(Pengertian, Sifat, Jenis, Unsur, Faktor, Dampak dan Strategi
Penyelesaiannya)
Oleh: Syamsudin (13710034)
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Salah satu masalah paling serius dan sering terjadi yang menimpa individu
dan anggota-anggota organisasi adalah masalah stress dan konflik.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa seiring berkembangnya kebutuhan, seiring
cepatnya mobilitas kehidupan banyak kita jumpai orang-orang disekitar kita yang
tidak sanggup bertahan menghadapi kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam
kehidupannya, bahkan tak luput mereka yang berhasil pun terkadang hanyut, takut
kegagalan akan menimpanya. Orang-orang yang gagal, tertimpa musibah, tak mampu
bersabar lantas keluh kesah pun menjadi semacam obat penawar kegelisahannya,
walaupun itu tak membuatnya merubah keadaan menjadi lebih baik. Namun sebaliknya, membuat dia semakin tenggelam
dalam kegagalan. Lalu timbulah penyakit dan masalah baru dalam dirinya yang disebut stres. Stres kerap melanda dalam kehidupan, terlebih di saat seperti ini,
dimana kesibukan baik pada pekerjaan maupun keluarga, seolah tak ada putusnya. Berbagai masalah yang sering terjadi di dalam kehidupan terkadang membuat
kita merasa terbebani dan menjadi stres. Stres memang suatu hal yang sulit
dihindari, tapi bukan berarti hal tersebut tidak bisa diatasi.
Stres menimbulkan pengaruh yang merusak dan berbahaya bagi kesehatan
jasmani dan rohani seseorang. Cara orang berkomunikasi bisa jadi menimbulkan
stress pada diri mereka dan orang lain, karena komunikasi menimbulkan stres dan
juga merupakan respons terhadap stres, strategi untuk mengurangi stres dapat
diperkenalkan dalam berbagai waktu.[1]
Begitu pula dengan konflik, konflik terjadi karena adanya intraksi yang di
sebut dengan komunikasi, hal ini di maksudkan apabila kita ingin mengetahui
konflik berati kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. ketika
suatu konflik muncul di dalam sebuah lembaga atau organisasi, penyebabnya
selalu diidentifikasikan sebagai komunikasi yang kurang baik, di lain pihak,
konflik diakibatkan juga oleh perbedaan kepentingan, pikiran, latar belakang
kebudayaan dan intensitas komunikasi yang terjalin secara intens.[2]
Selama kita hidup, stres tidak akan pernah bisa
kita hindari. Terimalah bahwa dalam hidup kita selalu akan muncul yang namanya
stres. Tidak ada seorangpun yang bisa secara total menghindari stres.
Begitu juga dengan konflik, tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu strategi penyelesaian konflik bisa dilakukan dengan cara
menghindar, mengakomodasi, kompetisi, negosiasi, kolaborasi, mengedepankan
nilai-nilai agama dan norma-norma sosial kemasarakatan.
2.
Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah di atas, maka penyusun mengankat rumusan
masalah sebagai berikut:
a.
Apakah pengertian stres dan konflik
?
b.
Berapakah jenis stres dan konflik ?
c.
Apa saja unsur-unsur stres dan konflik ?
d.
Apakah faktor-faktor
penyebab terjadinya stres dan konflik ?
e.
Bagaimana dampak stres dan konflik ?
f.
Bagaimana strategi penyelesaian stres dan konflik ?
g. Bagaiamana mengatasi stres dan konflik dalam kaitan dengan pendidikan Islam ?
3.
Tujuan dan Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum
tentang:
a.
Memahami Pengertian stress dan konflik,
b.
Mengetahui jenis-jenis stres dan konflik
c.
Memahami unsur-unsur stres dan konflik
d.
Mengetahui faktor-faktor penyebab stres dan konflik,
e.
Mengetahui dampak terjadinya stres dan konflik dan
f.
Mengetahui strategi dalam mengatasinya stres dan konflik
g.
Bisa memehami dan mengatasi stres dan konflik dalam pendidikan Islam
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Stres dan Konflik
a.
Stres
Dalam kamus besar bahasa Indonesia stres adalah gangguan atau
kekacauan mental, dan tekanan emosiaonal.[3]
Stres adalah suatu keadaan yang dinamis seorang indvidu dihadapan
kepada pluang dan tuntutan atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh
seorang individu itu dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.[4]
Stres dapat diartikan sebagi bentuk reaksi terhdap tekanan yang
intensitanya sudah terlalu tinggi.[5]
Stress dapat didefinisikan sebagai penderitaan jasmani, mental, atau
emosional yang diakibatkan interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu
ancaman bagi agenda pribadi seorang individu.[6]
Peristiwa yang tampaknya menimbulkan interpretasi negatif yang menjelma
menjadi reaksi yang menybabkan stres termasuk kematian kerabat terdekat,
perceraian, kecelakaan, konflik dengan atasan. Dari suatu peristiwa yang
memberikan dampak yang negatif dapat menjadi ancaman pribadi individu. Suatu
respons stress sangat tergantung bagaimana cara seseorang menginpretasikan
suatu peristiwa. Menginpretasikan suatu peristiwa berarti bahwa kita memberikan
makna peristiwa itu bagi kita sendiri, yaitu respon kita terhadap masalah
tersebut. Kalau kita menilai bahwa peristiswa tersebut mengancam, maka sangat
berpotensi menimbulkan reaksi negatif dan menyakitkan yang kita sebut dengan
stress.
Kita bisa melihat dari konsekuensi negatif stres yang berpengaruh pada 5
kategori, yaitu:
1. Perubahan jasmani seperti isomnia, sakit kepala, sakit leher, kejang otot,
pola mens yang tidak teratur, asma, impotensi, rambut rontok berlebihan.
2. Emosional, Mencakup perubahan kepribadian, kejengkelan, kecemasan, depresi,
khawatir, frustasi, mudah marah.
3. Mental, yang mencakup konsentrasi lemah, sikap negatif bicara dengan diri
sendiri.
4. Relasional, Perasaan terasing, intoleransi, kesepian, mengecam orang
lain.
5. Spiritual, Merasa hampa, keraguan, kehilangan pegangan, sinisma, apatis,
tidak mau memaafkan.[7]
Setiap peristiwa ditafsirkan sebagai ancaman yang mungkin bagi tujuan
seseorang menghasilkan konsekuensi negatif yang bersifat jasmani, mental,
relasional, atau
spiritual.
Secara
lebih husus stres dapat diartikan sebagai kendala dan tuntutan. Kendala adalah
suatu kekuatan yang mencegah kekuatan individu dari melakukan apa yang sangat
di inginkan sedangkan tuntutan adalah hilangnya sesuatu yang sangat di
inginkan.
Kesimpulan bahwa stres ialah sustu keadaan jiwa, emosional yang tertekan
karena sebuah masalah yang tak bisa diatasi oleh seseorang individu.
b.
Konflik
Konflik secara etimologi berasal dari
bahasa inggris yaitu conflict, dari bahasa Latin berasal dari configure
yang berarti: “saling menjatuhkan atau konflik terjadi karena ada
pihak-pihak yang saling mengejutkan dengan kata lain kekerasan, sindiran,
sikap, pendapat-pendapat, perilaku, tujuan-tujuaan dan kebutuhan yang
bertentangan. [8]
Dalam kamus besar bahasa indonesia konflik berarti pertntangan,
percekcokan, perselisihan, ketidaksamaan pendapat atau pandangan.[9]
Secara sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses sosial diantara
dua orang atau lebih ( bisa juga kelompok ) dimana salah satu kelompok berusaha
menyingkirkan pihak lain.
Konflik bisa diartikan juga sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih ( individu
atau kelompok ) yang memiliki tujuan yang berbeda.
Konflik bisa juga diartikan sebagai ekspersi pertikaian antara individu
dengan individu lainnya, kelompok dengan kelompok lainnya karena berbeda
pendapat dan tujuan.
Konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi
pertentangan atau antagonistic antara dua atau lebih pihak. Konflik organisasi
adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih antara anggota-anggota atau
kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka
harus membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegitan
kerja/ atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan,
nilai atau persepsi.[10]
Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai
kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai
penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Subtantif konflik merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan
kelompok, pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi
kebijaksanaan dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan.[11]
c. Sifat-Sifat Konflik
Berdasarkan Sifatnya, konflik dibagi atas tiga
yaitu:
1.
Specific Conflict, Specific conflict adalah
sebuah konflik yang bersumber dari masalah-masalah yang sifatnya spesifik
(khas) misalanya dalam konteks idiologi, warisan berupa budaya, kepercayaan,
tradisi serta wilayah.
2.
General Conflict, General Conflict adalah suatu
konflik dimana sifat konflik tersebut memiliki nilai kesamaan yang bersifat
umum dalam arti kata meskipun konflik itu pada awalnya hanya melibatkan dua
pihak secara langsung akan tetapi akibat adanya kesamaan (keterkaitan) maka
mengakibatkan keterlibatan pihak lain. Misalnya masalah agama, Etnis, HAM,
Lingkungan hidup, dan Ancaman Nuklir.
3.
Inter-Connected Conflict,
Inter-connected conflict adalah suatu konflik yang saling kait-mengkait dimana pada
awalnya konflik itu diakibatkan hanya karena satu persoalan, akan tetapi
setelah kejadian merembes ke persoalan lainnya baik dari segi substansi maupun
aktornya.[12]
Selain ketiga sifat konflik ini, koflik juga
bisa bersifat eksklusif atau bersifat tertutup misalnya konflik didalam keluarga,
dan inklusif secara terbuka semua pihak mengetahuinya, misalnya konflik
internal partai demokrat.
2. Jenis-Jenis Stres dan
Konflik
a. Stres.
Bila ditinjau dari tipenya, stres dalam diri seseorang itu bisa dikategori dalam
beberapa tipe berikut:
1. Frustrasi. Frustrasi terjadi bila
seseorang merasa terancam atau terhambat dalam mencapai tujuan. Bentuk umum
yang seringkali terjadi dari tipe ini adalah kegagalan seseorang atau
kehilangan kesempatan untuk meraih sesuatu yang diinginkan.
2. Konflik. Konflik terjadi bila seseorang
dihadapkan pada dua atau lebih persoalan secara bersama-sama. Biasanya
tingginya konflik berhubungan dengan tingginya tingkat kecemasan, depresi dan
simptom-simptom fisik.
3. Tekanan (Pressure), tekanan biasanya berupa harapan-harapan atau
kebutuhan-kebutuhan yang harus dicapai seseorang. Biasanya tekanan ini ini
muncul karena orang dituntut baik oleh dirinya sendiri ataupun orang lain untuk
melakukan suatu kegiatan yang menjadi tanggung jawab kita.
4. Perubahan. Perubahan hidup biasanya menunjukkan
perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga mereka dituntut untuk melakukan
penyesuaian diri.[13]
Tidak semua orang yang mengalami perubahan hidup
mudah menyesuaikan diri. Kalau penyesuaian diri berhasil tidak masalah, tetapi
bila penyesusian diri itu gagal, problema baru akan timbul. Tidak jarang
perubahan hidup menjadikan seseorang semakin menderita. Biasanya orang yang
tidak mau berubah itu umumnya orang yang tidak mau direpotkan oleh perubahan
itu sendiri.
b. Konflik
1. konflik dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara
peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role)
2. konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar
keluarga, antar gank).
3. konflik kelompok terorganisir dan tidak
terorganisir (polisi melawan massa).
4. konflik antar satuan nasional (kampanye, perang
saudara)
5. konflik antar atau tidak antar agama
6. konflik antar politik.[14]
T. Hani Handoko memaparkan ada 4 jenis konflik dalam kehidupan organisasi, yaitu :
1. Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila
seseorang individu menghadapi ketidak pastian terhadap pekerjaan yang dia harapkan
untuk melaksanakannya.
2. Konflik antar individu dalam organisasi
yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaa-perbedaan
kepribadian.
3. Konflik antar individu dan kelompok, yang
berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang
dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang
sama, karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok.
5. Konflik antar organisasi[15]
Berbeda halnya dengan Hani Handoko, Menurut Wijono ada tiga jenis konflik
yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (Goal Conflict),
yaitu: 1) Approach-Approach Conflict, dimana orang didorong untuk
melakukan pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi
tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain. 2) Approach-Avoidance
Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan terhadap
persoalan-persoalan yang mengacu pada satu tujuan dan pada waktu yang sama
didorong untuk melakukan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya
dapat mengandung nilai positif dan negatif bagiorang yang mengalami konflik
tersebut. 3) Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk
menghindari dua atau lebih hal yang negatif tetapi tujuan-tujuan yang dicapai
saling terpisah satu sama lain. Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan
jenis konflik yang mempunyai resiko paling kecil dan mudah diatasi, serta
akibatnya tidak begitu fatal.[16]
Jenis-jenis konflik diatas tak terlepas dari motif kepentingan ekonomi
individu dan kepentingan organisasi, Konflik antar organisasi, biasanya timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam system perekonomian
suatu Negara.
3. Unsur-Unsur Stress dan Konflik.
a. Stres
Bila ditinjau dari peristiwa stres, dapatlah
diidentifikasi secara garis besar unsur-unsur stres yang terkandung di
dalamnya. antara lain:
1. Stressor, unsur yang merupakan sumber dari stres. Betuknya dapat berupa struktur
sosial, peristiwa hidup, lingkungan fisik.
2. The Stressed. Yaitu orang yang mengalami stres.
Kondisi stres ini dapat dilihat dari respon individu terhadap sumber stres.
Respon ini bisa psikologik, dan bisa pula fisiologik.
3. Transaction. Unsur ini menggambarkan
adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara orang yang sedang
stres dengan keadaan yang penuh stres. Melalui transaksi ini akan memungkinkan seseorang
melakukan usaha penyesuaian diri yang terus-menerus antara orang yang mengalami
stres dengan hal-hal yang mendatangkan stres.[17]
Konflik itu sendiri banyak ragamnya sehingga memberikan ciri-ciri
sebagaimana yang disebut diatas tidak cukup, tetapi dalam kehidupan yang kita
alami sering konflik itu tak diduga dan tak disengaja timbulnya, seperti timbul
karena ketidak transparan dan ke tidak pahaman diantara anggota suatu lembaga
sehingga timbul konflik.
b. Konflik
Menurut Wijono Ciri-ciri Konflik adalah : 1). Setidak-tidaknya ada dua
pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi
yang saling bertentangan. 2). Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak
secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan
ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan. 3).
Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala
perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan
terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan. 4). Munculnya tindakan
yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
5). Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang
terkait dengan kedudukan, statussosial, pangkat, golongan, kewibawaan,
kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.[18]
4.
Faktor-Faktor Penyebab Stres dan Konflik.
a.
Stres
Menurut Dwiyanti ada dua (2) faktor penyebab stress yaitu: faktor
lingkungan dan faktor personal ( individu ), Faktor lingkungan bisa berupa
kondisi fisik, kondisi sosial ekonomi, manajemen kantor atau lingkungan kerja,
sedangkan faktor personal bisa berupa tipe keperibadian peristiwa pengalaman
peribadi, kondisi keluarga dimana peribadi berada dan mengembangkan diri.
Secara umum ada delapan faktor penybab timbulnya stress,
sebagaimana yang di sebut oleh Dwiyanti sebagai berikut:
1.
Tidak
ada dukungan sosial, artinya stres akan cendrung muncul pada lingkungan
keluarga ataupun lingkungan sosial masyarakat.
2.
Tidak
dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya.
3.
Personal
yang tidak di libatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut peribadinya.
4.
Pelecehan
seksual, yakni yang berhubungan denagn sek yang tidak di inginkan
5.
Kondisi
lingkungan kerja yang suhu terlalu panas, terlalu dingin, sesak, dan ribet.
6.
Manajemen
yang tidak sehat, artinya banyak yang stres karena gaya kepemimpinan yang
cendrung neurotis[19],
perpeksionis[20],
sehingga berpengaruh pada pembuatan keputusan di tempat kerja.
7.
Tife
keperibadian yang sering di buru dalam mengerjakan tugas, tidak sabar, pemrah,
dan putus asa.
8.
Peristiwa
atau pengalaman peribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, gagal
sekolah, kalah pilkada, dan kematian yang tidak di inginkan.[21]
Bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa penyebab stres antara lain beban kerja
yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan
yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak memadai
yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara
karyawan yang frustasi dalam kerja.
b. Konflik.
Diantara faktor-faktor yang
menyebabkan konflik anatara individu atau organisasi adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.Setiap
manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada
yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda.
3. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
4. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
5. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
6. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.[22]
Secara ringkas
penyebab-penyebab konflik tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut: (1)
Komunikasi, (2) struktur dan (3) pribadi.[23]
Hubungan kekerabatan
bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal
perusahaan.
Nilai-nilai kebersamaan
berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang
cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal
kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi
seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di
masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.[24]
5.
Dampak Stres dan Konflik
a.
Stres
Menurut
Gibson dampak dari stres sebagai berikut:
1.
Depresi, frustasi, kehilangan kendali emosi.
2.
Perilaku kecanduan alkohol, merokok berlebihan.
3.
Tidak dapat membuat masuk akal, daya konsentrasi rendah, kurang
perhatian.
4.
Kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan darah
Meningkat.
5.
Produktivitas rendah, ketidakpuasan kerja, komitmen dan loyalitas
Berkurang.[25]
b.
Konflik
Adanya sebuah konflik yang timbul dalam perkembangan organisasi
atau lembaga, pasti memberikan sebuah dampak bagi kelangsungan organisisasi
teresebut. Lingkup konflik tersebut dapat memberikan dampak terhadap individu
maupun dampak terhadap organisasi tersebut. Terdapat dua dampak yang di
akibatkan dengan adanya konflik, yaitu dampak negatif dan dampak positif.[26]
Efek negatif dari konflik bisa berlingkup pada level individu
ataupun organisasi. Pada level organisasi, konflik merusak kinerja organisasi
sekaligus unit-unit yang ada di dalamnya. Pada level individu, konflik merusak
dalam bentuk tertekannya pekerja (job stress). Berikut adalah rincian efek
negatif konflik organisasi:
1.
Reaksi umum atas konflik seperti ketidakmampuan konsentrasi dan
berpikir secara jelas, dengan peningkatan gangguan dan kemampuan untuk santai.
2.
Lingkaran setan konflik berujung pada stress, yang kemudian
mendorong terbitnya sinisme baik
terhadap klien ataupun kolega kerja. Ini juga berdampak pada eskalasi konflik.
Sedangkan
efek Positif. Konflik juga punya efek
positif di tataran individu. Bahkan, konflik sesungguhnya lebih banyak efek
positif tinimbang negatif. rincian efek positif konflik bisa kami sebutkan sebagai
berikut ini:
1.
Memperkuat
hubungan. Dua orang yang mampu mengenali perbedaan akibat konflik, kenapa
perbedaan muncul.
2.
dapat
melakukan diskusi guna menyelesaikannya sehingga satu sama lain dapat mengenal
lebih dalam.
3.
Meningkatnya
kepercayaan. Jika dua orang bisa menyelesaikan konflik, mereka akan lebih
mempercayai masing-masing pihak di masa datang dengan mengetahui bahwa
perbedaan di antara mereka bisa diselesaikan.
4.
Peningkatan
harga diri. Hasil produktif dari konflik adalah peningkatan harga diri dari
tiap pihak yang bertikai.
5.
Penguatan
kreativitas dan produktivitas. Konflik jika dimanajemen secara baik merupakan
kondisi yang memungkinkan kreativitas dan diskusi antar orang dengan
kepentingan berbeda, dan ujungnya peningkatan produktivitas.
6.
Kepuasan
kerja. Orang butuh sejumlah perangsang dan menggunakan pengalaman dalam hal
penaikan dan penurunan ketegangan, dalam rangka meraih kepuasan kerja.[27]
Selanjutnya Suyono, menyebutkan bahwa dalam konflik organisasi
terdapat dampak disfungsi dan fungsi, dampak disfungsi dapat diartikan juga
sebagai dampak negatif, dan fungsi diartikan sebagai dampak positif, disfungsi konflik
adalah:
1.
Konflik
mengakibatkan job stress, perasaan terbakar, dan ketidakpuasan.
2.
Komunikasi
antar inidividu dan kelompok menjadi berkurang.
3.
Iklim
ketidakpercayaan dan kecurigaan berkembang.
4.
Hubungan
antar orang tercederai.
5.
Kinerja
pekerjaan berkurang.
6.
Perlawanan
atas perubahan meningkat, dan
7.
Komitmen
dan kesetiaan organisasi akan terpengaruh.
Fungsi
Konflik, yaitu :
1.
Konflik
merangsang inovasi, kreativitas, dan perubahan.
2.
Proses
pembuatan keputusan dalam organisasi akan terimprovisasi.
3.
Solusi
alternatif atas satu masalah akan ditemukan
4.
Konflik membawa solusi sinergis bagi masalah
bersama.
5.
Kinerja
individu dan kelompok akan lebih kuat.
6.
Individu
dan kelompok dipaksa untuk mencari pendekatan baru atas masalah, dan
7.
Individu
dan kelompok perlu lebih mengartikulasi dan menjelaskan posisi mereka.[28]
6.
Strategi Penyelesaian Stres dan Konflik.
a. Stres
Di semua ranah permasalahan selalau ada dua hal yang tak pernah sejalan
yakni berupa masalah dan solusi karena sudah menjadi suatu ketetapan Ilahi sebelum
di jadikan alam ini, begitupun dengan stres dan konflik tak selamanya dua
masalah ini tak ada solusinya, oleh karena itu menurut Edward, A Chaerleswort
strategi menyelesaikan stres baik secara individual maupun organiasi lembaga
yaitu lihat tabel di bawah ini:
Tabel 01
Cara menyelesaikan komplik
No
|
Individual
|
Lembaga
Organisasi
|
1
|
Menguatkan
keimanan
|
Memperbaiki
iklim organisasi
|
2
|
Meditasi
dan pernafasan
|
Memperbaiki
lingkungan fisik
|
3
|
Olah raga
|
Melakukn
analisis dan kejelasan tugas
|
4
|
Relaksasi
|
Merubah struktur
dan proses organisasi
|
5
|
Dukungan
sosial, teman-teman dan keluarga
|
Meningkatkan
partisipasi dan pengambilan keputusan
|
6
|
Menghindari
kebiasaan yang membosankan
|
Restrukturisasi
tugas
|
7
|
Trapi
|
Menetapkan
konsep manajemen berdasarkan sasaran
|
Sumber: Edward, A Chaerleswort dalam Manajemen Stres,1995.
Namun yang paling bagus menurut pandangan islam cara mengatasi stres dan
konfik adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sabar, hidup sederhana,
tawakkal dan jangan putus asa. Sebagaimana yang di sebutkan dalam Al-Qur’an:
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#rçÉ9ô¹$# (#rãÎ/$|¹ur (#qäÜÎ/#uur (#qà)¨?$#ur ©!$# öNä3ª=yès9 cqßsÎ=øÿè?
Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada
Allah, supaya kamu beruntung.[29]
b. Konflik
Menurut wijono untuk strategi penyelesaian konflik ada tiga sebagai
berikut:
1.
Strategi Mengatasi Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual
Conflict).
Menurut Wijono, untuk mengatasi konflik dalam diri individu
diperlukan paling tidak tujuh strategi yaitu:
a)
Menciptakan kontak dan membina hubungan,
b)
Menumbuhkan rasa percaya dan penerimaan,
c)
Menumbuhkan kemampuan atau kekuatan diri sendiri,
d)
Menentukan tujuan, Mencari beberapa alternatif,
e)
Memilih alternatif dan
f)
Merencanakan pelaksanaan jalan keluar.[30]
2.
Strategi Mengatasi Konflik Antar Pribadi (Interpersonal Conflict)
Menurut Wijono, untuk mengatasi konflik dalam diri individu
diperlukan paling tidak tiga strategi yaitu:
a)
Strategi Kalah-Kalah (Lose-Lose Strategy):
o Arbitrasi (Arbitration)
o Mediasi (Mediation)
b)
Strategi Menang-Kalah (Win-Lose Strategy)
Ada lima cara yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan
win-lose strategy yaitu melalui:
1)
Penarikan
diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih pihak yang kurang
puas sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task independence).
2)
Taktik-taktik
penghalusan dan damai, yaitu dengan melakukan tindakan.
