lengkap Kuliah di Negara-negara Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2009 ), hlm. 254
[2]Ibid, hlm. 255

[3]Ibid., hlm. 256
[4] Maeyam, Siti, dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Moderen, (Yogakarta: LESFI, 2002), hlm.166
[5] Ibid hlm.166
[6] Aziz, Ahmad, Stuies... hlm. 3
[7] Mujib, M, The Indian Muslim, ( London : George Alen, 1967), hlm.  254
[8] Mahmudunnasir, Syed, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung, Rosdakarya, 2005), hlm. 163
[9]Ibid, hlm. 163
[10] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Volume 3, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993, hlm. 239
[11] Supriadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia 2008), hlm 261
[12]Babur, Zahirudin Muhammad, Nama Babur, Terjemahan Johnlexden Dan William Ersvine, Babur: Memories Of Zahiruddin Muhammad Babur, ( London: Oxford University Press, 1921), hlm. 477
[13]Ibid,... hlm.147
[14] Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, .. hlm. 147                                                               
[15]P.M. Holt, Ann, & Bernad, History of Islam (Australia : Cambridge University Press, 1996), hlm. 36
[16] Yatim, Badri,  Sejarah Peradaban Islam,... hlm.148
[17] Mahmudunnasir, Syed , Islam Konsepsi dan Sejarahnya,..  hlm. 298
[18]Musyafak,  Ahmad , Dinasti Mughal, dinasti-mughal.html, diakses, 28 September 2013
[19] Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogjakarta : Pustaka Book Publisher, 2009), hlm. 316
[20] Ibid,... hlm, 316
[21] Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, ....hlm. 149
[22] Karim, M. Abdul,  Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, hlm. 317
[23] Yatim, Badri ,Sejarah Peradaban Islam,... hlm.150
[24]Ibid,... hlm.317
[25]Nasir, Muhammad, Kerajaan Mughal di India,. kerajaan-mughal-di-india-asal-usul.html, diakses 28 September 2013
[26]Ibid,....
[27] Karim, M. Abdul,  Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, hlm.318
[28] Mahmudunnasir, Syed,  Islam Konsepsi dan Sejarahnya,..  hlm. 314-315
[29] Karim, M. Abdul,  Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, hlm.318
[30]Ibid,... hlm. 318
[31] Muhammad,  Nasir, Kerajaan Mughal di India,....hlm.231
[32]Ibid,.. hlm. 233
[33] Karim, M. Abdul,  Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, hlm. 318
[34]Ali, k. History Of India, Pakistan And Bangladesh, (Dhaka: Ali Publication, 1980) hlm. 149
[35] Jaih, Mubarok, Sejarah Peradaban Islam,.. hlm. 243
[36] Yatim, Badri , Sejarah Peradaban Islam,…hlm. 149
[37] Cycyh encyh (online), Kemajuan Peradaban dan keilmuan Pada Masa Dinasti Mughal
[38] Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam,…hlm. 150
[39] Ali Nadwi, Abdul Hasan, Muslims in India, ( India: Islamic Research and Publications, 1976). hlm.9
[40] Nasir, Muhammad, Kerajaan-Mughal-di-India-Asal-Usul.Html, diakses, 28 September 2013
[41] Dedi, Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), hlm. 263
[42] Masyrifah, Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Surabaya : Prenada Media , 2004), hlm,  255
[43] Dedi, Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,.. hlm. 264
[44]Ibid,... hlm. 264
[45]Akbar S. Ahmed, Rekonstruksi Sejarah Islam, (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2003), hlm. 89
[46]Ira M. Lapidus, A History Of Islamic Societies Second Edition ( Australia, Cambridge University Press,2002), hlm, 379
[47]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,…163
[48]Akbar S. Ahmed, Rekonstruksi Sejarah Islam,... hlm.133-134
[49]P.M. Holt, Ann, & Bernad, History of Islam,... hlm. 61
[50] Abdullah, M Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,... hlm. 280
[51]Ibid,... hlm. 280
[52]Ibid,... hlm.280
[53]Ibid,... hlm. 281
[54]Taufik Abdullah, et.al, (Ed), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid 2, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002, hlm. 297
[55]Gazalba, Sidi, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Al-Husna, 1994, hlm. 287
[56] Taufik, Abdullah, et.al, (Ed), Ensiklopedi Tematis…, hlm. 297
[57]Ibid, hlm. 297-298
[58]Ibid, hlm. 298
[59]Jamil, Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), hlm. 416
[60]Taufik, Abdullah, et.al, (Ed), Ensiklopedi Tematis…, hlm. 298-299
[61]Yatim, Badri Sejarah..., hlm. 152-153
[62]Ali Nadwi, Abul Hasan,  Islam dan Dunia, (Bandung: Angkasa, 1995), hlm. 77
[63] Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan), (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2001), hlm. 149-153

[64]Ibid, hlm. 149-153
[65]Ensiklopedi-Oxford, Dunia Islam Modern, diterjemahkan dari The Oxford Encyclopedia of  the Modern Islmiic World, (bandung: Mizan, 2002), hlm. 301
[66] Nasution,  Harun, Op. Cit., hlm. 156
[67]Ensiklopedi-Oxford, Op. Cit., hlm. 301
[68]Nasution, Harun, Op. Cit., hlm. 158-162
[69]Ibid.,  hlm. 163
[70]Ibid., hlm. 164
[71]Ibid, hlm. 163
[72]Ibid, hlm. 169
[73]Ensiklopedi-Oxford, Op Cit, hlm. 301.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar