Kamis, 19 Juni 2014

STRESS DAN KONFLIK





(Pengertian, Sifat, Jenis, Unsur, Faktor, Dampak dan Strategi Penyelesaiannya)
Oleh: Syamsudin (13710034)

A.  PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Salah satu masalah paling serius dan sering terjadi yang menimpa individu dan anggota-anggota organisasi adalah masalah stress dan konflik.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa seiring berkembangnya kebutuhan, seiring cepatnya mobilitas kehidupan banyak kita jumpai orang-orang disekitar kita yang tidak sanggup bertahan menghadapi kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam kehidupannya, bahkan tak luput mereka yang berhasil pun terkadang hanyut, takut kegagalan akan menimpanya. Orang-orang yang gagal, tertimpa musibah, tak mampu bersabar lantas keluh kesah pun menjadi semacam obat penawar kegelisahannya, walaupun itu tak membuatnya merubah keadaan menjadi lebih baik. Namun sebaliknya, membuat dia semakin tenggelam dalam kegagalan. Lalu timbulah penyakit dan masalah baru dalam dirinya yang disebut stres. Stres kerap melanda dalam kehidupan, terlebih di saat seperti ini, dimana kesibukan baik pada pekerjaan maupun keluarga, seolah tak ada putusnya. Berbagai masalah yang sering terjadi di dalam kehidupan terkadang membuat kita merasa terbebani dan menjadi stres. Stres memang suatu hal yang sulit dihindari, tapi bukan berarti hal tersebut tidak bisa diatasi.
Stres menimbulkan pengaruh yang merusak dan berbahaya bagi kesehatan jasmani dan rohani seseorang. Cara orang berkomunikasi bisa jadi menimbulkan stress pada diri mereka dan orang lain, karena komunikasi menimbulkan stres dan juga merupakan respons terhadap stres, strategi untuk mengurangi stres dapat diperkenalkan dalam berbagai waktu.[1]
Begitu pula dengan konflik, konflik terjadi karena adanya intraksi yang di sebut dengan komunikasi, hal ini di maksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berati kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah lembaga atau organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai komunikasi yang kurang baik, di lain pihak, konflik diakibatkan juga oleh perbedaan kepentingan, pikiran, latar belakang kebudayaan dan intensitas komunikasi yang terjalin secara intens.[2] 
Selama kita hidup, stres tidak akan pernah bisa kita hindari. Terimalah bahwa dalam hidup kita selalu akan muncul yang namanya stres. Tidak ada seorangpun yang bisa secara total menghindari stres.
Begitu juga dengan konflik, tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu strategi penyelesaian konflik bisa dilakukan dengan cara menghindar, mengakomodasi, kompetisi, negosiasi, kolaborasi, mengedepankan nilai-nilai agama dan norma-norma sosial kemasarakatan.

2.    Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah di atas, maka penyusun mengankat rumusan masalah sebagai berikut:
a.     Apakah pengertian stres dan konflik ?
b.    Berapakah jenis stres dan konflik ?
c.    Apa saja unsur-unsur stres dan konflik ?
d.   Apakah  faktor-faktor penyebab terjadinya stres dan konflik ?
e.    Bagaimana dampak stres dan konflik ?
f.     Bagaimana strategi penyelesaian stres dan konflik  ?
g.    Bagaiamana mengatasi stres dan konflik dalam kaitan dengan pendidikan Islam ?

3.    Tujuan dan Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum tentang:
a.    Memahami Pengertian stress dan konflik,
b.    Mengetahui jenis-jenis stres dan konflik
c.    Memahami unsur-unsur stres dan konflik
d.   Mengetahui faktor-faktor penyebab stres dan konflik,
e.    Mengetahui dampak terjadinya stres dan konflik dan
f.     Mengetahui strategi dalam mengatasinya stres dan konflik
g.    Bisa memehami dan mengatasi stres dan konflik dalam pendidikan Islam

B.  PEMBAHASAN
1.    Pengertian Stres dan Konflik
a.    Stres
Dalam kamus besar bahasa Indonesia stres adalah gangguan atau kekacauan mental, dan tekanan emosiaonal.[3]
Stres adalah suatu keadaan yang dinamis seorang indvidu dihadapan kepada pluang dan tuntutan atau sumber daya yang  terkait dengan apa yang dihasratkan oleh seorang individu itu dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.[4]
Stres dapat diartikan sebagi bentuk reaksi terhdap tekanan yang intensitanya sudah terlalu tinggi.[5]
Stress dapat didefinisikan sebagai penderitaan jasmani, mental, atau emosional yang diakibatkan interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi agenda pribadi seorang individu.[6]
Peristiwa yang tampaknya menimbulkan interpretasi negatif yang menjelma menjadi reaksi yang menybabkan stres termasuk kematian kerabat terdekat, perceraian, kecelakaan, konflik dengan atasan. Dari suatu peristiwa yang memberikan dampak yang negatif dapat menjadi ancaman pribadi individu. Suatu respons stress sangat tergantung bagaimana cara seseorang menginpretasikan suatu peristiwa. Menginpretasikan suatu peristiwa berarti bahwa kita memberikan makna peristiwa itu bagi kita sendiri, yaitu respon kita terhadap masalah tersebut. Kalau kita menilai bahwa peristiswa tersebut mengancam, maka sangat berpotensi menimbulkan reaksi negatif dan menyakitkan yang kita sebut dengan stress.
Kita bisa melihat dari konsekuensi negatif stres yang berpengaruh pada 5 kategori, yaitu:
1.    Perubahan jasmani seperti isomnia, sakit kepala, sakit leher, kejang otot, pola mens yang tidak teratur, asma, impotensi, rambut rontok berlebihan.
2.    Emosional, Mencakup perubahan kepribadian, kejengkelan, kecemasan, depresi, khawatir, frustasi, mudah marah.
3.    Mental, yang mencakup konsentrasi lemah, sikap negatif bicara dengan diri sendiri.
4.    Relasional, Perasaan terasing, intoleransi, kesepian, mengecam orang lain.  
5.    Spiritual, Merasa hampa, keraguan, kehilangan pegangan, sinisma, apatis, tidak mau memaafkan.[7]         
Setiap peristiwa ditafsirkan sebagai ancaman yang mungkin bagi tujuan seseorang menghasilkan konsekuensi negatif yang bersifat jasmani, mental, relasional, atau spiritual.         
            Secara lebih husus stres dapat diartikan sebagai kendala dan tuntutan. Kendala adalah suatu kekuatan yang mencegah kekuatan individu dari melakukan apa yang sangat di inginkan sedangkan tuntutan adalah hilangnya sesuatu yang sangat di inginkan.
Kesimpulan bahwa stres ialah sustu keadaan jiwa, emosional yang tertekan karena sebuah masalah yang tak bisa diatasi oleh seseorang individu.
b.   Konflik
Konflik secara etimologi berasal dari bahasa inggris yaitu conflict, dari bahasa Latin berasal dari configure yang berarti: “saling menjatuhkan atau konflik terjadi karena ada pihak-pihak yang saling mengejutkan dengan kata lain kekerasan, sindiran, sikap, pendapat-pendapat, perilaku, tujuan-tujuaan dan kebutuhan yang bertentangan. [8]
Dalam kamus besar bahasa indonesia konflik berarti pertntangan, percekcokan, perselisihan, ketidaksamaan pendapat atau pandangan.[9]
Secara sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses sosial diantara dua orang atau lebih ( bisa juga kelompok ) dimana salah satu kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain.
Konflik bisa diartikan juga sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih ( individu atau kelompok ) yang memiliki tujuan yang berbeda.
Konflik bisa juga diartikan sebagai ekspersi pertikaian antara individu dengan individu lainnya, kelompok dengan kelompok lainnya karena berbeda pendapat dan tujuan.
Konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi pertentangan atau antagonistic antara dua atau lebih pihak. Konflik organisasi adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih antara anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegitan  kerja/ atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.[10]

Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Subtantif konflik merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok, pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi kebijaksanaan dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan.[11]
c.    Sifat-Sifat Konflik
Berdasarkan Sifatnya, konflik dibagi atas tiga yaitu:
1.    Specific Conflict, Specific conflict adalah sebuah konflik yang bersumber dari masalah-masalah yang sifatnya spesifik (khas) misalanya dalam konteks idiologi, warisan berupa budaya, kepercayaan, tradisi serta wilayah.
2.    General Conflict, General Conflict adalah suatu konflik dimana sifat konflik tersebut memiliki nilai kesamaan yang bersifat umum dalam arti kata meskipun konflik itu pada awalnya hanya melibatkan dua pihak secara langsung akan tetapi akibat adanya kesamaan (keterkaitan) maka mengakibatkan keterlibatan pihak lain. Misalnya masalah agama, Etnis, HAM, Lingkungan hidup, dan Ancaman Nuklir.
3.    Inter-Connected Conflict, Inter-connected conflict adalah suatu konflik yang saling kait-mengkait dimana pada awalnya konflik itu diakibatkan hanya karena satu persoalan, akan tetapi setelah kejadian merembes ke persoalan lainnya baik dari segi substansi maupun aktornya.[12]

Selain ketiga sifat konflik ini, koflik juga bisa bersifat eksklusif atau bersifat tertutup misalnya konflik didalam keluarga, dan inklusif secara terbuka semua pihak mengetahuinya, misalnya konflik internal partai demokrat.

2.    Jenis-Jenis Stres dan Konflik
a.    Stres.
    Bila ditinjau dari tipenya,  stres dalam diri seseorang itu  bisa dikategori dalam beberapa tipe berikut:
1.    Frustrasi. Frustrasi  terjadi bila seseorang merasa terancam atau terhambat dalam mencapai tujuan. Bentuk umum yang seringkali terjadi dari tipe ini adalah kegagalan seseorang atau kehilangan kesempatan untuk meraih sesuatu yang diinginkan.
2.    Konflik.  Konflik terjadi bila seseorang dihadapkan pada dua atau lebih persoalan secara bersama-sama. Biasanya tingginya konflik berhubungan dengan tingginya tingkat kecemasan, depresi dan simptom-simptom fisik.     
3.    Tekanan (Pressure), tekanan biasanya berupa harapan-harapan atau kebutuhan-kebutuhan yang harus dicapai seseorang. Biasanya tekanan ini ini muncul karena orang dituntut baik oleh dirinya sendiri ataupun orang lain untuk melakukan suatu kegiatan yang menjadi tanggung jawab kita.
4.    Perubahan. Perubahan hidup biasanya menunjukkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga mereka dituntut untuk melakukan penyesuaian diri.[13]
Tidak semua orang yang mengalami perubahan hidup mudah menyesuaikan diri. Kalau penyesuaian diri berhasil tidak masalah, tetapi bila penyesusian diri itu gagal, problema baru akan timbul. Tidak jarang perubahan hidup menjadikan seseorang semakin menderita. Biasanya orang yang tidak mau berubah itu umumnya orang yang tidak mau direpotkan oleh perubahan itu sendiri.
b.   Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 5 macam :
1.    konflik dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role)
2.    konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
3.    konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
4.    konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
5.    konflik antar atau tidak antar agama
6.    konflik antar politik.[14]

T. Hani Handoko memaparkan ada 4 jenis konflik dalam kehidupan organisasi, yaitu :
1.    Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seseorang individu menghadapi ketidak pastian terhadap pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya.
2.    Konflik antar individu dalam organisasi  yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaa-perbedaan kepribadian.
3.    Konflik antar individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.
4.    Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok.
5.    Konflik antar organisasi[15]

Berbeda halnya dengan Hani Handoko, Menurut Wijono ada tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (Goal Conflict), yaitu: 1) Approach-Approach Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain. 2) Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan yang mengacu pada satu tujuan dan pada waktu yang sama didorong untuk melakukan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya dapat mengandung nilai positif dan negatif bagiorang yang mengalami konflik tersebut. 3) Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari dua atau lebih hal yang negatif tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain. Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik yang mempunyai resiko paling kecil dan mudah diatasi, serta akibatnya tidak begitu fatal.[16]
Jenis-jenis konflik diatas tak terlepas dari motif kepentingan ekonomi individu dan kepentingan organisasi, Konflik antar organisasi, biasanya timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam system perekonomian suatu Negara.

3.    Unsur-Unsur Stress dan Konflik.
a.    Stres 
Bila ditinjau dari peristiwa stres, dapatlah diidentifikasi secara garis besar unsur-unsur stres yang terkandung  di dalamnya. antara lain:
1.    Stressor, unsur yang merupakan sumber dari stres. Betuknya dapat berupa struktur sosial, peristiwa hidup, lingkungan fisik.
2.    The Stressed. Yaitu orang yang mengalami stres. Kondisi stres  ini dapat dilihat dari respon individu terhadap sumber stres. Respon ini bisa psikologik, dan bisa pula fisiologik.
3.    Transaction. Unsur ini menggambarkan adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara orang yang sedang stres dengan keadaan yang penuh stres. Melalui transaksi ini akan memungkinkan seseorang melakukan usaha penyesuaian diri yang terus-menerus antara orang yang mengalami stres dengan hal-hal yang mendatangkan stres.[17]  
Konflik itu sendiri banyak ragamnya sehingga memberikan ciri-ciri sebagaimana yang disebut diatas tidak cukup, tetapi dalam kehidupan yang kita alami sering konflik itu tak diduga dan tak disengaja timbulnya, seperti timbul karena ketidak transparan dan ke tidak pahaman diantara anggota suatu lembaga sehingga timbul konflik.
b.   Konflik
Menurut Wijono Ciri-ciri Konflik adalah : 1). Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan. 2). Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan. 3). Munculnya interaksi yang seringkali ditandai  oleh  gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan. 4). Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut. 5). Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, statussosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.[18]  