3)
Bujukan,
yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya untuk
mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan dengan konflik, karena
adanya rintangan komunikasi (communication barriers).
4)
Taktik
paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal dengan menunjukkan
kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena dipengaruhi oleh sifat-sifat
individu (individual traits).
5)
Taktik-taktik
yang berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran persetujuan.[31]
c)
Strategi Menang-Menang (Win-Win Strategy)
Ada 2 cara didalam strategi ini yang dapat dipergunakan sebagai
alternatif pemecahan konflik interpersonal yaitu:
1)
Pemecahan masalah terpadu (Integrative Problema Solving), usaha
untuk menyelesaikan secara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan kedua
belah pihak.
2)
Konsultasi proses antar pihak (Inter-Party Process Consultation),
dalam penyelesaian melalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan
proses, dimana keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan konflik
dengan kekuasaan atau menghakimi salah satu atau kedua belah pihak yang
terlibat konflik.[32]
3.
Strategi Mengatasi Konflik Organisasi (Organizational Conflict)
Menurut Wijono, ada beberapa strategi yang bisa dipakai untuk
mengantisipasi terjadinya konflik organisasi diantaranya adalah: Pendekatan
Birokratis (Bureaucratic Approach), Pendekatan Intervensi
Otoritatif Dalam Konflik Lateral (Authoritative Intervention),
Pendekatan Sistem (System Approach) dan Reorganisasi Struktural (Structural
Reorganization)
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua
dimensi ialah kerjasama atau tidak kerjasama dan tegas atau tidak tegas. Dengan
menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada enam macam pendekatan penyelesaian
konflik menurut Thomas ialah:
1.
Menghindar,
Menghindari konflik
dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting
atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Misalnya manajer yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi”
2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Misalnya pegawai yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Misalnya pegawai yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4. Kompromi atau Negosiasi Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu
pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan
kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi Pemecahan sama-sama menang dimana
individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu
komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling
memperhatikan satu sama lainnya.
6. Mengadakan perubahan peran dan struktur organisasi.[33]
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi
perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan
dinamika organisasi yang optimal.
Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik
perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan
kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak
bisa dicapai suatu unit kerja saja.
2. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme
diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk
koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
3. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja,
tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah
bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan
memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5. Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran
banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
6. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan
atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
perselisihan.
7. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian
diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar
pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat
mempermudah kerjasama.
8. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan
ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam
menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.[34]
Konflik itu sendiri tidak bisa kita hindari, namun bagaimana kita mengatasi
atau memanajemen sebuah strategi untuk menjaga stabilitas dan hubungan indivdu,
kelompok maupun lembaga yang bersangkutan.
7. Cara mengatasi Stres dan Konflik yang dikaitkan dalam pendidikan Islam.
Kita ketahui bersama bahwa dalam suatu lembaga pendidikan komponen-komponen
lembaga pendidikan pasti akan mengalami stress dan konflik. Suatu lembaga perlu
adanya konflik, namun bukan berarti suatu lembaga harus terus menerus konflik.
Bebarapa cara untuk mengatasi stress dan konflik dalam lembaga pendidikan, yaitu
:
a. Memperjelas tugas masing-masing komponen lembaga pendidikan yang sesuai
dengan job diskription. Dengan tugas yang jelas setiap komponen
lembaga akan berusaha semaksimal mungkin menuntaskan tugas dan tidak
mengerjakan tugas milik temannya. Sering kali terjadi konflik karena salah
pengertian akan tugas masing-masing komponen. Guru yang terlalu banyak
menerima beban akan mengalami stress dengan stress tersebut akan merugikan
terhadap lembaga.
b. Memberikan penjelasan
kepada setiap komponen lembaga untuk bekerja dengan hati-hati, penuh rasa
tanggung jawab dan meminta saran kepada teman kerja atau kepala Madarasah
apabila terjadi permasalahan yang menyangkut lembaga. Jangan sampai terjadi
masalah keluarga dibawa ke Madrasah sebab nantinya yang akan menjadi sasaran
kemarahan adalah anak didik dan mengakibatkan kurang harminisnya hubungan antar
sesame komponen lemabaga pendidikan
c. Mendekatkan diri kepada Allah SWT.sebab tidak ada orang didunia ini akan lepas dari stress dan konflik. Dengan mendekatkan diri kepada Allah
SWT, akan bisa mengobati stress dan konflik kita.
d. Selalu menjunjung
tinggi rasa hormat dan saling menghargai antar sesama komponen lembaga.
e. Tidak putus asa atas
apa yang telah tejadi dan bersyukur atas karunia yang diterima.
Dalam islam sendiri cara mengatasi konflik telah di jelaskan
dan diterangkan dalam al-Qur’an:
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu,[35]
Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[36]
Dalam ayat ini setidaknya ada empat cara strategi menangani konflik
yaitu selalu berbuat lemah lembut dalam segala aktivitas, memaafkan orang lain
baik kawan maupun lawan, memohonkan ampun bila ada salah dan dosa yang
dikerjakan baik sengajamaupun yang tidak di sengaja, serta yang paling penting
disini yaitu selalu bermusyawarah dalam segala urusan baik yang bersifat kecil
atau personal lebih-lebih pada hal-hal yang sifatnya kepentingan umum.
#qßJÅÁtGôã$#urÈ@ö7pt¿2«!$#$YèÏJy_wur(#qè%§xÿs?4(
“dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai”[37]
C.
KESIMPULAN
1. Stress dapat
didefinisikan sebagai penderitaan jasmani, mental, atau emosional yang
diakibatkan interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi
pribadi seorang individu. Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang
diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan
dengan kenyataan apa yang diharapkan.
2. Jenis-jenis Stres yaitu : a) Frustrasi. b) Konflik. c) Perubahan. d) Tekanan (Pressure). Konflik dibedakan menjadi 5 macam : a)
Konflik dalam peran sosial (Intrapribadi), misalnya antara
peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role). 2) Konflik
antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank). 3) Konflik
kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa). 4).
Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara). 5). Konflik antar atau tidak antar agama.
3. Unsur-unsur Stres, yaitu: Stressor, The Stressed,
Transaction. Unsur-unsur Konflik, yaitu: 1). Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang
terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan. 2). Paling tidak
timbul pertentangan. 3). Munculnya interaksi yang seringkali ditandai
oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling
meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar
dapatmemperolehkeuntungan. 4). Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan
sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut. 5). Munculnya ketidak
seimbangan.
4. Faktor penyebab Stres, yaitu : Penyebab stress dari dalam (
on-the job) dan
penyebab stress dari luar (of-the job).
Faktor penyebab konflik adalah : a). Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan
pendirian dan perasaan. b). Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda. c). Perbedaan kepentingan antara individu atau
kelompok. d). Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
5. Dampak stres yaitu:
deperesi, prustasi, kehilangan kendali emosi. Dampak konflik ada dua yaitu:
dampak positif dan negatif. a) dampak positif seperti: merangsang inovasi,
kreativitas, produktivitas dan perubahan. b), dampak negatif seperti: komunikasi
antar individu dan kelompok menjadi berkurang, tecerdai, stres, ketidak puasan
dan komitmen dan kesetiaan akan terpengaruh baik secara individu maupun lembaga
organisasi.
6. Cara mengatasi stress
ada dua, yaitu : 1) ubahlah persepsi. 2) ubahlah perilaku. Ada enam macam
pendekatan penyelesaian konflik menurut
Thomas yaitu: 1) Menghindar, 2)
Mengakomodasi, 3) Kompetisi, 4) Kompromi atau Negosiasi, 5) Memecahkan Masalah
atau Kolaborasi Pemecahan sama-sama, 6) Mengadakan perubahan peran dan struktur
organisasi
7. Cara mengatasi stres
dan konflik yang dikaitkan dengan lembaga pendidikan, yaitu: 1). Memperjelas
tugas masing-masing komponen lembaga pendidikan yang sesuai dengan job
diskription. 2). Memberikan penjelasan kepada setiap komponen lembaga
untuk bekerja dengan hati-hati, penuh tanggung jawab dan meminta saran kepada
teman kerja atau kepala Madarasah apabila terjadi permasalahan yang menyangkut
lembaga. 3). Mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab tidak ada orang didunia
ini akan lepas dari stress dan konflik. 4) selalu menjunjung tinggi rasa hormat
dan saling menghargai antar sesama komponen lembaga. 5) tidak putus asa atas
apa yang telah tejadi dan bersyukur atas karunia yang diterima.
DAFTAR RUJUKAN
A, Charieswort, Edwar, Ronal G Nathan. alih bahasa, Dinastindo, Manajemen
Stres: Dengan Teknik Relaksasi, Jakarta: Abdi Tandur,
1996.
Anwar, Abu mangku Negara, “Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Bandung: Rosda Karya, 2009.
Azwandi, Konflik Sosial Keagamaan, Kasus Intraksi Jama’ah Salafi
dan Masyarakat Lokal di Gunung Sari Lombok Barat Yogyakarta, Tesis UIN
Sunan Kalijaga, 2012.
Departemen Agama. Al Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, 2012.
Gibson, James, Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses, alih
Bahasa, Adriani, Bandung: Binarupa Aksara, 1997.
Handoko, Hani. T, Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta:
Anggota IKAPI, 2009.
_______________Manajemen Personalia dan Sumberdaya manusia, Yoqyakarta: Universitas
Gajah Mada, 2001.
http// hasyimwordpress.com/ Sifat-Sifat Konflik diakses
rabo, 04 Desember 2013, 09:24 wib.
Jurnal Manejemen “Manejemen Konflik: Definisi, Ciri, Sumber, Dampak dan
Strategi Mengatasi Konflik.(http://jurnal-sdm-blogspot.com/search/label/Manajemen Konflik. di akses jumat, 06
Desember 2013, Jam 09:24 wib.
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya:
KARTIKA, 1997.
Mulyasa,
Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakaerta: Bumi Aksara, 2013.