4.    Faktor-Faktor Penyebab Stres dan Konflik.
a.    Stres
Menurut Dwiyanti ada dua (2) faktor penyebab stress yaitu: faktor lingkungan dan faktor personal ( individu ), Faktor lingkungan bisa berupa kondisi fisik, kondisi sosial ekonomi, manajemen kantor atau lingkungan kerja, sedangkan faktor personal bisa berupa tipe keperibadian peristiwa pengalaman peribadi, kondisi keluarga dimana peribadi berada dan mengembangkan diri.
Secara umum ada delapan faktor penybab timbulnya stress, sebagaimana yang di sebut oleh Dwiyanti sebagai berikut:
1.    Tidak ada dukungan sosial, artinya stres akan cendrung muncul pada lingkungan keluarga ataupun lingkungan sosial masyarakat.
2.    Tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya.
3.    Personal yang tidak di libatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut peribadinya.
4.    Pelecehan seksual, yakni yang berhubungan denagn sek yang tidak di inginkan
5.    Kondisi lingkungan kerja yang suhu terlalu panas, terlalu dingin, sesak, dan ribet.
6.    Manajemen yang tidak sehat, artinya banyak yang stres karena gaya kepemimpinan yang cendrung neurotis[19], perpeksionis[20], sehingga berpengaruh pada pembuatan keputusan di tempat kerja.
7.    Tife keperibadian yang sering di buru dalam mengerjakan tugas, tidak sabar, pemrah, dan putus asa.
8.    Peristiwa atau pengalaman peribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, gagal sekolah, kalah pilkada, dan kematian yang tidak di inginkan.[21]
Bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa penyebab stres antara lain beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan yang frustasi dalam kerja.
b.   Konflik.
Diantara faktor-faktor yang menyebabkan konflik anatara individu atau organisasi adalah sebagai berikut:
1.    Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2.    Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
3.    Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
4.    Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
5.    Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
6.    Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.[22]

Secara ringkas penyebab-penyebab konflik tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut: (1) Komunikasi, (2) struktur dan (3) pribadi.[23]
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.
Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.[24]

5.    Dampak Stres dan Konflik
a.    Stres
Menurut Gibson dampak dari stres sebagai berikut:
1.    Depresi, frustasi, kehilangan kendali emosi.
2.    Perilaku kecanduan alkohol, merokok berlebihan.
3.    Tidak dapat membuat masuk akal, daya konsentrasi rendah, kurang perhatian.
4.    Kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan darah Meningkat.
5.    Produktivitas rendah, ketidakpuasan kerja, komitmen dan loyalitas Berkurang.[25]
b.   Konflik
Adanya sebuah konflik yang timbul dalam perkembangan organisasi atau lembaga, pasti memberikan sebuah dampak bagi kelangsungan organisisasi teresebut. Lingkup konflik tersebut dapat memberikan dampak terhadap individu maupun dampak terhadap organisasi tersebut. Terdapat dua dampak yang di akibatkan dengan adanya konflik, yaitu dampak negatif dan dampak positif.[26]
Efek negatif dari konflik bisa berlingkup pada level individu ataupun organisasi. Pada level organisasi, konflik merusak kinerja organisasi sekaligus unit-unit yang ada di dalamnya. Pada level individu, konflik merusak dalam bentuk tertekannya pekerja (job stress). Berikut adalah rincian efek negatif konflik organisasi:
1.    Reaksi umum atas konflik seperti ketidakmampuan konsentrasi dan berpikir secara jelas, dengan peningkatan gangguan dan kemampuan untuk santai.
2.    Lingkaran setan konflik berujung pada stress, yang kemudian mendorong terbitnya sinisme  baik terhadap klien ataupun kolega kerja. Ini juga berdampak pada eskalasi konflik.
            Sedangkan efek Positif.  Konflik juga punya efek positif di tataran individu. Bahkan, konflik sesungguhnya lebih banyak efek positif tinimbang negatif. rincian efek positif konflik bisa kami sebutkan sebagai berikut ini:
1.    Memperkuat hubungan. Dua orang yang mampu mengenali perbedaan akibat konflik, kenapa perbedaan muncul.
2.    dapat melakukan diskusi guna menyelesaikannya sehingga satu sama lain dapat mengenal lebih dalam.
3.    Meningkatnya kepercayaan. Jika dua orang bisa menyelesaikan konflik, mereka akan lebih mempercayai masing-masing pihak di masa datang dengan mengetahui bahwa perbedaan di antara mereka bisa diselesaikan.
4.    Peningkatan harga diri. Hasil produktif dari konflik adalah peningkatan harga diri dari tiap pihak yang bertikai.
5.    Penguatan kreativitas dan produktivitas. Konflik jika dimanajemen secara baik merupakan kondisi yang memungkinkan kreativitas dan diskusi antar orang dengan kepentingan berbeda, dan ujungnya peningkatan produktivitas.
6.    Kepuasan kerja. Orang butuh sejumlah perangsang dan menggunakan pengalaman dalam hal penaikan dan penurunan ketegangan, dalam rangka meraih kepuasan kerja.[27]