Mulyana, Deddy, Stress,
Konflik, dan Komunikasi Organisasi. Bandung: Rosdakarya, 2006.
R. Wayne Pace, Don F
Faules, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Alfabeta, 2006.
Scott,
John, Teori Sosial, Masalah-Masalah Pokok dalam Sosiologi, Yogyakar ta: Pustaka
Pelajar, 2012.
Suryanto, Stress Management, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, diakses
Rabo, 04 Desember 2013, 09:24 wib
Wijono, Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jakarta: PT
Prenhallindo, 1993.
[1]R. Wayne Pace ,Don F
Faules, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: alfabeta, 2006), hlm , 1.
[2]Mulyasana, Deddy. Stress, Konflik, dan Komunikasi Organisasi,
(Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm, 2.
[3]Kamisa, Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia,( Surabaya: KARTIKA, 1997), hlm. 451.
[4]Mulyasana, Deddy, Stress,
Konflik, dan Komunikasi Organisasi. (Bandung: Rosdakarya, . 2006), hlm 2.
[5]Mulyasa, Manajemen
dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakaerta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 274.
[6]Mulyasana, Deddy, Stres... hlm 2.
[7]A, Charieswort,
Edwar, Ronal G Nathan. alih bahasa, Dinastindo, Manajemen Stres: Dengan
Teknik Relaksasi, ( Jakarta: Abdi Tandur, 1996 ), hlm. 33-53.
[8]Azwandi, Konflik
Sosial Keagamaan, Kasus Intraksi Jama’ah Salafi dan Masyarakat Lokal di Gunung
Sari Lombok Barat (Tesis, UIN Sunan Kalijag, Yogyakarta, 2012), hlm. 12.
[10]Anwar, Abu mangku Negara, Manajemen Sumber Daya manusia Perusahaan, (Bandung: Rosda Karya, 2009), hlm.155.
[12]http//
hasyimwordpress.com/ Sifat-Sifat Konflik ,diakses Rabo, 04 Desember
2013, 09:24 Wib
[13]T.Tani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumberdaya manusia, (Yoqyakarta: Universitas
Gajah Mada, 2001), Edisi 2, hlm. 201.
[14]Gibson, Organisasi...hlm.
75
[15]Handoko, Hani.
T, Manajemen, Edisi 2, (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2009), hlm.
349.
[16]Wijono, Perilaku Organisasi:
Konsep, Kontroversi, Aplikasi, ( Jakarta: PT Prenhallindo, 1993), hlm. 46.
[17]Suryanto, Stress Management, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, diakses Rabo,
04 Desember 2013, 09:24 wib
[18]Jurnal Manejemen “Manejemen Konflik: Definisi, Ciri, Sumber, Dampak dan
Strategi Mengatasi Konflik.(http://jurnal-sdm-blogspot.com/search/label/Manajemen Konflik.) di akses jumat, 06
Desember 2013, Jam 09:24 wib.
[19]Sangat Sensitip
tidak percaya orang lain.
[20]Terlalu
mendramatisir suasana hati atau peristiwa.
[21]Gibson, James, Organisasi:Perilaku,
Struktur, Proses, alih Bahasa, Adriani, (Bandung: Binarupa Aksara, 1997),
hlm. 77-79.
[22]Mulyasa, Manajemen
dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakaerta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 274.
[23]Handoko, Hani.
T, Manajemen..., hlm. 345.
[24]Scott, John, Teori
Sosial, Masalah-Masalah Pokok dalam Sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012), hlm, 275.
[25]Gibson Op.
Cit, hlm. 47.
[26]Mulyana, Deddi,
Stress... hlm. 278.
[28]Suyono, http//Dampak-Dampak
Jonflik, diakses selasa, 04 Desember, 20:24 Wib
[29]Q S. al-Imron [3] : 200. Al Hikmah, Al-Qur’an
dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2012), hlm. 76.
[33]Jurnal Manejemen “Manejemen Konflik: Definisi, Ciri, Sumber, Dampak dan
Strategi Mengatasi Konflik.(http://jurnal-sdm-blogspot.com/search/label/Manajemen Konflik.) di akses Jumat, 06
Desember 2013, Jam 09:24 wib.
[34]Gibson, James, Organisasi:Perilaku,
Struktur, Proses, alih Bahasa, Adriani, (Bandung: Binarupa Aksara, 1997),
hlm. 286.
[35]Maksudnya: Urusan
Peperangan Dan Hal-Hal Duniawiyah Lainnya, Seperti Urusan Politik, Ekonomi,
Kemasyarakatan Dan Lain-Lainnya
[36]Q S. al-Imron [3] : 159. Al Hikmah, Al-Qur’an
dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2012), hlm. 71.
[37] [37] QS. al-Imron [3] : 159. Al Hikmah, Al-Qur’an
dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2012), hlm. 71
Thanks infonya. Oiya ngomongin stres, ternyata ada loh sejumlah cara ampuh yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Dan ini bisa dilakukan pas akhir pekan. Apa saja itu? Yuk cek jawabannya di sini: Atasi stres saat akhir pekan
BalasHapus