Selanjutnya Suyono, menyebutkan bahwa dalam konflik organisasi terdapat dampak disfungsi dan fungsi, dampak disfungsi dapat diartikan juga sebagai dampak negatif, dan fungsi diartikan sebagai dampak positif, disfungsi konflik adalah:
1.    Konflik mengakibatkan job stress, perasaan terbakar, dan ketidakpuasan.
2.    Komunikasi antar inidividu dan kelompok menjadi berkurang.
3.    Iklim ketidakpercayaan dan kecurigaan berkembang.
4.    Hubungan antar orang tercederai.
5.    Kinerja pekerjaan berkurang.
6.    Perlawanan atas perubahan meningkat, dan
7.    Komitmen dan kesetiaan organisasi akan terpengaruh.
Fungsi Konflik, yaitu :
1.    Konflik merangsang inovasi, kreativitas, dan perubahan.
2.    Proses pembuatan keputusan dalam organisasi akan terimprovisasi.
3.    Solusi alternatif atas satu masalah akan ditemukan
4.     Konflik membawa solusi sinergis bagi masalah bersama.
5.    Kinerja individu dan kelompok akan lebih kuat.
6.    Individu dan kelompok dipaksa untuk mencari pendekatan baru atas masalah, dan
7.    Individu dan kelompok perlu lebih mengartikulasi dan menjelaskan posisi mereka.[28]


6.    Strategi Penyelesaian Stres dan Konflik.
a.    Stres
Di semua ranah permasalahan selalau ada dua hal yang tak pernah sejalan yakni berupa masalah dan solusi karena sudah menjadi suatu ketetapan Ilahi sebelum di jadikan alam ini, begitupun dengan stres dan konflik tak selamanya dua masalah ini tak ada solusinya, oleh karena itu menurut Edward, A Chaerleswort strategi menyelesaikan stres baik secara individual maupun organiasi lembaga yaitu lihat tabel di bawah ini:
Tabel 01
Cara menyelesaikan komplik

No
Individual
Lembaga Organisasi
1
Menguatkan keimanan
Memperbaiki iklim organisasi
2
Meditasi dan pernafasan
Memperbaiki lingkungan fisik
3
Olah raga
Melakukn analisis dan kejelasan tugas
4
Relaksasi
Merubah struktur dan proses organisasi
5
Dukungan sosial, teman-teman dan keluarga
Meningkatkan partisipasi dan pengambilan keputusan
6
Menghindari kebiasaan yang membosankan
Restrukturisasi tugas
7
Trapi
Menetapkan konsep manajemen berdasarkan sasaran
Sumber: Edward, A Chaerleswort dalam Manajemen Stres,1995.

Namun yang paling bagus menurut pandangan islam cara mengatasi stres dan konfik adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sabar, hidup sederhana, tawakkal dan jangan putus asa. Sebagaimana yang di sebutkan dalam Al-Qur’an:
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#rçŽÉ9ô¹$# (#rãÎ/$|¹ur (#qäÜÎ/#uur (#qà)¨?$#ur ©!$# öNä3ª=yès9 šcqßsÎ=øÿè?
Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.[29]

b.   Konflik
Menurut wijono untuk strategi penyelesaian konflik ada tiga sebagai berikut:
1.    Strategi Mengatasi Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict).
Menurut Wijono, untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tujuh strategi yaitu:
a)    Menciptakan kontak dan membina hubungan,
b)   Menumbuhkan rasa percaya dan penerimaan,
c)    Menumbuhkan kemampuan atau kekuatan diri sendiri,
d)   Menentukan tujuan, Mencari beberapa alternatif,
e)    Memilih alternatif dan
f)    Merencanakan pelaksanaan jalan keluar.[30]

2.    Strategi Mengatasi Konflik Antar Pribadi (Interpersonal Conflict)
Menurut Wijono, untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tiga strategi yaitu:
a)    Strategi Kalah-Kalah (Lose-Lose Strategy):
o   Arbitrasi (Arbitration)
o   Mediasi (Mediation)
b)   Strategi Menang-Kalah (Win-Lose Strategy)
Ada lima cara yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan win-lose strategy yaitu melalui:
1)   Penarikan diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih pihak yang kurang puas sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task independence).
2)   Taktik-taktik penghalusan dan damai, yaitu dengan melakukan tindakan.
3)   Bujukan, yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya untuk mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan dengan konflik, karena adanya rintangan komunikasi (communication barriers).
4)   Taktik paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal dengan menunjukkan kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena dipengaruhi oleh sifat-sifat individu (individual traits).
5)   Taktik-taktik yang berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran persetujuan.[31]

c)    Strategi Menang-Menang (Win-Win Strategy)
Ada 2 cara didalam strategi ini yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pemecahan konflik interpersonal yaitu:
1)      Pemecahan masalah terpadu (Integrative Problema Solving), usaha untuk menyelesaikan secara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan kedua belah pihak.
2)      Konsultasi proses antar pihak (Inter-Party Process Consultation), dalam penyelesaian melalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan proses, dimana keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan konflik dengan kekuasaan atau menghakimi salah satu atau kedua belah pihak yang terlibat konflik.[32]

3.    Strategi Mengatasi Konflik Organisasi (Organizational Conflict)
Menurut Wijono, ada beberapa strategi yang bisa dipakai untuk mengantisipasi terjadinya konflik organisasi diantaranya adalah: Pendekatan Birokratis (Bureaucratic Approach), Pendekatan Intervensi Otoritatif Dalam Konflik Lateral (Authoritative Intervention), Pendekatan Sistem (System Approach) dan Reorganisasi Struktural (Structural Reorganization)
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama atau tidak kerjasama dan tegas atau tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada enam macam pendekatan penyelesaian konflik  menurut Thomas ialah: 
1.    Menghindar,
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Misalnya manajer yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
2.    Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Misalnya pegawai yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3.    Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4.    Kompromi atau Negosiasi Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5.    Memecahkan Masalah atau Kolaborasi Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
6.    Mengadakan perubahan peran dan struktur organisasi.[33]
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal.
Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1.    Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
2.    Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
3.    Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4.    Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5.    Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
6.    Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7.    Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
8.    Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.[34]

Konflik itu sendiri tidak bisa kita hindari, namun bagaimana kita mengatasi atau memanajemen sebuah strategi untuk menjaga stabilitas dan hubungan indivdu, kelompok maupun lembaga yang bersangkutan.

7.    Cara mengatasi  Stres dan Konflik yang dikaitkan dalam pendidikan Islam.
                Kita ketahui bersama bahwa dalam suatu lembaga pendidikan komponen-komponen lembaga pendidikan pasti akan mengalami stress dan konflik. Suatu lembaga perlu adanya konflik, namun bukan berarti suatu lembaga harus terus menerus konflik. Bebarapa cara untuk mengatasi stress dan konflik dalam lembaga pendidikan, yaitu :
a.    Memperjelas tugas masing-masing komponen lembaga pendidikan yang sesuai dengan job diskription. Dengan tugas yang jelas setiap komponen lembaga akan berusaha semaksimal mungkin menuntaskan tugas dan tidak mengerjakan tugas milik temannya. Sering kali terjadi konflik karena salah pengertian akan tugas  masing-masing komponen. Guru yang terlalu banyak menerima beban akan mengalami stress dengan stress tersebut akan merugikan terhadap lembaga.
b.    Memberikan penjelasan kepada setiap  komponen lembaga untuk bekerja dengan hati-hati, penuh rasa tanggung jawab dan meminta saran kepada teman kerja atau kepala Madarasah apabila terjadi permasalahan yang menyangkut lembaga. Jangan sampai terjadi masalah keluarga dibawa ke Madrasah sebab nantinya yang akan menjadi sasaran kemarahan adalah anak didik dan mengakibatkan kurang harminisnya hubungan antar sesame komponen lemabaga pendidikan
c.    Mendekatkan diri kepada Allah SWT.sebab tidak ada orang didunia ini akan lepas dari stress dan konflik. Dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, akan bisa mengobati stress dan konflik kita.
d.   Selalu menjunjung tinggi rasa hormat dan saling menghargai antar sesama komponen lembaga.
e.    Tidak putus asa atas apa yang telah tejadi dan bersyukur atas karunia yang diterima.
Dalam islam sendiri cara mengatasi konflik telah di jelaskan
dan  diterangkan dalam al-Qur’an:
 $yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu,[35] Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[36]

Dalam ayat ini setidaknya ada empat cara strategi menangani konflik yaitu selalu berbuat lemah lembut dalam segala aktivitas, memaafkan orang lain baik kawan maupun lawan, memohonkan ampun bila ada salah dan dosa yang dikerjakan baik sengajamaupun yang tidak di sengaja, serta yang paling penting disini yaitu selalu bermusyawarah dalam segala urusan baik yang bersifat kecil atau personal lebih-lebih pada hal-hal yang sifatnya kepentingan umum.
#qßJÅÁtGôã$#urÈ@ö7pt¿2«!$#$YèÏJy_Ÿwur(#qè%§xÿs?4(
“dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”[37]

C.    KESIMPULAN
1.    Stress dapat didefinisikan sebagai penderitaan jasmani, mental, atau emosional yang diakibatkan interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi pribadi seorang individu. Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang  diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan dengan kenyataan apa yang diharapkan.
2.    Jenis-jenis Stres yaitu : a) Frustrasi. b) Konflik.  c) Perubahan. d) Tekanan (Pressure). Konflik dibedakan menjadi 5 macam : a) Konflik dalam peran sosial (Intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role). 2) Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank). 3) Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa). 4). Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara). 5). Konflik antar atau tidak antar agama.
3.    Unsur-unsur Stres, yaitu:  Stressor, The Stressed, Transaction. Unsur-unsur Konflik, yaitu: 1). Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan. 2). Paling tidak timbul pertentangan. 3). Munculnya interaksi yang seringkali ditandai  oleh  gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapatmemperolehkeuntungan. 4). Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut. 5). Munculnya ketidak seimbangan.
4.    Faktor penyebab Stres, yaitu : Penyebab stress dari dalam ( on-the    job)    dan    penyebab stress dari luar (of-the job). Faktor penyebab konflik adalah : a). Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. b). Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. c). Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. d). Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
5.    Dampak stres yaitu: deperesi, prustasi, kehilangan kendali emosi. Dampak konflik ada dua yaitu: dampak positif dan negatif. a) dampak positif seperti: merangsang inovasi, kreativitas, produktivitas dan perubahan. b), dampak negatif seperti: komunikasi antar individu dan kelompok menjadi berkurang, tecerdai, stres, ketidak puasan dan komitmen dan kesetiaan akan terpengaruh baik secara individu maupun lembaga organisasi.
6.    Cara mengatasi stress ada dua, yaitu : 1)  ubahlah persepsi. 2) ubahlah perilaku. Ada enam macam pendekatan penyelesaian konflik  menurut Thomas yaitu: 1) Menghindar, 2) Mengakomodasi, 3) Kompetisi, 4) Kompromi atau Negosiasi, 5) Memecahkan Masalah atau Kolaborasi Pemecahan sama-sama, 6) Mengadakan perubahan peran dan struktur organisasi
7.    Cara mengatasi stres dan konflik yang dikaitkan dengan lembaga pendidikan, yaitu: 1). Memperjelas tugas masing-masing komponen lembaga pendidikan yang sesuai dengan job diskription. 2). Memberikan penjelasan kepada setiap  komponen lembaga untuk bekerja dengan hati-hati, penuh tanggung jawab dan meminta saran kepada teman kerja atau kepala Madarasah apabila terjadi permasalahan yang menyangkut lembaga. 3). Mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab tidak ada orang didunia ini akan lepas dari stress dan konflik. 4) selalu menjunjung tinggi rasa hormat dan saling menghargai antar sesama komponen lembaga. 5) tidak putus asa atas apa yang telah tejadi dan bersyukur atas karunia yang diterima.











DAFTAR RUJUKAN
A, Charieswort, Edwar, Ronal G Nathan. alih bahasa, Dinastindo, Manajemen Stres: Dengan Teknik Relaksasi, Jakarta: Abdi Tandur, 1996.

Anwar, Abu mangku Negara, “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Rosda Karya, 2009.
Azwandi, Konflik Sosial Keagamaan, Kasus Intraksi Jama’ah Salafi dan Masyarakat Lokal di Gunung Sari Lombok Barat Yogyakarta, Tesis UIN Sunan Kalijaga, 2012.

Departemen Agama. Al Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahannya,  Bandung: Diponegoro, 2012.

Gibson, James, Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses, alih Bahasa, Adriani, Bandung: Binarupa Aksara, 1997.

Handoko, Hani. T, Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2009.

_______________Manajemen Personalia dan Sumberdaya manusia, Yoqyakarta: Universitas    Gajah    Mada, 2001.
http// hasyimwordpress.com/ Sifat-Sifat Konflik diakses rabo, 04 Desember 2013, 09:24 wib.

Jurnal Manejemen “Manejemen Konflik: Definisi, Ciri, Sumber, Dampak dan Strategi Mengatasi Konflik.(http://jurnal-sdm-blogspot.com/search/label/Manajemen Konflik. di akses jumat, 06 Desember 2013, Jam 09:24 wib.

Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: KARTIKA, 1997.

Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakaerta: Bumi Aksara, 2013.

Mulyana, Deddy, Stress, Konflik, dan Komunikasi Organisasi. Bandung: Rosdakarya, 2006.

R. Wayne Pace, Don F Faules, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Alfabeta, 2006.

Scott, John, Teori Sosial, Masalah-Masalah Pokok dalam Sosiologi, Yogyakar ta: Pustaka Pelajar, 2012.

Suryanto, Stress Management, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, diakses Rabo, 04 Desember 2013, 09:24 wib

Wijono, Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jakarta: PT Prenhallindo, 1993.



[1]R. Wayne Pace ,Don F Faules, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: alfabeta, 2006), hlm , 1.
[2]Mulyasana, Deddy. Stress, Konflik, dan Komunikasi Organisasi, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm, 2.

[3]Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,( Surabaya: KARTIKA, 1997), hlm. 451.
[4]Mulyasana, Deddy, Stress, Konflik, dan Komunikasi Organisasi. (Bandung: Rosdakarya, . 2006), hlm 2.
[5]Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakaerta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 274.
[6]Mulyasana, Deddy, Stres... hlm 2.
[7]A, Charieswort, Edwar, Ronal G Nathan. alih bahasa, Dinastindo, Manajemen Stres: Dengan Teknik Relaksasi, ( Jakarta: Abdi Tandur, 1996 ), hlm. 33-53.
[8]Azwandi, Konflik Sosial Keagamaan, Kasus Intraksi Jama’ah Salafi dan Masyarakat Lokal di Gunung Sari Lombok Barat (Tesis, UIN Sunan Kalijag, Yogyakarta, 2012), hlm. 12.
[9] Kamisa, Kamus... hlm. 318.
[10]Anwar, Abu mangku Negara, Manajemen Sumber Daya manusia Perusahaan, (Bandung: Rosda Karya, 2009), hlm.155.
[11] Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakaerta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 271.
[12]http// hasyimwordpress.com/ Sifat-Sifat Konflik ,diakses Rabo, 04 Desember 2013, 09:24 Wib
[13]T.Tani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumberdaya manusia, (Yoqyakarta: Universitas    Gajah    Mada, 2001), Edisi 2, hlm. 201.
[14]Gibson, Organisasi...hlm. 75
[15]Handoko, Hani. T, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2009), hlm. 349.
[16]Wijono, Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, ( Jakarta: PT Prenhallindo, 1993), hlm. 46.
[17]Suryanto, Stress Management, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, diakses Rabo, 04 Desember 2013, 09:24 wib
[18]Jurnal Manejemen “Manejemen Konflik: Definisi, Ciri, Sumber, Dampak dan Strategi Mengatasi Konflik.(http://jurnal-sdm-blogspot.com/search/label/Manajemen Konflik.) di akses jumat, 06 Desember 2013, Jam 09:24 wib.
[19]Sangat Sensitip tidak percaya orang lain.
[20]Terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa.
[21]Gibson, James, Organisasi:Perilaku, Struktur, Proses, alih Bahasa, Adriani, (Bandung: Binarupa Aksara, 1997), hlm. 77-79.
[22]Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakaerta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 274.
[23]Handoko, Hani. T, Manajemen..., hlm. 345.
[24]Scott, John, Teori Sosial, Masalah-Masalah Pokok dalam Sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm, 275.
[25]Gibson Op. Cit, hlm. 47.
[26]Mulyana, Deddi, Stress... hlm. 278.
[27]Ibid, hlm, 279.
[28]Suyono, http//Dampak-Dampak Jonflik, diakses selasa, 04 Desember, 20:24 Wib
[29]Q S.  al-Imron [3] : 200. Al Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2012), hlm. 76.
[30]Wijono, Perilaku Organisasi... hlm. 66.
[31]Ibid,  hlm. 66.
[32]Ibid, hlm. 67.

[33]Jurnal Manejemen “Manejemen Konflik: Definisi, Ciri, Sumber, Dampak dan Strategi Mengatasi Konflik.(http://jurnal-sdm-blogspot.com/search/label/Manajemen Konflik.) di akses Jumat, 06 Desember 2013, Jam 09:24 wib.
[34]Gibson, James, Organisasi:Perilaku, Struktur, Proses, alih Bahasa, Adriani, (Bandung: Binarupa Aksara, 1997), hlm. 286.
[35]Maksudnya: Urusan Peperangan Dan Hal-Hal Duniawiyah Lainnya, Seperti Urusan Politik, Ekonomi, Kemasyarakatan Dan Lain-Lainnya
[36]Q S.  al-Imron [3] : 159. Al Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2012), hlm. 71.
[37] [37] QS.  al-Imron [3] : 159. Al Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2012), hlm. 71

1 komentar:

  1. Thanks infonya. Oiya ngomongin stres, ternyata ada loh sejumlah cara ampuh yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Dan ini bisa dilakukan pas akhir pekan. Apa saja itu? Yuk cek jawabannya di sini: Atasi stres saat akhir pekan

    BalasHapus